Senin, 11 Agustus 2008

Monday Spirit : Berpikiran Baik terhadap Allah

Bagi yang udah pernah baca kisah ini.. maaf ya...
----------------------------------------------------------------------

Di Karangayu, sebuah desa di Kendal, Jawa Tengah, hiduplah seorang ibu
penjual tempe. Tak ada pekerjaan lain yang dapat dia lalukan sebagai
penyambung hidup. Meski demikian, nyaris tak pernah lahir keluhan dari
bibirnya. Ia jalani hidup dengan riang. "Jika tempe ini yang nanti
mengantarku ke surga, kenapa aku harus menyesalinya. .." demikian dia
selalu memaknai hidupnya.... ...

Suatu pagi, setelah salat subuh, dia pun berkemas. Mengambil keranjang
bambu tempat tempe, dia berjalan ke dapur.
Diambilnya tempe-tempe yang dia letakkan di atas meja panjang.
Tapi, deg! dadanya gemuruh. Tempe yang akan dia jual, ternyata belum
jadi.
Masih berupa kacang, sebagian berderai,
belum disatukan ikatan-ikatan putih kapas dari peragian.
Tempe itu masih harus menunggu satu hari lagi untuk jadi.
Tubuhnya lemas. Dia bayangkan, hari ini pasti dia tidak akan mendapatkan
uang, untuk makan, dan modal membeli kacang, yang akan dia olah kembali
menjadi tempe.

Di tengah putus asa, terbersit harapan di dadanya. Dia tahu, jika
meminta kepada Allah, pasti tak akan ada yang mustahil. Maka, di
tengadahkan kepala, dia angkat tangan, dia baca doa. "Ya Allah, Engkau
tahu kesulitanku. Aku tahu Engkau pasti menyayangi hamba-Mu yang hina
ini.
Bantulah aku ya Allah, jadikanlah kedelai ini menjadi tempe.
Hanya kepada-Mu kuserahkan nasibku...
"Dalam hati, dia yakin, Allah akan mengabulkan doanya.
Dengan tenang, dia tekan dan mampatkan daun pembungkus tempe. Dia
rasakan hangat yang menjalari daun itu. Proses peragian memang masih
berlangsung. Dadanya gemuruh. Dan pelan, dia buka daun pembungkus tempe.
Dan... dia kecewa. Tempe itu masih belum juga berubah.
Kacangnya
belum semua menyatu oleh kapas-kapas ragi putih.

Tapi, dengan memaksa senyum, dia berdiri. Dia yakin, Allah pasti sedang
"memproses" doanya. Dan tempe itu pasti akan jadi. Dia yakin, Allah
tidak akan menyengsarakan hambanya yang setia beribadah seperti dia.
Sambil meletakkan semua tempe setengah jadi itu ke dalam keranjang, dia
berdoa lagi. "Ya Allah, aku tahu tak pernah ada yang mustahil bagi-Mu.
Engkau maha tahu, bahwa tak ada yang bisa aku lakukan selain berjualan
tempe. Karena itu ya Allah, jadikanlah.
Bantulah aku, kabulkan doaku..."

Sebelum mengunci pintu dan berjalan menuju pasar, dia buka lagi daun
pembungkus tempe. Pasti telah jadi sekarang, batinnya.
Dengan berdebar, dia intip dari daun itu, dan... belum jadi. Kacang itu
belum sepenuhnya memutih. Tak ada perubahan apa pun atas ragian kacang
tersebut.
"Keajaiban Tuhan akan datang... pasti," yakinnya.

Dia pun berjalan ke pasar. Di sepanjang perjalanan itu, dia yakin,
"tangan"
Tuhan tengah bekerja untuk mematangkan proses peragian atas
tempe-tempenya. Berkali-kali dia dia memanjatkan doa... berkali- kali
dia yakinkan diri, Allah pasti mengabulkan doanya.

Sampai di pasar, di tempat dia biasa berjualan, dia letakkan
keranjang-keranjang itu. "Pasti sekarang telah jadi tempe!" batinnya.
Dengan berdebar, dia buka daun pembungkus tempe itu, pelan-pelan. Dan...
dia terlonjak.
Tempe itu masih tak ada perubahan. Masih sama seperti ketika pertama
kali dia buka di dapur tadi.

Kecewa, airmata menitiki keriput pipinya. Kenapa doaku tidak dikabulkan?
Kenapa tempe ini tidak jadi? Kenapa Tuhan begitu tidak adil? Apakah Dia
ingin aku menderita? Apa salahku? Demikian batinnya berkecamuk. Dengan
lemas, dia gelar tempe-tempe setengah jadi itu di atas plastik yang
telah dia sediakan.
Tangannya lemas, tak ada keyakinan akan ada yang mau membeli tempenya
itu.
Dan dia tiba-tiba merasa lapar... merasa sendirian. Tuhan telah
meninggalkan aku, batinnya. Airmatanya kian menitik. Terbayang esok dia
tak dapat berjualan...
esok dia pun tak akan dapat makan.
Dilihatnya kesibukan pasar, orang yang lalu lalang, dan "teman-
temannya"
sesama penjual tempe di sisi kanan
dagangannya yang mulai berkemas. Dianggukinya mereka yang pamit, karena
tempenya telah laku. Kesedihannya mulai memuncak.

Diingatnya, tak pernah dia mengalami kejadian ini. Tak pernah tempenya
tak jadi. Tangisnya kian keras. Dia merasa cobaan itu terasa berat... Di
tengah kesedihan itu, sebuah tepukan menyinggahi pundaknya. Dia
memalingkan wajah, seorang perempuan cantik, paro baya, tengah
tersenyum, memandangnya. "Maaf Ibu, apa ibu punya tempe yang setengah
jadi? Capek saya sejak pagi mencari-cari di pasar ini, tak ada yang
menjualnya. Ibu punya??"

Penjual tempe itu bengong. Terkesima. Tiba-tiba wajahnya pucat. Tanpa
menjawab pertanyaan si ibu cantik tadi, dia cepat menadahkan tangan. "Ya
Allah, saat ini aku tidak ingin tempe itu jadi.
Jangan engkau kabulkan doaku yang tadi.
Biarkan sajalah tempe itu seperti tadi, jangan jadikan tempe..." Lalu
segera dia mengambil tempenya. Tapi, setengah ragu, dia letakkan lagi.
"jangan-jangan, sekarang sudah jadi tempe..."

"Bagaimana Bu? Apa ibu menjual tempe setengah jadi?" tanya perempuan itu
lagi. Kepanikan melandanya lagi. "Duh Gusti... bagaimana ini?
Tolonglah ya Allah, jangan jadikan tempe ya?" ucapnya berkali-kali.
Dan
dengan gemetar, dia buka pelan-pelan daun pembungkus tempe itu. Dan apa
yang dia lihat, pembaca?? Di balik daun yang hangat itu, dia lihat tempe
yang masih sama. Belum jadi! "Alhamdulillah! " pekiknya, tanpa sadar.
Segera dia angsurkan tempe itu kepada si pembeli.

Sembari membungkus, dia pun bertanya kepada si ibu cantik itu. "Kok Ibu
aneh ya, mencari tempe kok yang belum jadi?"
"Oohh, bukan begitu, Bu. Anak saya, si Sulhanuddin, yang kuliah S2 di
Australia ingin sekali makan tempe, asli buatan sini. Nah, agar bisa
sampai sana belum busuk, saya pun mencari tempe yang belum jadi.
Jadi, saat saya bawa besok, sampai sana masih layak dimakan. Ohh ya,
jadi semuanya berapa,Bu?"

Kawan, ini kisah yang biasa bukan? Dalam kehidupan sehari-hari, kita
acap berdoa, dan "memaksakan" Allah memberikan apa yang menurut kita
paling cocok untuk kita. Dan jika doa kita tidak dikabulkan, kita merasa
diabaikan,merasa kecewa. padahal, Allah paling tahu apa yang paling
cocok untuk kita.

Bahwa semua rencana-NYA adalah sempurna, indah dan MENAKJUBKAN. .

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Tak ada yg bisa diucapkan..
Subhanallah.. Allah Maha Tahu.

Facebook