Rabu, 19 Januari 2011

Hidup yang Indah

Kemarahan membutakan akal sehat.
Banyak malapetaka sejarah sebenarnya dapat dihindari.
Tindakan-tindakan disaat marah telah menyebabkan banyak orang terjerembab kedalam kehancuran yang tidak dapat diperbaiki

Jika kita gembira kita jarang marah dan jika kita marah itulah saatnya untuk mengetahui bahwa rohani kita haus dan jiwa kita memerlukan bantuan dan perbaikan. Jadi sediakanlah waktu untuk dekat dengan sang Pencipta dan Alam.

Disukai adalah kebalikan dari dibenci. Dan jika kita tidak mau dibenci orang . Kita harus belajar bagaimana agar disukai orang. dan tidak sukar untuk melakukan hal itu apabila kita berusaha.

Hiduplah secara sederhana tanpa kesombongan. Perhatikanlah si miskin dan kehidupan kita akan berbunga dengan keelokan yang benar dan memuaskan dalam hati dan pikiran

Waktu dan kesempatan akan datang kepada semua. maka bersiap-siaplah untuk keduanya itu.

Jangan takut terhadap suatu perubahan
Perubahan adalah apa yang kita perlukan untuk menimbulkan kekuatan untuk maju kedepan dan menemukan penemuan baru yang tidak pernah kita mimpikan sebelumnya. dan dengan bangga menyambutnya untuk mengubah gagasan dan tindakan menjadi keuntungan untuk diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu sambutlah perubahan .

Nikmatilah hidup, ingat kematian, waktu tidak dapat dibeli dan kita harus bersyukur karena kita masih hidup dengan baik karena itu hiduplah setiap harinya sepenuhnya dengan menjadikan orang lain dan dirimu sendiri bahagia dan sehat.

Cinta menutupi segala yang salah. Cinta itu sendiri datang dari Tuhan. Maka kita harus berdoa kepada NYA agar kita diberi banyak rasa cinta seperti itu. Jika kita benar-benar mencintai seseorang, maka kita tidak boleh banyak bertanya tentang masa lalunya . Kebanyakan masa lalu tidak begitu baik. Semakin sedikit kita mengetahuinya semakin baik. Disaat terjadi pertengkaran , masa lalu itu akan menjadikan rasa sakit itu bertambah sakit.

Belajarlah merasa puas dengan apa yang kita miliki. Merasa puas adalah Keuntungan terbesar. Buanglah segala rasa dengki, karena rasa dengki kanker watak manusia. Hanya orang yang benar-benar rendah hati dan dewasalah yang tidak memiliki rasa iri kepada orang lain. Orang kaya ingin menjadi lebih kaya lagi.Orang miskin tidak mau lebih miskin lagi. Keduanya akan mati tanpa sanggup membawa kekayaan atau kemiskinannya dengan mereka.

Apabila seseorang berhati emas dan baik hati serta mau menolong orang lain, maka rasa iri itu tidak akan gampang tinggal dalam diri. Milikilah selalu kata-kata yang baik untuk diucapkan dan beberapa hal yang menarik perhatian yang akan dibagikan kepada siapa saja yang kita jumpai
Dengan demikian kita akan menolong menyiarkan kabar kebaikan dan kegembiraan kepada semua orang.

Apabila seseorang atau teman tiba-tiba berubah menentang kita , janganlah marah kepada mereka . Kasihanilah mereka. berdoalah untuk mereka. Suatu kehormatan yang terbesar dalam hidup adalah bila kita tidak hanya memperhatikan kesalahan-kesalahan orang lain.

Dunia ini indah. tetapi kita harus ikut serta menjadikannya indah. Perlihatkan dengan contoh perbuatan diri sendiri dan biarkan orang lain mengikutinya. Ingatlah cara yang rendah hati adalah cara yang paling teruji untuk mencapai perdamaian dan kebahagiaan. Rasa iri hanya membawa kepada kesusahan .


*** RASA IRI ADALAH ZAT YANG MENCAIRKAN KEBAIKAN DAN MENGUBAH MENJADI KEJAHATAN ***


Skype : wulan.julia:

Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Suara yang paling indah


Seorang tua yang tidak berpendidikan tengah mengunjungi sebuah kota besar untuk pertama kali dalam hidupnya. Dia dibesarkan di sebuah dusun di pegunungan yang terpencil, bekerja keras membesarkan anak-anaknya, dan kini sedang menikmati kunjungan perdananya ke rumah anak-anaknya yang modern.

Suatu hari, sewaktu dibawa berkeliling kota, orang tua itu mendengar suara yang menyakitkan telinga. Belum pernah dia mendengar suara yang bergitu tidak enak didengar semacam itu di dusunnya yang sunyi. Dia bersikeras mencari sumber bunyi tersebut. Dia mengikuti sumber suara sumbang itu, dan dia tiba di sebuah ruangan belakang rumah, di mana seorang anak kecil sedang belajar bermain biola.

“Ngiiik! Ngoook!” berasal dari nada sumbang biola tersebut.

Saat dia mengetahui dari putranya bahwa itulah yang dinamakan biola, dia memutuskan untuk tidak akan pernah mau lagi mendengar suara mengerikan tersebut.

Hari berikutnya, di bagian kota lain, orang tua ini mendengar suara yang seolah membelai-belai telinga tuanya. Belum pernah dia mendengar melodi yang seindah itu di lembah gunungnya, dia pun mencoba mencari sumber suara tersebut. Ketika sampai ke sumbernya, dia tiba di tuangan depan sebuah rumah, di mana seorang perempuan tua, seorang maestro, sedang memainkan sonata dengan biolanya.

Seketika, orang tua ini menyadari kekeliruannya. Suara tidak mengenakkan yang didengarnya kemarin bukanlah kesalahan dari biola, bukan pula salah anak itu. Itu hanyalah proses belajar dari seorang anak yang belum bisa memainkan biolanya dengan baik.

Dengan kebijaksanaan polosnya, orang tua itu berpikir bahwa mungkin demikian pula halnya dengan agama. Sewaktu kita bertemu dengan seseorang yang menggebu-gebu terhadap kepercayaannya, tidak lah benar untuk menyalahkan agamanya. Itu hanyalah proses belajar seorang pemula yang belum bisa memainkan agamanya dengan baik. Sewaktu kita bertemu dengan seorang bijak, seorang maestro agamanya, itu merupakan pertemuan indah yang menginspirasi kita selama bertahun-tahun, apa pun kepercayaan mereka.

Pada hari ketiga, di bagian kota lain, si orang tua mendengar suara lain yang bahkan melebihi kemerduan dan kejernihan suara sang maestro biola. Melebihi indahnya suara aliran air pegunungan pada musim semi, melebihi indahnya suara angin musim gugur di sebuah hutan, melebihi merdunya suara burung-burung pegunungan yang berkicau setelah hujan lebat. Bahkan melebihi keindahan hening pegunungan sunyi pada suatu malam musim salju.

Itu adalah suara sebuah orkestra besar yang memainkan sebuah simfoni. Bagi si orang tua, alasan mengapa itulah suara terindah di dunia adalah, setiap anggota orkestra merupakan maestro alat musiknya masing-masing dan mereka telah belajar lebih jauh lagi untuk bisa bermain bersama-sama dalam harmoni.

“Mungkin ini sama dengan agama,” pikir si orang tua. “Marilah kita semua mempelajari hakikat kelembutan keyakinan/mazhab kita melalui pelajaran-pelajaran kehidupan. Marilah kita semua menjadi maestro cinta kasih di dalam keyakinan masing-masing. Lalu, setelah mempelajari keyakinan kita dengan baik, lebih jauh lagi, mari kita belajar untuk bermain, seperti halnya para anggota sebuah orkestra, bersama-sama dengan penganut keyakinan/mazhab lain dalam sebuah harmoni!”


Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Facebook