Posting yg luar biasa dari milist tetangga...
TUHANNYA MENGECIL
Hidup adalah pembanding saja, jadi kalau salah membandingkan,
kebahagiaan kita akan hilang. Contoh sederhana adalah Amri bin umar
sangat tinggi kalau dibandingkan dengan anak yang usia dua tahun. Tapi
kalau Amri bin umardibandingkan dengan orang yang lebih tinggi, maka
Amri bin umar akan menjadi pendek. Begitu juga kulit Amri bin umar, akan
terlihat putih kalau dibandingkan dengan beberapa temen dari negara
tertentu, namun suatu ketika rapat dengan beberapa negara tertentu yang
kulitnya sangat putih, maka saat itu Amri bin umar terlihat sangat
hitam. Bahkan ketika foto bersama setelah rapat itu, dari semua peserta
rapat, Amri bin umar paling hitam. Pada waktu itu, posisi fotonya
ditengah, jadi Amri bin umar terlihat seperti tembok pemisah antara blok
kanan dan blok kiri.
Begitu juga kehidupan, terutama yang berkaitan dengan ketenangan hati
dalam menghadapi hidup, sangat tergantung pada bagaimana kita
membandingkan. Kalau salah membandingkan, maka siap-siap saja kita akan
tidak pernah bahagia. Kemudian timbul pertanyaan, "Siapakah pembanding"
yang menyebabkan kita akan selalu dalam ketentraman hati?. Jawabnya
sangat sederhana, yaitu: "Tuhan kita tidak boleh mengecil". Maksudnya
adalah, meletak Tuhan dalam hati keimanan kita menjadi Tuhan Maha Besar.
Ketika Tuhan, sudah Maha Besar dalam hati kehidupan kita, maka apapun
permasalahan kehidupan kita akan menjadi sangat lapang.
Ketika kami kedatangan tamu, kebetulan beliau penghasilannya sangat
banyak dan berlimpah, sebab semua fasilitas keluarganya tercukupi oleh
perusahaan, maka beliau bisa tersenyum dengan lebar, berjalannya sangat
gagah, berbicaranya penuh optimistis dan lain sebagainya. Kemudian dua
tahun berikutnya, perusahaan tempat dia bekerja bangkrut, sehingga temen
saya ini gajinya harus dikurangi sangat drastis dan bahkan mau
dirumahkan, maka saat itu beliau juga sering kerumah dengan wajah
terlihat 10 tahun lebih tua dari usia sebenarnya. Sejak saat itu, beliau
tidak pernah bahagia, tidak pernah optimis, wajah ketakutan seperti
dikejar perampok. Ini terjadi karena Tuhannya mengecil. Yaitu secara
tidak tersadarai, dirinya teracuni oleh bisikan kehidupan "kalau
penghasilan mengecil, dirinya akan kesulitan menghadapi hidup".Padahal,
gaji tidak sama dengan rizki.
Seorang pengantin baru, terlihat bahagia karena melihat pasangannya
terlihat tampan dan cantik. Dua-duanya bekerja dengan penghasilan yang
sangat cukup. Lima tahun berikutnya, karir suami sangat melejit, demi
kebaikan perkembangan anak-anaknya, maka diputuskan pihak istri tidak
bekerja. Setelah karir semakin melejit, dan sering melihat kehidupan
lebih luas termasuk banyak wanita karir yang mengelilingnya, maka godaan
setan tidak mampu dia tahan. Mulailah, membandingkan orang-orang yang
disekelilingnya terlihat sangat cantik dibanding dengan istrinya yang
dirumah. Ketika itu, Tuhannya mengecil, dan selalu membandingkan
istrinya dengan orang-orang yang ada disekelilingnnya. Habislah
kebahagiaannya kehidupannya.
Begitu juga sebaliknya, sekarang banyak tren baru, para istri karir,
minta diceraikan oleh suaminya, sebab setelah dirinya berkarir melejit
yang kebetulan pihak suami tidak begitu melejit dan bahkan
penghasilannya berkurang, maka banyak para istri yang merasa bahwa
keluarganya dipimpin oleh seorang suami yang kurang smart, kurang
visioner dan lain sebagainya. Mulai saat itu, banyak wanita karir yang
mulai disibukkan dengan pekerjaan baru, bukan hanya pergi ke kantor tapi
juga pergi ke pengadilan untuk minta cerai. Ini terjadi karena, Tuhan
dalam hatinya sudah mulai mengecil.
Hidup adalah pembanding, kalau salah dalam membandingkan, maka kehidupan
kita tidak akan pernah tenteram. Masalah-masalah kecil akan terlihat
sangat besar sebab "Tuhan dalam hatinya" mulai mengecil. Namun bagi
orang yang meletakkan "Tuhan dalam hatinya" selalu Maha Besar, maka
permasalahan apapun yang dihadapi dalam kehidupan akan terlihat sangat
kecil. Akibat positifnya, kita akan selalu optimis dalam menghadapi
kehidupan, apapun permasalahannya.
Hidup adalah pilihan pembanding, salah membandingkan siap-siap saja
tidak pernah bahagia. Pembanding yang abadi adalah "Tuhan Maha Besar".
Berani menghadapi metode pembanding yang benar !!! Bagaimana pendapat
sahabat ???
kebahagiaan kita akan hilang. Contoh sederhana adalah Amri bin umar
sangat tinggi kalau dibandingkan dengan anak yang usia dua tahun. Tapi
kalau Amri bin umardibandingkan dengan orang yang lebih tinggi, maka
Amri bin umar akan menjadi pendek. Begitu juga kulit Amri bin umar, akan
terlihat putih kalau dibandingkan dengan beberapa temen dari negara
tertentu, namun suatu ketika rapat dengan beberapa negara tertentu yang
kulitnya sangat putih, maka saat itu Amri bin umar terlihat sangat
hitam. Bahkan ketika foto bersama setelah rapat itu, dari semua peserta
rapat, Amri bin umar paling hitam. Pada waktu itu, posisi fotonya
ditengah, jadi Amri bin umar terlihat seperti tembok pemisah antara blok
kanan dan blok kiri.
Begitu juga kehidupan, terutama yang berkaitan dengan ketenangan hati
dalam menghadapi hidup, sangat tergantung pada bagaimana kita
membandingkan. Kalau salah membandingkan, maka siap-siap saja kita akan
tidak pernah bahagia. Kemudian timbul pertanyaan, "Siapakah pembanding"
yang menyebabkan kita akan selalu dalam ketentraman hati?. Jawabnya
sangat sederhana, yaitu: "Tuhan kita tidak boleh mengecil". Maksudnya
adalah, meletak Tuhan dalam hati keimanan kita menjadi Tuhan Maha Besar.
Ketika Tuhan, sudah Maha Besar dalam hati kehidupan kita, maka apapun
permasalahan kehidupan kita akan menjadi sangat lapang.
Ketika kami kedatangan tamu, kebetulan beliau penghasilannya sangat
banyak dan berlimpah, sebab semua fasilitas keluarganya tercukupi oleh
perusahaan, maka beliau bisa tersenyum dengan lebar, berjalannya sangat
gagah, berbicaranya penuh optimistis dan lain sebagainya. Kemudian dua
tahun berikutnya, perusahaan tempat dia bekerja bangkrut, sehingga temen
saya ini gajinya harus dikurangi sangat drastis dan bahkan mau
dirumahkan, maka saat itu beliau juga sering kerumah dengan wajah
terlihat 10 tahun lebih tua dari usia sebenarnya. Sejak saat itu, beliau
tidak pernah bahagia, tidak pernah optimis, wajah ketakutan seperti
dikejar perampok. Ini terjadi karena Tuhannya mengecil. Yaitu secara
tidak tersadarai, dirinya teracuni oleh bisikan kehidupan "kalau
penghasilan mengecil, dirinya akan kesulitan menghadapi hidup".Padahal,
gaji tidak sama dengan rizki.
Seorang pengantin baru, terlihat bahagia karena melihat pasangannya
terlihat tampan dan cantik. Dua-duanya bekerja dengan penghasilan yang
sangat cukup. Lima tahun berikutnya, karir suami sangat melejit, demi
kebaikan perkembangan anak-anaknya, maka diputuskan pihak istri tidak
bekerja. Setelah karir semakin melejit, dan sering melihat kehidupan
lebih luas termasuk banyak wanita karir yang mengelilingnya, maka godaan
setan tidak mampu dia tahan. Mulailah, membandingkan orang-orang yang
disekelilingnya terlihat sangat cantik dibanding dengan istrinya yang
dirumah. Ketika itu, Tuhannya mengecil, dan selalu membandingkan
istrinya dengan orang-orang yang ada disekelilingnnya. Habislah
kebahagiaannya kehidupannya.
Begitu juga sebaliknya, sekarang banyak tren baru, para istri karir,
minta diceraikan oleh suaminya, sebab setelah dirinya berkarir melejit
yang kebetulan pihak suami tidak begitu melejit dan bahkan
penghasilannya berkurang, maka banyak para istri yang merasa bahwa
keluarganya dipimpin oleh seorang suami yang kurang smart, kurang
visioner dan lain sebagainya. Mulai saat itu, banyak wanita karir yang
mulai disibukkan dengan pekerjaan baru, bukan hanya pergi ke kantor tapi
juga pergi ke pengadilan untuk minta cerai. Ini terjadi karena, Tuhan
dalam hatinya sudah mulai mengecil.
Hidup adalah pembanding, kalau salah dalam membandingkan, maka kehidupan
kita tidak akan pernah tenteram. Masalah-masalah kecil akan terlihat
sangat besar sebab "Tuhan dalam hatinya" mulai mengecil. Namun bagi
orang yang meletakkan "Tuhan dalam hatinya" selalu Maha Besar, maka
permasalahan apapun yang dihadapi dalam kehidupan akan terlihat sangat
kecil. Akibat positifnya, kita akan selalu optimis dalam menghadapi
kehidupan, apapun permasalahannya.
Hidup adalah pilihan pembanding, salah membandingkan siap-siap saja
tidak pernah bahagia. Pembanding yang abadi adalah "Tuhan Maha Besar".
Berani menghadapi metode pembanding yang benar !!! Bagaimana pendapat
sahabat ???
Karawang, 28 Agustus 2008, 16.00 wib
Salam,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar