Kamis, 28 Agustus 2008

Mimbar Jumat


 
Posting yg luar biasa dari milist tetangga...


TUHANNYA MENGECIL
 
Hidup adalah pembanding saja, jadi kalau salah membandingkan,

kebahagiaan kita akan hilang. Contoh sederhana adalah Amri bin umar

sangat tinggi kalau dibandingkan dengan anak yang usia dua tahun. Tapi

kalau Amri bin umardibandingkan dengan orang yang lebih tinggi, maka

Amri bin umar akan menjadi pendek. Begitu juga kulit Amri bin umar, akan

terlihat putih kalau dibandingkan dengan beberapa temen dari negara

tertentu, namun suatu ketika rapat dengan beberapa negara tertentu yang

kulitnya sangat putih, maka saat itu Amri bin umar terlihat sangat

hitam. Bahkan ketika foto bersama setelah rapat itu, dari semua peserta

rapat, Amri bin umar paling hitam. Pada waktu itu, posisi fotonya

ditengah, jadi Amri bin umar terlihat seperti tembok pemisah antara blok

kanan dan blok kiri.

Begitu juga kehidupan, terutama yang berkaitan dengan ketenangan hati

dalam menghadapi hidup, sangat tergantung pada bagaimana kita

membandingkan. Kalau salah membandingkan, maka siap-siap saja kita akan

tidak pernah bahagia. Kemudian timbul pertanyaan, "Siapakah pembanding"

yang menyebabkan kita akan selalu dalam ketentraman hati?. Jawabnya

sangat sederhana, yaitu: "Tuhan kita tidak boleh mengecil". Maksudnya

adalah, meletak Tuhan dalam hati keimanan kita menjadi Tuhan Maha Besar.

Ketika Tuhan, sudah Maha Besar dalam hati kehidupan kita, maka apapun

permasalahan kehidupan kita akan menjadi sangat lapang.

Ketika kami kedatangan tamu, kebetulan beliau penghasilannya sangat

banyak dan berlimpah, sebab semua fasilitas keluarganya tercukupi oleh

perusahaan, maka beliau bisa tersenyum dengan lebar, berjalannya sangat

gagah, berbicaranya penuh optimistis dan lain sebagainya. Kemudian dua

tahun berikutnya, perusahaan tempat dia bekerja bangkrut, sehingga temen

saya ini gajinya harus dikurangi sangat drastis dan bahkan mau

dirumahkan, maka saat itu beliau juga sering kerumah dengan wajah

terlihat 10 tahun lebih tua dari usia sebenarnya. Sejak saat itu, beliau

tidak pernah bahagia, tidak pernah optimis, wajah ketakutan seperti

dikejar perampok. Ini terjadi karena Tuhannya mengecil. Yaitu secara

tidak tersadarai, dirinya teracuni oleh bisikan kehidupan "kalau

penghasilan mengecil, dirinya akan kesulitan menghadapi hidup".Padahal,

gaji tidak sama dengan rizki.

Seorang pengantin baru, terlihat bahagia karena melihat pasangannya

terlihat tampan dan cantik. Dua-duanya bekerja dengan penghasilan yang

sangat cukup. Lima tahun berikutnya, karir suami sangat melejit, demi

kebaikan perkembangan anak-anaknya, maka diputuskan pihak istri tidak

bekerja. Setelah karir semakin melejit, dan sering melihat kehidupan

lebih luas termasuk banyak wanita karir yang mengelilingnya, maka godaan

setan tidak mampu dia tahan. Mulailah, membandingkan orang-orang yang

disekelilingnya terlihat sangat cantik dibanding dengan istrinya yang

dirumah. Ketika itu, Tuhannya mengecil, dan selalu membandingkan

istrinya dengan orang-orang yang ada disekelilingnnya. Habislah

kebahagiaannya kehidupannya.

Begitu juga sebaliknya, sekarang banyak tren baru, para istri karir,

minta diceraikan oleh suaminya, sebab setelah dirinya berkarir melejit

yang kebetulan pihak suami tidak begitu melejit dan bahkan

penghasilannya berkurang, maka banyak para istri yang merasa bahwa

keluarganya dipimpin oleh seorang suami yang kurang smart, kurang

visioner dan lain sebagainya. Mulai saat itu, banyak wanita karir yang

mulai disibukkan dengan pekerjaan baru, bukan hanya pergi ke kantor tapi

juga pergi ke pengadilan untuk minta cerai. Ini terjadi karena, Tuhan

dalam hatinya sudah mulai mengecil.

Hidup adalah pembanding, kalau salah dalam membandingkan, maka kehidupan

kita tidak akan pernah tenteram. Masalah-masalah kecil akan terlihat

sangat besar sebab "Tuhan dalam hatinya" mulai mengecil. Namun bagi

orang yang meletakkan "Tuhan dalam hatinya" selalu Maha Besar, maka

permasalahan apapun yang dihadapi dalam kehidupan akan terlihat sangat

kecil. Akibat positifnya, kita akan selalu optimis dalam menghadapi

kehidupan, apapun permasalahannya.

Hidup adalah pilihan pembanding, salah membandingkan siap-siap saja

tidak pernah bahagia. Pembanding yang abadi adalah "Tuhan Maha Besar".

Berani menghadapi metode pembanding yang benar !!! Bagaimana pendapat

sahabat ???
 
 
Karawang, 28 Agustus 2008, 16.00 wib
Salam,

Tidak ada komentar:

Facebook