Novita, Mb Nanda dan semua sharing yang telah diberikan kepada saya, dan
itu telah membuka mata hati saya bahwa selama ini saya telah bertindak
sangat egois terhadap anak2 saya khususnya, karna perasaan sentimentil
saya telah membuat jarak antara saya dan anak2,
makhluk2 kecil yang harusnya selalu disayang dan dilindungi, saya jadi
merasa sangat berdosa kalau ingat betapa selama ini saya selalu
membentak anak2, bahkan untuk melayani pertanyaan mereka yang ceriwis
pun saya tidak punya waktu dan malah membentaknya "udah nanya melulu,
mama capek nih, cerewet banget sich ", trus saya udah mulai memukul si
abang kalau dia nakal pada adeknya, atau mencuekin rengekan si adek
(kebetulan si adek kalau mau tidur permintaannya banyak, minta
susu/teh, trus pipis, trus minta digarukin, dsbnya) dan anak2 saya mulai
takut pada saya, apalagi kalau saya mulai teriak2.
Saya jadi ingat masa kecil saya yang tidak bahagia karna orang tua
selalu berantam (akhirnya ayah saya menikah lagi dan ibu meninggal tidak
lama kemudian). Dulu setiap kali orang tua berantam kami anak2 selalu
jadi sasaran kemarahan baik dari ayah maupun ibu dan waktu kecil kalau
mendengar suara keras sedikit saja saya selalu ketakutan, 'Ya Tuhan
jangan sampai anak2 ku mengalami trauma yang sama karna kelemahanku".
Benar sekali yang ditulis Mb Camelia mengenai kedukaan yang terpendam,
saya akui sejak suami saya meninggal saya sangat jarang menangis (saya
menangis habis2-an hanya pada saat pemakamannya).
Tahun pertama saya menahan tangis karna sedang hamil (katanya ibu hamil
tidak boleh menangis karna akan mempengaruhi emosi bayinya), Tahun kedua
punya bayi baru - kesibukan baru plus membagi perhatian untuk dua
batita, terutama si abang yang kelihatannya cemburu pada si adek bayi,
Tahun ketiga masalah baru - Mbak2 yang membantu saya mengurus anak2
selama ini resign dua2nya, jadi sibuk nyari Mbak2 + sibuk nyari sekolah
buat si Abang yang mulai masuk TK, dan sekarang di Tahun ke empat saya
agak santai tapi akibatnya jadi punya waktu banyak untuk merenung dan
bersedih.
Tapi gimana ya .. , manusia tidak bisa mengubah takdir, tidak pernah
terbayangkan sebelumnya kalau pada usia 30-an saya sudah menjadi janda
(pada usia yang sama banyak yg belum menikah atau baru memulai hidup
baru), tapi perkawinan saya sudah berakhir. Tapi mungkin ada yang bisa
saya ubah/persiapkan yaitu masa depan anak2 saya, jangan sampai saya
"merusak" mereka dengan kemarahan dan kesedihan saya.
Saya mencintai anak2 saya tapi saya juga merasakan tanggung jawab yang
besar terhadap mereka dan terkadang itu membuat saya depresi (sampai
sekarang saya masih merasa sedih dan iri kalau melihat keluarga muda
yang lengkap dengan anak2nya yang masih kecil).
Thanks juga dengan adanya milis singleparents ini bisa menjadi media
konsultasi dan sharing, 'trus terang saya ini sebenarnya orangnya sangat
tertutup, saya tidak pernah curhat kesiapapun mengenai masalah saya ini,
tapi saya mendapatkan manfaat dari milis indosingleparent ini.
Salam
------------------------------------
=================================================
Kalau anda butuh bantuan / sedang bingung sekali, jangan sungkan.
Silahkan hubungi email/YM siapapun di milis ini. Hidup itu sangat
berharga.
Komunitas Indo Single parents Blog :
http://indosingleparent.blogspot.com/
Nomor Telepon Milis : (021) 9955.3893
Yahoo! Groups Links
<*> To visit your group on the web, go to:
http://groups.yahoo.com/group/indosingleparent/
<*> Your email settings:
Individual Email | Traditional
<*> To change settings online go to:
http://groups.yahoo.com/group/indosingleparent/join
(Yahoo! ID required)
<*> To change settings via email:
mailto:indosingleparent-digest@yahoogroups.com
mailto:indosingleparent-fullfeatured@yahoogroups.com
<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
indosingleparent-unsubscribe@yahoogroups.com
<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
http://docs.yahoo.com/info/terms/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar