Harus diakui hingga saat ini ak sangat heran bisa melewati empat tahun
bersama Bintang, karena kalau difikir fakir ak sendiri ndak percaya bisa
melewati beban tersebut. Tapi benar kata orang ''untuk duka,,,jangan
berfikir..jalani saja... ''
Awalnya semua memang terasa berat, apalagi kami sudah kehilangan ayahnya
sejak Bintang berumur enam bulan dan hingga saat ini Bintang tidak
pernah bertemu ayahnya bahkan mengenalnyapun tidak (semoga Allah
mengampuni Lelaki itu karena sudah lupa dengan anaknya ). Semuanya
dijalani sendiri, difikirkan sendiri dan ditahan sendiri, walaupun
dukungan keluarga sangat besar dan luarbiasa (namun kesedihan dan
kelukaan itu hanya kita sendiri yang merasakannya bukan?).
Dua tahun pertama benar benar perjuangan yang melelahkan, bukan hanya
mengobati Bintang yang menjadi prioritasku tapi juga mengobati ''hati
Bundanya ''. Tapi disinilah barangkali letaknya makna ''sesuatu ada
hikmahnya '' atau disinilah letaknya arti : innamal yusrii..yusrooo,
didalam kesusahaan selalu ada kemudahan.
Hikmah yang kurasakan dari sakitnya Bintang adalah ''aku ndak sempat
mikiran ayahnya beserta perangainya ''. Aku tdk sempat menikmati luka
karena disakiti suamiku atau tidak bisa sedih karena tingkah lakunya. ''
karena yang ada dalam otak dan fikiranku selama 24 jam adalah bagaimana
mengobati Bintang, bagaimna menckupi biayanya dan lain lain tentang
dirinya.
Aku ndak bisa sdih karena ayahnya disebabkan Hatiku slalu risau
memikirkan Bintang yang tergolek tak berdaya, hatiku selalu kuisi dengan
kecemasan, doa dan harapan untuk kesembuhannya hingga ''terlupa ''
memkirkan ayahnya. Aku ndak tahu (lebih tpt tdk mau tahu) ayahnya mau
kemana, tdr dengan siapa atau lagi dimana. Biarlah...yang penting anakku
sehat dengan segera. Apalagi kami lain kota dan propinsi sehingga
perhatian dna hidupku (lahir/bathin) hanya untuk Bintang.
Saat itu ak hanya berfikir dan bertekad: AKU TIDAK AKAN MEMBUAT BINTANG
MENDERITA LAGI.
Betapa tidak, Putraku mengalami hidup yang sangat berat karena:
1. penyakit yang dideritanya
2. ayah yang tidak perduli dengannya sejak umur 6 bulan (catat: 6
bulan)
lalu apakah aku akan menambah dengan Bunda yang rapuh? Yg hanya bisa
menangis?
OH NO, NO and NO. Bintang telah kehilangan ayahnya, ia didera penyakit
bertubi-tubi. Namun Bintang tidak akan kehilangan Bundanya, Aku harus
Kuat, bukan untukku tapi untuk DIRINYA.. BINTANG HIDUPKU
Ini memang sugesti yang konyol, tapi ternyata sangat manjur membuat aku
kuat. Sekarang..anehnya setelah Bintang sembuh dan bisa ceria..aku baru
berfikir tentang ayahnya (itupun karena membaca milis ini he he he ,
jadi kefikir ma mantan suami)
Dan anehnya lagi, sudah sebulan ini aku berusaha memikirkannya,
membayangkan wajahnya..dan selalu ''gagal ''. Kadang kucoba merasakan
luka itu.. tapi..ajaib sudah tidak ada. Luka itu sudah sembuh. DEmi
Allah tidak ada sedikitpun kebenciaku padanya. Keceriaan Bintang.. dan
segala pola tingkah lakunya membuat aku bisa menerima kenyataan ini.
Bagiku saat ini yang penting adalah : bagaimana membuat Bintang segera
dapat berlari.membesarkannya .dan mengantarkannya menjadi anak yang
soleh. Bukan hanya bagi Bundanya namun juga bagi semua. Sehingga ketika
aku menutup mata suatu saat kela, aku dengan tenang berkata: Rabb...aku
iklas mengakhiri Jihad ini dan sekarang ..aku ridho untuk kembali
padaMU
Mohon doanya ya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar