Kamis, 17 Juni 2010

Monyet dan kacang

Dari sebuah artikel menarik tentang teknik berburu monyet di hutan-hutan Afrika. Caranya begitu unik. Sebab, teknik itu memungkinkan is pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa cedera sedikitpun. Maklum, ordernya memang begitu. Sebab, monyet-monyet itu akan digunakan sebagai hewan percobaan atau binatang sirkus di Amerika.

Cara menangkapnya sederhana saja. Sang pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang Dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma. Tujuannya,agar mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup.

Para pemburu melakukannya di sore Hari. Besoknya, mereka tingal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol tak bisa dikeluarkan. Kok, bisa? Tentu Kita sudah tahu jawabnya.

Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang Ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana !

Mungkin Kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenarnya Kita mungkin sedang menertawakan diri sendiri. Ya, kadang Kita bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita mengenggam erat setiap permasalahan yang Kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang.

Kita sering mendendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah melepaskan maaf. Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih Ada di dalam dada. Kita tak pernah bisa melepasnya.

Bahkan, Kita bertindak begitu bodoh, membawa "toples-toples" itu ke mana pun Kita pergi. Dengan beban berat itu, Kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, Kita sebenamya sedang terperangkap penyakit hati yang akut.

Sahabat, sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya.

Dan, Kita pun akan selamat dari penyakit hati jika sebelum tidur Kita mau melepas semua "rasa tidak enak" terhadap siapapun yang berinteraksi dengan Kita. Dengan begitu Kita akan mendapati Hari esok begitu cerah Dan menghadapinya dengan senyum.


Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Masa Pasca Perceraian

Berikut ini sharing dari salah satu member ISP melalui pengamatan pribadi mengenai Masa Pasca Perceraian, diamati dari pengalamanbn pribadi dan orang lain yang senasib. Bisa jadi subyektif,
tapi setidaknya bisa menjadi bahan perenungan.

0-1 th: masa kritis (termasuk berpikir suicide, so terrible)

1-2 th: basic recovery (setidaknya sudah mau makan dan bisa tidur)

2-3 th: slow recovery (cuek, tapi pasti ada proses penyembuhan)

3-4 th: try to enjoy life (but fake, sorry)

4-6 th: redefinition

7th : able to decide with wisdom (sudah lulus)

Semua tahap itu dijalani berjalan seperti menaiki tangga di sebuah bukit, sangat melelahkan, dan dalam perjalanan itu kita pernah bilang berkali-kali "Oh God, I'm so tired of this." atau "Hatiku letih" atau "Sick of crying." atau "Tuhan kuatkan hatiku." Kita juga mendapati tidak ada orang lain yang tertarik untuk mengerti keadaan batin kita, termasuk, kadang2, orang tua dan kakak adik, yang lebih banyak berkomentar dan menyindir. Tidak semua, ada juga yang beruntung menjalani masa sulit dengan support moral penuh dari orang-orang dekat.

warmest regards,
-Nash
YM: mnasucha


Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Don't

* Don’t undermine your worth by comparing yourself with others. It is because we are different that each of us is special.

* Don’t set your goals by what other people deem important. Only you know what is best for you.

* Don’t take for granted the things closest to your heart. Cling to them as you would your life, for without them, life is meaningless.

* Don’t let your life slip through your fingers by living in the past or for the future. By living your life one day at a time, you live ALL the days of your life.

* Don’t give up when you still have something to give. Nothing is really over until the moment you stop trying.

* Don’t be afraid to admit that you are less than perfect. It is this fragile thread that binds us each together.

* Don’t be afraid to encounter risks. It is by taking chances that we learn how to be brave.

* Don’t shut love out of your life by saying it’s impossible to find. The quickest way to receive love is to give; the fastest way to lose love is to hold it too tightly; and the best way to keep love is to give it wings.

* Don’t run through life so fast that you forget not only where you’ve been, but also where you are going.

* Don’t forget that a person’s greatest emotional need is to feel appreciated.

* Don’t be afraid to learn. Knowledge is weightless, a treasure you can always carry easily.

* Don’t use time or words carelessly. Neither can be retrieved. Life is not a race, but a journey to be savored each step of the way.

From : Ruth Meyta
Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Rabu, 09 Juni 2010

Pisang dan hati

Maryam, seorang guru sekolah dasar mengajarkan satu permainan yang sungguh menarik untuk murid-muridnya. Setiap murid diminta membawa tas plastik yang berisi pisang yang tertulis nama orang yang paling mereka benci ke kelas pada esok hari. Jadi, jumlah pisang yang perlu dibawa bergantung kepada jumlah orang yang dibenci.

Keesokan harinya, setiap murid membawa tas plastik berisi pisang masing-masing. Ada yang membawa tiga biji, ada juga lima biji dan paling banyak delapan biji. Semuanya sudah ditulis nama orang yang paling mereka benci.


"Sekarang simpanlah pisang-pisang kalian itu. Jangan lupa bawalah kemana saja kalian pergi selama seminggu. Inilah permainannya. Setelah seminggu, kita akan lihat hasilnya" tandas Ibu guru Maryam. Anak-anak tersebut menyimpan pisang mereka di dalam tasnya masing-masing.


Hari demi hari berlalu, pisang tersebut mulai berbintik-bintik dan akhirnya menjadi busuk. anak-anak itu mulai protes dan marah. Mereka tidak menyukai permainan itu lagi karena selain tas berat, badan pun berbau busuk. Ada yang menangis, enggan meneruskan permainan.


Seminggu pun berlalu, Pagi harinya lagi-lagi para murid Maryam suda bersorak. Permainan sudah tamat. Tidak ada lagi beban dan bau busuk yang perlu mereka bawa.

"Oke semua, sekarang ibu tanya apa rasanya membawa pisang dalam tas ke sana ke mari selama seminggu?" tanya Mayam. Semuanya serentak mengatakan mereka benci permainan itu. Mereka kehilangan teman, sering diejek dan tersingkirkan. Lebih jeleknya terpaksa tidur, makan, mandi, bermain dan menonton TV dengan bau busuk.


Dengan tersenyum penuh arti Maryam menjelaskan kepada murid-muridnya

"Itulah sebenarnya yang terjadi jika kita menyimpan perasaan benci pada orang lain dalam hati. Bau busuk kebencian itu akan mencemari hati dan kita akan membawanya ke mana saja kita pergi. Jika kalian saja tidak tahan dengan bau pisang busuk hanya untuk seminggu, cobalah membayangkan apa yang akan terjadi jika kalian menyimpan kebencian sepanjang hidup kalian "


Maryam mengingatkan anak muridnya supaya membuang jauh-jauh perasaan benci daripada membebani hidup. Memaafkan adalah yang terbaik. Menyayangi lebih baik daripada membenci.

Sahabat, jadi jangan letak pisang dalam tas. Dan jangan simpan kebencian, dendam kesumat dan apa-apa yang tidak enak dalam hati. Seperti pisang yang makin membusuk didalam tas itu, begitu juga hati.


From : Wulan Julia



Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Facebook