Rabu, 06 Agustus 2008

HOW SHALL I TELL MY CHILDREN - WE ARE GETTING DIVORCED/DIVORCED

 
1. Anda dan mantan harus selalu mengingat bahwa anak-anak kalian mencintai kalian berdua, walaupun kalian berdua sudah saling tidak menyukai lagi.
 
3. Konsekuensinya, kedua orang tua harus menyingkirkan perasaan duka satu sama lain.  Buang jauh-jauh perasaan terluka dan amarah kepada mantan ketika mereka berbicara kepada anak-anak mereka mengenai perceraian yang sudah terjadi or akan terjadi.
 
4. Kalau mungkin, both bapak dan ibu bersama-sama melakukan "presentasi" ini agar tidak terjadi kerancuan keterangan satu sama lain.
 
5. Percakapan yang paling objektif mungkin seperti di bawah ini :
    "ayah dan ibu akan hidup berpisah rumah, kami akan bercerai, tetapi hal ini tidak ada kaitannya dengan kalian anak-anak, kalian bukanlah penyebab perceraian ini.  Mama dan Papa tetap akan mencintai kalian dan cinta kami tidak akan pernah berhenti karena perpisahan ini.  Orang dewasa memang kadang bercerai satu sama lain, tetapi mereka tidak pernah menceraikan anak-anak mereka.  Perbedaannya hanya satu saja, bahwa ibu dan bapak tidak lagi tinggal dalam satu rumah dengan kalian, tetapi kami tetap akan melihat kalian, tetap akan menghabiskan waktu dengan kalian."
 
6. Diharapkan setelah percakapan tsb. di atas, orang tua tidak melanjutkan ke hal-hal yang lebih detail, yang mana, umumnya akan lebih membingungkan mereka, apalagi kalau dibumbui kata-kata negatif dan body language yang dramatis (si bapak gebrak-gebrak meja, si ibu nangis-nangis darah). Tunggu sampai anak-anak mengajukan pertanyaan-pertanyaan mereka. 
 
7. Usahakan secara maksimal agar "presentasi" tersebut dapat meyakinkan anak-anak bahwa mereka akan oke-oke aja, dan support kalian tetap bersama mereka.
====================================================
 
Beberapa point di atas tadi diberi judul "teori-nya"..
 
Pertanyaan akan timbul jika : ternyata pasutri yang bercerai or akan bercerai, tidak bisa melakukan hal-hal tersebut di atas. Bahwa mereka tidak bisa "sebentar" saja melakukan "gencatan senjata" demi kepentingan anak-anak.  And it's happening karena latar belakang perceraian satu orang dengan orang lainnya, ga sama (ada yang bisa seperti Evi si "damai", ada yang seperti Mba Titi si "nrimo", ada yang "gaduh" seperti Rara..ha..ha jangan marah sayang...).  Terus gimana donk ???
 
Menurut pengalaman-ku,
Lihat dulu umur anak-anak kita dan urgentcy nya menjelaskan kepada mereka
Kalau Balita, beri keterangan seringkas mungkin.
Seperti : Papa lagi kerja cari uang....
Lebih besar bisa ditambah : Papa lagi kerja di luar negeri...
Lebih besar lagi bisa ditambah : Papa lagi kerja dan tidak bisa kembali lagi ke rumah.
Terus urgency nya apa ?
Kalau tidak punya "nilai tambah".  Ngapain kita membuat anak kita lebih "menderita" dengan penjelasan-penjelasan yang mubazir.  Since there will be a time, that everything will be covered up.  Lebih baek kita "fokus" pada how to survive from this disaster, from this tragedy, to bring them for a better future.
 
Aku menerangkan kepada Nanda-ku bahwa aku bercerai, pada waktu Nanda berumur 7 tahun, di tahun pertama SD.  Hal ini dikarenakan banyak pertanyaan dari teman-temannya kenapa kok yang mengantarnya sekolah selalu Pak Supir, dan yang datang rapat selalu Bunda. Maka ku bukalah kamus bahasa Indonesia yang baik dan benar, apa sih definisi bercerai, berpisah...
Nanda-ku cukup cerdas, cukup analyst, dia menangkapnya dengan baik.
Dan dengan besar hati diterangkan pula ke teman-temannya.
(walaupun secara psikologis ini sangat menganggu dirinya. tapi di email ini aku tidak akan bahas, karena subjectnya akan beda)
 
Sesi berikutnya : ketika Nanda menuntut kepada aku, what is the reason for me to be divorced from her father. Aku tidak langsung menjawab... karena aku tahu directly answer without thinking deeply will be dangerous! Dan itu kebiasaan kita pasutri bercerai.  Selalu ingin kelihatan lebih benar satu sama lainnya, dan selalu pasutri yang dibebani anak akan merasa lebih "menderita" dari yang lainnya, sehingga kata-kata kita dan body language kita "jelek and negatif" banget. Maka aku sarankan, pertanyaan-pertanyaan dari anak-anak kita yang memerlukan penjelasan detail. Kita terima saja dan janjikan pada mereka, bahwa kita akan menjawabnya, setelah kita mempunyai jawaban yang tepat (hal itu memberikan waktu pada kita untuk berkonsultasi dengan para pihak yang bisa kita percaya bisa menjawabnya untuk kita dan yang pastinya sih harus yang sangat objektif tidak memihak kita or mantan).
 
Sekarang di usianya yang hampir 13tahun, Nanda-ku, sudah mengetahui dengan sebenar-benarnya, alasan apa sih yang membuat dia "kehilangan" ayahnya. Alhamdulillah Ya Robb, bahwa fakta yang sebenarnya bukan aku yang memberitahukan kepada dia, melainkan oleh ayahnya sendiri (mungkin Allah tahu, karena aku sedemikian takut salah ucap or salah menjelaskan).
 
Demikian teman-teman, yang bisa aku sharing, mungkin konsultan2 SP bisa menambahkan atau mengkoreksinya.  Maaf kalau ada kata-kata tidak berkenan. Terimakasih untuk perhatiannya.
 
Salam maniez,
"Baby" Camelia
   

Tidak ada komentar:

Facebook