Sabtu, 27 September 2008

Sangat Menyentuh Perasaan "Tersenyumlah dengan hatimu..."


 



============ ========= ========= =====
Sebuah kisah yang sangat menyentuh bagi siapa saja yang membacanya.
Bener2 bagus dan indah maknanya, serta sangat mengharukan

Dari millis tetangga.... ......... pelajaran buat kita semua

============ ========= ========= =======
Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman, atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana. Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap
orang memilikinya.  Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling."
Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnya kepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas. Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir,tugas ini sangatlah mudah.

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald's yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.
Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri dibelakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.
Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil!

Saya bingung, dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" kearah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap kearah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima 'kehadirannya' ditempat itu.

Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental,  dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai didepan counter.

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan.  Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona."  Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan direstoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli  sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir  semuanya sedang mengamati mereka.. Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya.

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum  dan minta diberikan dua paket makan pagi (diluar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut kearah meja yang telah dipilih kedua  lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan saya di atas punggung telapak  tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil saya berucap "makanan ini
telah saya pesan untuk kalian berdua."

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak,  nyonya." Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya  saya berkata "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian,  Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ketelinga  saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."  Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk  lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua lelaki itu.

Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang  tidak jauh dari tempat duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba  meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata  "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku, yang  pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-2ku! " Kami saling  berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari,bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan  'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat  membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan  meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka  satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan'  dengan kami. Salah satu diantaranya, seorang bapak, memegangi  tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang  mahal bagi kami semua yang berada disini, jika suatu saat saya diberi  kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan
tadi kepada kami."

Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak  meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah  kedua lelaki itu, dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami,  mereka langsung menoleh kearah kami sambil tersenyum, lalu  melambai-2kan tangannya kearah kami. Dalam perjalanan pulang saya  merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang  tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikir oleh saya.
Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih  sayang' Tuhan itu sangat HANGAT dan INDAH sekali!

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini  ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan  keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke  depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan. Ketika  akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan  paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama  cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan
gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para  siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana  sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di  deretan belakang didekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Diakhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya  dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya.  "Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat'  dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh  orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku,  dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai  mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah  saya dapatkan di bangku kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh  para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan  memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara  MENCINTAI SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT  HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN
SESAMA!

Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan  cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada 'malaikat'  yang akan menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini  akan tergerak hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun)  bagi sesama yang sedang membutuhkan uluran tangannya!

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan  JEJAK di dalam hatimu.

Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk  berinteraksi dengan orang lain,
Gunakan HATImu! Orang yang kehilangan  uang, akan kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan  lebih banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan  kehilangan semuanya! Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan  makanan bagi mereka, tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke  dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa
mendapatkannya.

Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang  tua yang 'cantik' adalah hasil karya seni. Belajarlah dari  PENGALAMAN MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa  mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri....


2 komentar:

Anonim mengatakan...

I don't even know how I finished up right here, however I thought this publish used to be great. I do not recognize who you're but definitely you're going to a famous blogger when you aren't already.
Cheers!

My homepage; social bookmark service
My web site > Social Bookmarking Service

Anonim mengatakan...

Having read this I believed it was extremely informative.
I appreciate you finding the time and effort to put this information together.
I once again find myself spending a lot of time both
reading and commenting. But so what, it was still worthwhile!


Feel free to visit my blog :: Your Anchor Text

Facebook