Memahami parenting style atau gaya pengasuhan yang Anda lakukan akan
memberikan masukan tentang bagaimana perilaku orangtua dan mengukur hasilnya pada anak. Ukuran atau kategorisasi perilaku orangtua dapat
dilihat berdasarkan respon yang diberikan anak.
Otoriter
Komentar orangtua: "Bukankah seorang anak harus mematuhi orangtuanya. Saya
menginginkan yang terbaik, dan disiplin adalah salah satu untuk menjaga
anak tetap pada tempatnya. Sebagai orangtua, saya ingin melihat anak
berhasil dan sukses dalam hidup. Adanya kontrol akan membentuknya untuk
tidak melanggar atau membantah. Anak tidak tahu apa yang sebaiknya
dilakukan atas dirinya. Dengan peraturan saya membentuknya untuk menjadi
individu yang baik."
Kometar anak: "Ayah dan Ibu akan marah kalau perintahnya tidak diikuti.
Saya tidak bisa membicarakan apa yang saya mau. Apa yang mereka bilang,
harus dikerjakan tidak boleh ada kata tidak. Rasanya jadi tidak betah di
rumah."
Tipe otoriter merupakan istilah dari gaya pengasuhan dominating atau
sering disebut authoritarian. Penekanan terhadap kontrol dan kepatuhan
merupakan ciri utama dari gaya pengasuhan ini.
(-) Rendah diri, kadar kecemasan dan depresi yang tinggi, rendahnya
kompetensi social, rasa hormat dan tanggung jawab yang moderat, performa
akademik yang berada pada rata-rata, perilaku yang agak bermasalah,
kecuali menerima dan mematuhi perintah.
Menurut S.R. Retno Pudjiati Azhar, psikolog perkembangan dari Fakultas
Psikologi Universitas Indonesia, orangtua yang memiliki gaya pengasuhan
dengan kontrol sebagai kunci dalam membesarkan anak akan mengakibatkan
anak menjadi depresi, menarik diri dari pergaulan, dan cenderung tidak
hangat dengan orang lain, tidak hanya dengan orangtuanya anak pun menjadi
tidak mampu bersikap hangat dengan siapapun.
Liberal
Komentar orangtua: "Anak perlu learning by doing. Ia akan belajar banyak
dari hal itu. Bila saya memberikan banyak peraturan kemungkinan juga akan
dilanggarnya. Selain itu saya khawatir dengan adanya disiplin ketat anak
menjadi tidak mencintai orangtuanya. Anak-anak saya izinkan untuk
mengikuti berekspersi sesuai kemauan mereka."
Komentar anak: "Saya selalu diizinkan untuk melakukan apapun. Semua yang
saya minta sudah disediakan. Saya yakin mereka sangat sayang pada saya
karena tidak pernah mengatur. Tetapi orang lain sering berkata bahwa saya
berlaku tidak baik."
Tipe liberal menggambarkan sikap orangtua yang permissive, kontrol berada
di anak. Orangtua membiarkan anak untuk berekspesi serta mengatur dirinya
sendiri. Meski kehangatan, rasa kasih sayang ditunjukkan, anak mendapatkan
izin penuh untuk berlaku sesuai keinginannya.
(+) : Rasa percaya diri yang tinggi, rendahnya kadar kecemasan dan
depresi, kompetensi sosial yang tinggi.
(-) : Rasa hormat dan tanggung jawab yang rendah, pencapaian akademik yang
kurang, banyaknya perilaku bermasalah.
Menurut Pudjiati, melalui gaya pengasuhan ini, anak-anak menjadi immature
atau tidak matang. Karena orangtua tidak memiliki kontrol maka semua
keinginan akan diperbolehkan. Anak menjadi tidak mau berbagi dan menang
sendiri. Selain itu anak akan tubuh menjadi individu yang tidak mampu
mengeksplorasi lingkungan dan bersikap pasif karena semuanya disuapi.
Pudjiati menambahkan, pada gaya pengasuhan liberal dengan alasan bahwa
orangtua ingin menghindari konflik dengan anak melalui peraturan dan
disiplin, maka perlu dipahami bahwa membesarkan anak adalah suatu proses.
Orangtua tidak bisa menuntut anak untuk memahami keinginannya tetapi
orangtua juga harus belajar bahwa bahwa orang lain juga memiliki
kebutuhan, sehingga ia tidak dapat berlaku sesuai keinginannya setiap
saat.
Egaliter
Komentar orangtua: "Saya menerapkan peraturan-peraturan yang perlu
dijalankan oleh anak. Namun, menurut saya terkadang anak memilki pandangan
tersendiri yang sering tidak dipahami oleh kita sebagai orangtua. Menurut
saya tidak ada salahnya mendengarkan keinginannya dan mencari solusi yang
dapat disepakati bersama."
Komentar anak: "Papa dan mama mengatakan bahwa terdapat
peraturan-peraturan harus saya laksanakan. Di rumah saya bisa mengeluarkan
keluh kesah, pendapat, dan keinginan kepada mereka. Dan biasanya mereka
akan mengajak diskusi, peraturan tetap harus dipatuhi."
Tipe egaliter merupakan istilah yang menggambar gaya pengasuhan positive
atau sering disebut juga authoritative. Pada tipe pengasuhan ini
mengkombinasikan atau mencampur apa yang diinginkan oleh anak dan apa yang
diinginkan oleh orangtuanya. Secara umum gaya egaliter dapat dikatakan
lebih ideal.
+ : Harga diri anak yang tinggi dan percaya diri, rasa cemas dan depresi
yang rendah, kompetensi sosial yang tinggi (empati, komunikatif, kontrol
emosi yang baik, dan manajemen diri), rasa hormat dan tanggung jawab yang
baik, performa akademik yang baik, rendahnya perilaku bermasalah.
"Melalui gaya pengasuhan yang seimbang ini anak akan memiliki kontrol diri
yang baik, Ia mampu bersikap asertif kepada orang lain karena dirinya
sendiri pun diberikan kesempatan untuk menunjukkan apa yang ada
dipikirannya. Tidak hanya itu anak pun akan mau mengeksplorasi
lingkungannya dengan baik," ujar Pudjiati.
Tidak Terlibat
Selain ketiga pokok gaya pengasuhan di atas, Pudjiati juga menambahkan
bahwa terdapat pula pola pengasuhan unengaged atau neglect, yaitu
parenting style yang dianut oleh para orangtua yang tidak memilki waktu
untuk membesarkan serta mendidik buah hatinya. Pada umumnya orangtua
memiliki konsentrasi pada hal lain yang merupakan kepentingan diri
sendiri. Contohnya, orangtua yang terfokus pada pemenuhan ekonomi. Meski
tidak harus selalu mengandung arti kekurangan. Orangtua yang senantiasa
terus bekerja dan tidak dapat membagi waktunya untuk memberikan pengasuhan
dan mungkin membiarkan orang lain atau pengaruh lingkungan yang
membesarkan anak. Nilai dan pandangan yang akan dianut anak pun akan
berkembang sesuai lingkungan yang mengasuhnya.
- : Harga diri dan kepercayaan yang rendah, tingginya rasa cemas dan
depresi, kompetensi sosial yang sangat rendah, rasa hormat dan tanggung
jawab yang rendah, buruknya prestasi akademik, berperilaku buruk.
Gaya Pengasuhan Ideal
Mengungkapkan kelebihan dan kekurangan masing-masing gaya pengasuhan serta
membanding- bandingkannya merupakan sikap yang kurang bijak karena bisa
menyebabkan orangtua terjebak dalam menentukan satu gaya yang pasti atau
paling ideal. Orangtua adalah seseorang yang bisa menemukan cara yang
paling pas untuk mengasuh putra putrinya dan menerapkannya pada keluarga.
Dr. Ratih Andjayani Ibrahim, psikolog perkembangan dari Personal Growth
menggambarkan kelebihan dan kekurangan suatu gaya pengasuhan dengan sebuah
analogi. Anggap anak sebagai sebatang pohon. Semua orang terlebih orangtua
menginginkan agar pohon tumbuh baik, sehat, subur, dan tumbuh seoptimal
mungkin yaitu berumur panjang dan berbuah banyak. Sehat dan subur
melambangkan keadaan anak yang sehat, bahagia, dan sejahtera. Sedangkan
berbuah banyak dan bagus mengartikan prestasi, dan setiap orang
mencita-citakan hal tersebut pada buah hatinya.
Untuk itu tanaman tersebut harus dirawat, dipupuk, disirami, disiangi,
diberi cukup sinar matahari agar tumbuh baik. Bukan hanya itu saja, ia
juga ditempatkan dalam wadah-wadah untuk memudahkan perawatannya. Yang
terpenting adalah ketekunan, konsistensi, perhatian serta ketulusan dalam
merawat pohon tersebut. Wadah, pupuk, perawatan yang diberikan kepada anak
itu menggambarkan pola pengasuhan dalam keluarga. Untuk dapat memberikan
yang tepat, orangtua harus tahu terlebih dulu, jenis pohon yang ditanam,
bagaimana karakteristik pohon tersebut. Biarpun sama-sama memiliki pokok
kayu, pohon beringin berbeda dengan pohon cabai, sehingga wadah dan
perawatannya pasti berbeda. Ada pohon yang diberi wadah sempit, ada yang
harus diberi wadah luas. Ada yang ketika diberi wadah terlalu besar,
banyak air dan pupuk justru mengakibatkan pertumbuhannya menjadi buruk.
Dan ada pula yang tidak boleh kena sinar matahari langsung.
Disiplin merupakan hal yang mutlak dan diperlukan dalam mengasuh serta
mendidik anak. Tidak hanya bagi sang anak, tetapi juga bagi orangtuanya.
Semakin ketat pengasuhan yang diberikan, semakin kaku disiplin yang
diterapkan, semakin otoriter orangtua sama dengan semakin kecil wadah yang
diberikan kepada si pohon untuk tumbuh. Semakin banyak kritik, hujatan,
omelan, berarti semakin banyak ranting dan dahan pohon yang dipangkas. Dan
jika wadahnya terlalu kecil, terlalu banyak pemangkasan, pohon tidak akan
bisa tumbuh dengan baik dan justru akan tumbuh cacat atau bahkan mati sama
sekali. Begitu juga sebaliknya, jika pohon tidak dirawat dan dibiarkan
liar, atau jika ternyata pupuk yang digunakan tidak cocok untuk pohon itu,
tidak sesuai dengan aturan pakainya, dan lain sebagainya.
Istilah yang digunakan untuk mengelompokkan style atau gaya pengasuhan
oleh orangtua kepada anak tidak ada yang bersifat baku atau mutlak.
Pengelompokkan ke dalam 3 model, otoriter, egaliter, dan liberal ini
adalah salah satu upaya mengidentifikasi 3 kelompok besar gaya pengasuhan
yang dilakukan dalam keluarga. Selalu ada variasi-variasi pada pola
pengasuhan, yaitu penggabungan dari pola-pola pokok yang ada. Apakah ada
pola pengasuhan yang paling jitu? Jawabannya adalah tidak. Ratih
menambahkan, orangtua harus menemukan gaya pengasuhan yang ideal
bersama-sama dengan anak. Perlakuan kepada setiap anak tidak dapat
disamakan, karena setiap anak adalah unik. Orangtua selayaknya peka
mengenali buah hatinya, bagaimana karakter, keunggulan dan kelemahan anak
secara individual.
Selain itu karakter orangtua mempunyai pengaruh besar terhadap gaya
pengasuhan yang dijalankannya. Contohnya, orangtua yang fun, kreatif,
imajinatif, dan hangat akan memiliki gaya pengasuhan yang berbeda dengan
orangtua yang memiliki karakteristik sebaliknya. Keluarga yang memiliki
anak dengan kebutuhan khusus akan memiliki gaya pengasuhann yang berbeda.
Begitupula dengan anak yang tinggal bersama keluarga besar, anak dengan
saudara yang banyak, anak dengan orangtua tunggal, dan lainnya. Latar
belakang sosial, status, pendidikan, budaya, agama akan sangat
mempengaruhi pola pengasuhan anak dan warna yang melingkupinya. "Harapan
orangtua, ekspektasinya terhadap masa depan anak akan memberikan variasi
dalam pola pengasuhan di setiap keluarga dan pemberian label untuk setiap
pola pengasuhan akan justru akan merumitkan para orangtua," kata Ratih.
Pudjiati pun menambahkan bahwa ada kalanya orangtua perlu bersikap
otoriter pada anak, yaitu pada hal yang dapat membahayakan anak. "Anak
memang perlu learning by doing namun tidak pada setiap dan semua hal anak
harus belajar setelah merasakan akibatnya," katanya. Contoh, soal
obat-obatan terlarang, orangtua perlu memerlukan kontrol keras terhadap
hal ini. Sedangkan orangtua pun ada saatnya untuk bersikap liberal, yaitu
pada hal-hal yang tidak berbahaya dan dalam pengembangan diri. Beri
kesempatan pada anak untuk mencoba.
Dr. Ratih Andjayani Ibrahim membagi tips menemukan dan menerapkan pola
pengasuhan yang tepat dengan konsep 5 K:
Kasih : Dasari semuanya dengan kasih, sehingga orangtua tidak bertindak
serampangan, dan semena-mena. Dengan dasar kasih orangtua juga akan mampu
berempati kepada anak, dan juga pada pasangan.
Konsekuen: Bersungguh-sungguh menepati hal-hal yang sudah disepakati
bersama anak.
Konsisten : Konsisten melaksanakannya sehingga anak paham, apa yang harus
adalah harus, apa yang tidak adalah tidak, dan bukan lantaran mood
orangtua.
Kompak : Semua yang terlibat dalam pengasuhan anak haruslah kompak. Agar
tidak membingungkan anak, menyebabkan anak merasa diadudomba.
Kompromi : Bersikap bijak terhadap anak. Bijak berarti adil, sehingga
biarpun harus konsukuen dan konsisten, orangtua tetap harus bisa bersikap
fleksibel jika perlu.
Sumber: Majalah Inspire Kids