Senin, 22 September 2008

Fw: Menuju Ruhani Yang Berkualitas


 
AGAK BERAT NEH...

Menuju Ruhani Yang Berkualitas

Sumber, http://mubarok- institute. blogspot. com/

Manusia adalah makhluk memiliki kecerdasan intelektual, emosional dan
spiritual, atau apa yang sekarang disebut IESQ. Oleh karena itu dalam
meningkatkan kualitas ruhani, maka langkah-langkahnyap un harus
mengikuti tahapan tiga kecerdasan tersebut.

Pertama; Dalam mensikapi permasalahan berfikirlah logis, masuk akal.
Kegunaan berfikir itu untuk (a) menjawab pertanyaan, (b) untuk
mengatasi problem, (c) mengambil keputusan dan (d) menciptakan hal
yang baru atau kreatifitas. Orang berfikir itu ada yang berfikir nalar
atau realistis, ada yang tidak realistis, ada yang evaluatip, dan ada
yang berfikir kreatip.. Ada tahapan dalam berfikir, yaitu berfikir,
berzikir, kemudian tafakkur dan kemudian tadabbur. Banyak orang
berfikir tetapi tidak tafakkur, banyak orang berzikir, juga belum
tafakkur. Puncak dari tafakkur adalah tadabbur . Kata Nabi, jika aku
diam itu karena mikir, jika aku berbicara, itu karena zikir dan jika
aku melihat, itu karena mengambil pelajaran (an yakuna shumty fikran,
wa nuthqy dzikran , wa bashary `ibratan)

Kedua, Tajamkan perasaan dalam memahami realita, dengan
pertanyaan-pertanya an;

1. siapa sesungguhnya anda?

2. sesungguhnya anda pejuang atau parasit?

3. lebih banyak mana yang anda berikan dengan yang anda ambil?


4. benarkah anda terhormat ?

5. siapa sebenarnya yang paling berperan?

6. Dan seterusnya.

Ketajaman perasaan akan terbangun jika kita bersentuhan langsung
dengan problem mendasar manusia; menyaksikan dan terjun membantu orang
kelaparan, orang kesakitan, orang kesulitan. Sekedar membaca Laporan
orang tentang problem orang lain biasanya hanya masuk memori
(kognitip), tetapi tidak menyentuh hati (afektip) sehingga kurang
mendorong pada perilaku (psikomotorik) .

Ketiga, Jangan lupa sabar (EQ). Sabar adalah tabah hati tanpa mengeluh
dalam menghadapi cobaan dan rintangan, dalam jangka waktu tertentu,
dalam rangka mencapai tujuan. Jadi orang yang bisa sabar adalah orang
yang selalu ingat kepada tujuan, karena kesabaran itu diperlukan
adalah justeru demi untuk mencapai tujuan.

Orang yang tidak sabar biasanya , karena lupa tujuan akhir, ia mudah
terpedaya untuk melayani gangguan-gangguan yang tidak prinsipil,
sehingga apa yang menjadi tujuan terlupakan dan segalanya menjadi
berantakan. Sabarpun mengenal batas waktu, oleh karena itu jika suatu
ketika mengalami kegagalan, sudah diulang gagal, diulang lagi gagal
lagi, maka orang yang sabar harus berfikir mencari alternatip, karena
boleh jadi sumber masalahnya justeru pada keputusan awal yang kurang
tepat.

Manusia dengan kualitas penyabar adalah sosok manusia yang ulet, tak
kenal menyerah, tak kenal putus asa, dan tak kurang akal. Ia bukan
hanya mampu mengatasi kesulitan yang datang dari luar, kesulitan
tehnis misalnya, tetapi juga mampu mengatasi kesulitan yang datang
dari diri sendiri, kebosanan, kemalasan atau syahwat misalnya. Al
Qur'an menghargai manusia unggul yang penyabar, yakni yang sabar dan
memiliki kecerdasan intelektuil, Emosionil dan Spirituil (IQ, EQ dan
SQ ) , setara dengan seratus orang kafir (yang sombong, emosionil dan
tak mempunyai nilai keruhanian) (Q/al Anfal, 65). Dalam keadaan
normal. Al Qur'an menghargai peribadi penyabar setara dengan dua orang
biasa (Q/8: 66).

Kesabaran dibutuhkan ketika (a) menghadapi musibah (b) menghadapi
godaan hidup nikmat (c) dalam peperangan (d) ketika marah (e) ketika
menghadapi bencana yang mencekam, (f) ketika mendengar gossip dan
fitnah (h) ketika ada peluang hidup mewah, dan (I) ketika hanya
menerima sedikit.

Keempat, Nyalakan cahaya nurani (SQ). Api itu menyala jika ada bahan
bakarnya dan jika tidak tertutup. Fitrah manusia memiliki potensi iman
yang memancar dalam jiwanya, tetapi seringkali tidak bisa menyala
karena tertutup oleh daki. Daki yang menghalangi cahaya adalah (a)
materi. Orang yang hatinya mata duitan pastinya nuraninya tak
bercahaya, karena cahaya itu inmateri, maka yang materialis tidak
mungkin mendekat kepada yang inmateri. Mengisi bahan bakar cahaya
nurani dapat dilakukan dengan ilmu (belajar, membaca dan mendengar),
dengan praktek lapangan (safar, menghadapi kesulitan, berjuang membela
kebenaran).

Untuk membuka tabir materi caranya dengan :

1. Memutus ketergantungan kepada hal-hal yang bersifat duniawi,
dimulai dengan membayar zakat (bertarip 2,5-5-10%), infaq (menurut
kebutuhan) dan sedekah (boleh 50-100%) dan puasa. Orang yang sanggup
memutus ketergantungannya kepada materi pasti kaya. Kaya hati itu
lebih tinggi nilainya dibanding kaya materi.

2. menjauhi maksiat, karena maksiat itu mematikan cahaya (gelap).
Semua pelaku maksiat pasti hatinya gelap, dan sifat maksiat itu
menular (gelap dan menutupi cahaya).

3. berwisata spiritual (salat, haji, dan safar). Wisata spiritual akan
mengubah dunia yang sempit menjadi luas, yang berat menjadi ringan,
yang pahit menjadi manis. Manfaat wisata ada lima : menghilangkan
stress (tafarruju hammin), rizki kehidupan (iktisabu ma`isyatin),
memperoleh ilmu, adab dan pengalaman bergaul dengan orang besar
(suhbatu majidin).

Sumber, http://mubarok- institute. blogspot. com/

Salam Cinta,

Tidak ada komentar:

Facebook