Kamis, 04 September 2008

Apa Kabar Mutiaraku

 

APA KABAR MUTIARA KU
Oleh: Delina
sumber : eramuslim.com
 
 
Abdullah RA mengabarkan bahwa suatu ketika Ummu Habibah, isteri Nabi SAW berdoa, “Ya Allah panjangkanlah usiaku bersama-sama suamiku Rasulullah SAW, serta dengan ayahku Abu Sofyan dan saudaraku Mu’awiyah”. Muhammad Rasulullah SAW bersabda, “Engkau memohon ajal yang sudah pasti (tak dapat diubah). Memohon jumlah hari yang sudah ditetapkan hitungannya, serta rezeki yang sudah dibagi-bagi yang tak dapat disegerakan sebelum tiba waktunya, dan tak dapat diundur sedikitpun dari waktu yang telah ditetapkan. Seandainya engkau memohon perlindungan kepada Allah Ta’ala dari siksa neraka atau siksa kubur, itu lebih baik dan lebih bagus”. (HR Muslim).
Kematian memang pasti akan datang kepada semua makhluk. Kita tidak dapat bersembunyi dan tidak pula dapat menghindarinya. Betapa usia seseorang tidak dapat diduga. Seperti yang telah terjadi pada anak pertama kami sepuluh tahun silam.
Bayi pertama kami memang lahir tanpa sempat menghirup udara dunia. Tepat di hari Jumat bulan ke enam sepuluh tahun lalu, saat adzan dhuhur berkumandang kami harus mengikhlaskan kepergiannya. Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun.
 
Seandainya saja aku bisa mengirim surat kepada mutiaraku di alam sana, tentu aku akan menuliskan berlembar-lembar surat sebagai pelepas rindu….
***
Wahai mutiaraku, bagaimana kabarmu?
Bunda minta maaf karena bunda tidak dapat membesarkanmu. Bahkan saat kau lahir, bunda tidak memiliki keberanian untuk melihatmu, menyentuhmu, memelukmu, mencium pipimu, mengantarkanmu ke pemakaman.
Saat itu bunda masih sangat lemah setelah melahirkanmu. Bunda hanya sempat berpesan kepada ayahmu untuk mengambil foto-foto wajahmu yang cantik agar suatu saat bunda bisa menatapmu kapanpun bunda mau.
Dokter bilang saat kau lahir lehermu terlilit tali plasenta. Dan karena kau sangat aktif, maka plasenta itu terputus. Maafkan bunda, sayangku. Dokter dan bunda sudah berusaha agar kau selamat. Tapi Allah SWT ternyata berkehendak lain. Seberapapun usaha bunda yang tidak pernah lalai memeriksakan diri ke dokter, kalau Allah sudah berkehendak bahwa umurmu tidak panjang, ya bunda harus ikhlas. Karena kau adalah titipan-Nya.
Mutiaraku, banyak sekali teman-teman bunda yang datang ke rumah sakit untuk menengok dan menghibur bunda ketika kau lahir dan tiada. Semua memberi ucapan belasungkawa dengan diiringi derai air mata. Saat itu rasanya masih mimpi. Saat masuk ke rumah sakit bunda masih membawamu walau di dalam perut, namun keluar dari rumah sakit bunda harus pulang ke rumah tanpa menggendongmu.
Sewaktu di rumah sakit setelah melahirkanmu, sempat bunda tersinggung karena ada seorang perawat yang baru berganti tugas jaga, menyindir bunda kenapa bunda tidak mau menyusuimu? Heran, kenapa dia tidak mau melihat dulu catatan pasien dan menjaga perasaan pasiennya? Tapi tentu bunda harus memaklumi ketidaktahuannya.
Kakek dan nenekmu semua datang menjenguk ke rumah sakit dan menahan tangis saat melihat bunda. Cucu yang sudah dinantikan mereka untuk ditimang hanya tinggal impian. Namun bunda tidak mau menambah kesedihan mereka. Bunda harus bisa tegar karena ini adalah takdir Illahi.
Di rumah, kamar yang sudah bunda siapkan untuk menyambut kehadiranmu menjadi saksi hampa. Tempat tidur kecil, baju-baju mungil, selimut, popok, mainan sudah dilipat rapi dan dikemas oleh ayahmu agar bunda tidak melihat barang-barang itu sepulang dari rumah sakit. Biarkanlah bunda pulang ke rumah dengan suasana seperti biasa. Seperti yang tidak dalam rangka menyambut tamu istimewa datang ke rumah. Agar bunda bisa mengobati kepedihan yang ada di dalam dada.
Baru dua bulan setelah kau lahir, bunda memberanikan diri untuk melihat foto-fotomu. Wajahmu yang putih bersih tampak sangat damai dibalut kain kafan putih. Dari foto itu pula tampak bahwa ayahmu sendiri yang menggendongmu di sepanjang perjalanan menuju ke tempat pemakaman. Kemudian berjalan kaki bersama pelayat lain menuju ke tanah yang sudah digali untuk memakamkanmu.
Mutiaraku, ingin rasanya bunda menitipkan salam buatmu lewat malaikat. Bukankah malaikat malam dan siang selalu bergantian tugas di waktu ashar dan subuh dan selalu pulang balik langit dan bumi?
Suatu saat nanti kau akan diasuh oleh Nabi Ibrahim AS bersama teman-teman kecilmu yang lain. Teman-teman yang masih suci dari dosa-dosa dunia. Kau bisa menikmati indahnya surga.
Sesungguhnya dia (Muhammad SAW) bersabda di sejumlah mimpinya, pada waktu beliau melewati seorang kakek di bawah pohon dan di sekitarnya anak-anak. Maka berkata (Jibril) kepada Rasulullah, ini adalah Ibrahim AS dan mereka anak-anak orang muslim dan anak-anak orang musyrik. Mereka (para sahabat) berkata, ya Rasulullah dan anak-anak orang musyrik? Berkata, ya anak-anak orang musyrik.
Mutiaraku, nabi kita Muhammad SAW pernah bersabda bahwa di dalam surga itu terdapat kamar-kamar atau gedung-gedung yang bagian luarnya dapat dilihat dari bagian dalamnya. Demikian juga bagian dalamnya dapat dilihat dari bagian luarnya……
Juga disediakan buat orang mukmin sebuah kemah yang terbuat dari mutiara berlubang yang panjangnya enam puluh mil. Surga yang penduduknya tidak pernah sakit selama-lamanya. Selalu hidup dan tidak pernah mati selama-lamanya. Selalu merasa nikmat dan tidak pernah sengsara selama-lamanya…...
Muhammad Rasulullah SAW juga bersabda bahwa dalam surga terdapat sebuah pasar yang didatangi penduduk surga setiap hari Jum’at. Angin bertiup dari sebelah kanan menyapu wajah dan pakaian penduduknya, yang menyebabkan wajah mereka bertambah cantik dan tampan. Pakaian mereka pun bertambah indah…..
Ah pasti kau akan bahagia sekali di sana kelak. Bunda tidak dapat membayangkan seperti apa wajah surga yang indah itu. Akal manusia tidak mampu melukiskan karya- Nya yang Maha Agung.
Mutiaraku, bunda di sini senantiasa mendoakanmu. Mudah-mudahan bunda tidak memberatkanmu saat kau akan membela bunda di akhirat nanti……
 
***
Dan berikanlah berita gembira kepada, orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “inna lillahi wa innaa ilaihi raaji’uun. Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS Al-Baqarah: 155-157)
Safar 1429H
 
[Mata adalah penuntun, dan hati adalah pendorong dan penuntut. Mata memiliki kenikmatan pandangan dan hati memiliki kenikmatan pencapaian. Keduanya merupakan sekutu yang mesra dalam setiap tindakan dan amal perbuatan manusia, dan tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lain]

__._,_.___

Tidak ada komentar:

Facebook