Jumat, 20 Mei 2011

Single Parent & masalahnya


siapakah single parent itu?
Single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua (ayah dan ibu) seorang diri, karena kehilangan/ terpisah dengan pasangannya.

Mengapa seseorang menjadi single parent?
Ada banyak alasan yang menyebabkan seseorang menjadi Single Parent, diantaranya :
1. Tinggal terpisah karena pasangannya bekerja/belajar di kota/negara lain.
2. Kematian pasangan
3. Perceraian

Single parent yang terpisah dengan pasangan karena bekerja/belajar di kota/negara lain, memiliki beberapa masalah, seperti : merasa kesepian, tidak terpenuhinya kebutuhan seks sementara secara de jure ia seharusnya bisa mendapatkan pemenuhan kebutuhan seks dari pasangannya. Saat pasanganya berada jauh darinya, ia juga merasa berat membesarkan anak sendiri.

Seseorang yang menjadi single parent karena kematian juga mengalami masalah yang berat. Kematian pasangan yang mendadak membuat ia tidak siap menerima kenyataan. Namun jika mendapatkan pelayanan pendampingan/konseling yang tepat, ia dapat melalui masa-masa gelapnya. Idealnya, ia harus mendapatkan konseling kedukaan yang tepat sehingga kedukaannya tidak berlarut-larut (tidak lebih dari 6 bulan). Kedukaan yang berlarut-larut memperlambat pemulihan hati anak-anaknya. Selain itu, beberapa single parent yang ditinggal mati pasangannya mengalami masalah keuangan dan merasa kesepian.

Dibandingkan dengan kedua jenis single parent di atas, single parent yang berpisah dengan pasangannya karena perceraian, memiliki masalah yang lebih serius lagi. Setidaknya saya mencatat ada 6 masalah besar, yaitu :
1.Masalah emosional
2.Masalah hukum (hak asuh, dll)
3.Menjalin hubungan baik dengan mantan suami/istri
4.Menghadapi anak
5.Masalah dengan lingkungan
6.Masalah keuangan

Kondisi emosional single parent pasca perceraian :
. Kecewa
. Marah
. Mencari kambing hitam
. Membenci mantan suami/istrinya
. Cemburu terhadap rivalnya
. Mudah marah kepada anak-anak
. Luka batin/trauma
. Kesepian
. Merasa tak berharga
. Merasa teraniaya oleh lingkungan
. Mengasihani dirinya sendiri

Masalah Single Parent Pasca Cerai Dengan Anak-anaknya :
1. Single parent yang belum mengampuni dan masih membenci mantan suami/istrinya akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anaknya.

2. Single parent seringkali tidak menyadari bahwa ia bukan "super man/super women" sehingga di depan anak-anaknya ia berusaha menunjukkan dirinya perkasa dan dapat menyelesaikan segala sesuatu tanpa orang lain. Ia tidak melihat bahwa anak-anaknya memerlukan tokoh pengganti ibu/ayah.

Single parent pasca perceraian juga mengalami masalah dengan mantan pasangannya. Karena pengalaman pahitnya, seorang single parent sering tidak menyadari bahwa sejelek apapun mantan suami/istri-nya, ia tetap ayah/ibu dari anak-anaknya. Sebelum single parent mengampuni mantan pasangannya, ia cenderung ingin balas dendam. Beberapa single parent bahkan melakukan usaha balas dendam balas dendam kepada mantan pasangannya, dengan memanfaatkan anak-anaknya.

Apa yang dibutuhkan seorang single parent saat menghadapi situasi yang sulit pasca perceraiannya?

  1. Single parent perlu menjalani konseling pribadi untuk membagi beban/pergumulannya.
  2. Jika diperlukan, single parent juga bisa menjalani terapi untuk recovery dari trauma-traumanya. Untuk mencapai pemulihan, seorang single parent mau tidak mau harus mengampuni diri sendiri. Selanjutnya single parent juga harus mengampuni mantan pasangaannya. Kalau seorang single parent merasa disakiti oleh pihak ketiga, mertua atau orang lain di sekitarnya, maka single parent tersebut juga harus mengampuni mereka.
  3. Dukungan sosial/komunitas teman senasib (sesama single parent) juga dibutuhkan untuk menguatkan hati seorang single parent. Setidaknya, dalam persekutuan dengan kaum senasib, seorang single parent merasa tidak sendiri. Sesama single parent tentunya akan lebih mudah mengerti perasaan satu sama lain dan berempati dengan kawan senasibnya.
  4. Mendidik anak bersama-sama pasangan saja tidak mudah, apa lagi untuk menjadi single parent yang harus mengasuh dan membesarkan anak seorang diri. Oleh sebab itu, seorang single parent membutuhkan pengetahuan/ketrampilan single parenting yang memadai supaya bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya.Tanpa ketrampilan single parenting, seorang single parent akan mengalami kesulitan bagaimana menolong anak-anak untuk keluar dari trauma dan kepahitan hidupnya.
  5. Seorang single parent juga perlu melatih diri untuk bersikap bijaksana terhadap lingkungan.
  6. Untuk mengatasi masalah ekonomi, seorang single parent membutuhkan kesempatan untuk mengembangkan/memanfaatkan talentanya dalam kegiatan-kegiatan produktif. Mungkin sementara ini ada beberapa orang berpikir untuk memberikan santunan sosial kepada single parent. Namun kita perlu hati-hati, pemberian bantuan cuma-cuma atau santunan sosial justru bisa merendahkan martabat dan harga diri seorang single parent. bantuan yang berdasarkan rasa kasihan atau iba juga dapat memanjakan dan "memiskinkan" single parent. Artinya, bantuan cuma-cuma tidak akan "memerdekakan" seorang single parent.
  7. Perceraian dengan pasangan seringkali merusak harga diri seorang single parent. Bahkan tidak sedikit single parent yang kehilangan makna hidupnya gara-gara ditinggalkan/bercerai dengan pasangan. Untuk membantu single parent menemukan kembali makna hidupnya, seorang single parent bisa dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan sosial atau kerohanian. Namun hal ini baru bisa dilakukan setelah sang single parent mampu menenangkan anak-anaknya.

Sumber : Mundhi Sabda Hardiningtyas
Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Facebook