Kamis, 11 September 2008

(was) APAKAH PERCERAIAN AKAN MENINGGALKAN PARUT DALAM KEHIDUPAN ANAK2 KITA ?



 
Setuju banget ma statement Mba Baby tentang "bahwa tidak dapat dielakkan bahwa perceraian menimbulkan traumatis pada anak dan Hal itu tidak akan terjadi - jika - hanya jika -  kita dan ex- tidak membiarkan itu terjadi".

atau dengan kata lain adalah hanya pikiran kita dan ex yang dapet mengontrol memberikan ijin atau tidak dampak traumatis pada anak2", secara dalam hal ini anak2 adalah human being yang masih dibawah umur, yang maseh belom bisa mengerti sepenuhnya dan yang maseh tergantung sepenuhnya pada pikiran, keputusan dan tindakan kita, apakah tindakan dan pikiran kita itu akan berdampak baik ataupun buruk bagi anak2.

Dalam hal Mba Dina or Diana (Sorry sy agak2 lemot neh emang dlm hal mengingat nama he..he.., kalo boleh sy memberikan komentar (walopun mungkin agak2 terdengar ketus atau bagaimana, tapi percaya lah kalo saya tidak bermaksud untuk memberikan pandangan negatif atau apapun tapi hanya frankly saying my point of view on Mba problem).

Sekiranya, sebelum memutuskan untuk bercerai...Mba pasti sudah mempertimbangkan dengan baik keputusan bercerai dari semua sisi plus dan minus, dari semua sis pribadi, pasangan, anak2 dan keluarga. Dan tentunya salah satunya Mba pasti saya percaya sudah mempunyai gambaran kesiapan mental anak2 jika harus menghadapi kenyataan perceraian orang tuanya, misalnya dilihat dari kedekatan anak2 dengan kita, dengan ex, ataupun secara2 pelan2 berusaha menyiapkan mental anak2 pra -penceraian dengan memberikan pemahaman sederhana yang mudah dan bisa diserap..gimana caranya?....saya kira itu berbeda2 antar tiap orang tua, karena hanya orang tua lah yang mengerti sifat tiap anak2nya...maupun usaha komunikasi/kesepakatan dengan ex bahwa jikapun terjadi perceraian, Insya Allah anak2 tidak akan menjadi korban dalam hal ini, karena spt yang Mba Baby bilang dan kita semua tau secra teorinya "tidak pernah ada yang namanya bekas anak, maupun bekas orangtua". Kalo Mba sudah melakukan hal2 diatas semua, saya yakin masalah ini tidak akan terjadi.

Tapi ya sudahlah, sekrang kita hadapi saja kenyataan kalo anak Mba menangis sampe sakit karena inget dan kangen ayahnya. Kalo dari hal ini, kita bisa menyimpulkan bahwa hub sang anak sangat dekat dengan ayahnya, dan setidaknya sang ayah pun mempunyai kontribusi peran yang cukup besar di mata dan pikiran sang anak. Karena anak2 sangat murni dalam bersikap, tidak bisa berpura2. Dan kalo sekrang setelah terjadi perpisahan, ternyata sang ayah tidak mau menemui ayahnya, patut dipertanyakan atau mungkin sekiranya Mba me-rewind kembali apa seh yang kira2 bisa menyebabkan sang ayah kok tega bisa bersikap spt itu (yang menurut dugaan saya neh, sewaktu kel masih utuh, sang ayah most of the time selalu meluangkan waktu untuk anak2nya, yang saya juga yakin dimana ada terjadinya hub yang sangat dekat antara orang tua dan anak, maka salah satu pihak tidak akan tega untuk berpaling apabila salah satu pihak ada yang membutuhkan). Tolong Mba kembali, dan apabila kebahagiaan anak above everything, sekiranya Mba mo dengan besar hati untuk mengalah (demi kemenangan loh ..untuk kebahagiaan anak), mengontak sang ex secara pribadi dengan bersahabat meminta kesediaan sang ayah untuk mengunjungi sang anak. Who knows hatinya akan tergerak kan...

Tetapi apabila sekiranya segala cara sudah dicoba dan hal yang diharapkan tidak terjadi, yah tidak ada cara lain lagi selain (seperti Mba Baby bilang), Mba harus bisa menunjukkan ke anak untuk menumbuhkan sikap survival mereka (walopun mereka maseh anak2). Tunjukkan (sekali lagi spt Mba Baby bilang) bahwa masalah yang dihadapi kita sekrang ini hanyalah segelintir kecil masalah dari sederet besar masalah lain yang sudah dalam antrian. Walopun terdengar keras dan mungkin kejam, tapi sedari kecil sedini mungkin kita sebagai orang tua harus bisa menumbuhkan rasa survivor di hati anak2 kita. Tunjukkan ke anak2 kalo kadang kala kita tidak bisa  selalu mendapatkan apa yang kita inginkan atau sudah direncanakan. Susah banget awalnya, tapi lama kelamaan dan konsisten seperti karet gelang cerita Mba Baby, kita dan anak2 akan bisa passing through all kind the problems.

Well, mudah2an cerita saya ini bisa turut membantu ya Mba.


Salam,

Vie

Tidak ada komentar:

Facebook