Senin, 22 September 2008

[Artikel] Pengen punya hasil kloningan atau 'kelonan'?



 
Dear friends,
artikel dibawah ini menarik juga...boleh jadi "sisipan" yg bisa jadi tantangan pemikiran kita..
udah cukup lama sih, tapi topik nya masih updated kok...

apakah benar tahun2 kedepan [kalau kloning ini sukses] akan tidak dibutuhkan lagi figur seorang "Ayah"?
Jadi, metode pendidikan yg bagaimana yg akan dipakai ya? 
Bukankah gambaran "kelg. utuh" itu adalah: Ayah + Ibu + Anan [2]?
apakah benar Single Mom akan jadi trend? [sekarang sih nampaknya demikian ya...]
trusss..kalo gitu, laki2 buat apa dong ada di dunia?
hehehehehheheheehhe............................ [jangan panas ya Single Paps....]



salam,
T
_______________________________________________________________________________________________________________________________________________



Pengen punya anak hasil kloningan atau 'kelonan'?


Pada satu kesempatan, si manusia super cerdas Stephen Hawking yang kafir
pernah bicara tentang evolusi jagad raya dan makhluk hidup. Runtutannya
adalah Big Bang, Formation of the Earth, Darwinian evolution, genetic engineering, dan self designing evolution.

Manusia kloning dan cyborg

Menurut Hawking, suatu saat manusia tak bisa lagi tergantung oleh evolusi
alamiah ala Darwin yang berlangsung ribuan tahun. Musti ada upaya potong kompas. Karena itu perlu 'genetic engineering' untuk membentuk ras manusia yang lebih  baik, lebih terarah, dan jauh lebih cerdas. Manusia hasil kloning akan
dipadu dengan rekayasa genetik nan canggih agar bisa bertahan hidup di
luar angkasa sehingga mereka mampu membuka koloni-koloni di planet
lain. Para cyborg juga diciptakan sesuai kebutuhan untuk memandu perjalanan
mereka. Manusia tak lagi tergantung pada Bumi yang kian carut marut
oleh berbagai persoalan.

Para manusia super bakal meninggalkan Bumi menuju planet lain, dan
bangsa-bangsa yang tak bermutu dan cuma bikin susah orang lain bakal
ditinggalkan. Mereka akan dibiarkan untuk mengais-ais Bumi hingga hancur lebur diterjang berbagai musibah dan bencana. Saat itu semua terjadi, teori evolusi tak lagi dibincangkan, begitu  juga agama tak lagi jadi bahan perdebatan di milis-milis dan seminar. Ini  bukan sekadar imajinasi liar, tapi bakal terjadi di masa depan.

Saat bangsa lain sudah mampu mengkloning manusia, mungkin bangsa
Indonesia masih saja sibuk 'kelonan'. Pasalnya MUI - kalau di masa depan
masih ada - pasti bakal mengeluarkan fatwa haram untuk pengkloningan
manusia. Padahal anak hasil kloning pasti lebih bermutu dibandingkan
anak hasil 'kelonan' yang kualitasnya susah ditebak.  

Ayu Utami mau bayi hasil kloning?

Baca tulisan Ayu Utami soal kloning, saya jadi gatal untuk bertanya kepadanya:
"Ayu, mau nggak kamu punya bayi dari hasil kloning?" Sebelumnya, Ayu pernah
bilang tak akan menikah dengan lelaki untuk selamanya. Pada tulisannya
berjudul "Hewan Menyusui", seolah Ayu berharap bahwa tak lama lagi kaum
perempuan bisa terbebas dari sentuhan kaum lelaki.

Pasalnya, dengan kloning, sperma kaum lelaki tak lagi laku. Dengan cuma bermodal  sel telur dan vagina saja, perempuan mampu melahirkan seorang orok tanpa  terlebih dulu harus disetubuhi lelaki. Kaum perempuan akan bebas
memilih mau berwajah seperti siapa anaknya. Memang, dengan teknologi
kloning, kelak kaum perempuan bisa memilih sel stem dari siapa saja.
Mau Tom Cruise bisa, mau George Bush Jr. silakan, mau Justin Timberlake
juga boleh. Semua itu bisa dipesan dari kios online penyedia sel stem
para tokoh ternama, termasuk selebritis terkemuka di belahan bumi
mana saja.

Jangan kaget kalau kelak di muka bumi bakal bermunculan manusia-manusia
kelas super. Mereka orang-orang pilihan para ibunya. Tak ada lagi
istilah bapak atau ayah. 'Single mother' akan jadi trend. Wajah-wajah
yang kurang yahud atau otak kurang brilian bakal tersingkirkan. Proses
evolusi akan berjalan sesuai kehendak manusia, bukan lagi atas takdir
Tuhan.

"Ini memang berita tak baik buat para lelaki," tulis Ayu. Tak heran kalau
di masa depan pasti banyak kaum lelaki yang bakal sering uring-uringan
karena dicuekin perempuan. Dunia akan terbalik: para lelaki akan diremehkan
kaum perempuan.

Ayo kaum lelaki yang selalu ingin menjajah perempuan dengan sangkar dan
madu, apa pendapatmu?

__________________________________________________________________

Hewan Menyusui
Oleh: Ayu Utami

Kadang-kadang saya membayangkan bahwa Hwang Woo Suk mempunyai bisnis sampingan mengkloning hewan. Ilmuwan dari Universitas Nasional Seoul
ini baru saja berhasil 'menciptakan' anjing hasil kloning yang bertahan
hidup hingga hari ini, di bulan ketujuh. Snuppy, nama si kirik, dikloning
dari sel stem telinga seekor anjing Afghan nan tampan dengan bulu kaki
bak celana Aladin.

Kata Hwang seperti dikutip Time, "Saya telah menghasilkan banyak sapi
dan babi kloning, tapi waktu Snuppy lahir rasanya begitu beda...Saya
senang sekali. Dia sangat sehat." Sang kirik lucu berwarna dominan
hitam coklat itu lahir dengan operasi sesar dari induk anjing Labrador
keemasan yang sama sekali tak menurunkan ciri-ciri pada anak
kandungnya. Maklum, si Labrador memang tidak menyumbang gen apapun.

Nah inilah bayangan saya tentang para ilmuwan bioteknologi yang canggih
itu. Bisnis utama atau cita-cita utama mereka adalah menyempurnakan
kloning sel manusia untuk keperluan pengobatan (bukan untuk menciptakan
manusia kloning, sejauh ini). Tapi, dengan fasilitas dan laboratorium
yang terlanjur lengkap, ya sudah, bisnis tambahan adalah mengkloning
binatang menyusui non manusia. Bukankah tipis, batas antara hewan dan
manusia?

Keberhasilan satu per satu menampakkan diri. Mulai dari domba, tikus,
sapi, babi, dan kini anjing Afghan. Dan anjing adalah mamalia yang
sulit dikloning. Anjing betina punya masa subur yang sedikit saja dan
mengambil telur mereka bukan pekerjaan sepele.

Snuppy adalah janin yang berhasil lahir dan hidup dari lebih seribu
telur dari lebih seratus anjing betina. Bahkan, dengan laboratorium
yang telah bisa menghasilkan anak-anak mamalia kloning dan juga kloning
sel manusia untuk alasan medis, kegagalan mengkloning sel anjing
terjadi berulang kali.

Keberhasilan ilmuwan Korea Selatan ini tentunya mengguncangkan dunia.
Terutama Amerika Serikat yang selama ini paling maju di bidang tersebut.
Maka, sungut-sungut ilmuwan negeri Paman Sam pun terdengar lagi. Para
pakar bioteknologi mengeluhkan pemerintahan Bush yang melarang
penggunaan dana federal untuk penelitian kloning.

Padahal, pemerintah Korea sekarang sedang menyokong secara politis dan
keuangan penelitian kloning. Kita tahu Amerika adalah negara yang,
meskipun mengimpor budaya massa penuh seks dan laga serta menganut
ekonomi liberal, sesungguhnya lumayan konservatif dalam hal agama dan
moral.

Sementara Korea adalah sebuah negara sekular dengan latar belakang
filsafat timur yang sama sekali berbeda dari monoteisme Samawi. Mereka
punya pandangan yang berbeda sekali dengan pandangan tentang hidup dan
hari akhir para penganut agama Abraham.

Sejauh ini Korea juga masih melarang embrio kloning manusia. Kloning
sel manusia untuk keperluan medis diperbolehkan. Tapi, prosesnya
sesungguhnya sama saja. Sel stem dari tubuh yang akan dikloning diambil
dan disusupkan ke dalam sel telur yang telah dikosongkan nukleusnya.
Sel telur siapapun bisa.

Jika untuk keperluan medis, proses berhenti sampai sel tesebut
membelah diri. Tapi, jika diteruskan dan telur tadi 'dikembalikan' ke
dalam rahim, maka jadilah janin. Kalau sukses, lahirlah individu.
Tapi percobaan terus berlanjut. Sistem disempurnakan. Anjing yang
sulit pun telah dikloning. Di manakah batas? Apakah kelak tidak
mungkin ada manusia kloning, jika binatang menyusui yang lain sudah
ada?

Nah, Ini dia kata kuncinya: hewan menyusui. Manusia adalah makhluk
menyusui. Tapi, persisnya manusia perempuan. Lelaki tidak menyusui.
Hanya perempuan.

Di sini juga bedanya. Dalam teknologi kloning, dimungkinkan pembentukan
janin tanpa sperma. Tapi telur tetap dibutuhkan, sebab telur akan
menjadi medium bagi sel stem untuk membelah diri.

Artinya, secara teoretis tidak dibutuhkan lelaki (yaitu hewan yang tak
menyusui) untuk meneruskan keturunan. Hanya dibutuhkan perempuan,
yaitu yang mempunyai telur dan rahim, untuk berbiak. Berita tak baik
buat kaum lelaki memang.

Selama ini kebanyakan orang memakai nama ayah sebagai nama keluarga.
Agaknya pandangan paling sederhana ini terus direvisi.

Dari dulu pun hanya perempuan yang bisa dipastikan merupakan induk
dari anak yang dilahirkannya. Kelak, bahkan tak perlu sperma untuk
berkembang biak. Berita baiknya: jangan khawatir. Semua itu masih
lama.


Kodok Ngorek - Harian Seputar Indonesia, 27 November 2005

__________________________________________________________________



S.Korean scientist resigns over ova scandal
     
www.chinaview.cn 2005-11-25 03:37:39

SEOUL, Nov. 24 (Xinhuanet) -- South Korean renowned stem
cell expert Hwang Woo-suk, who made the first embryonic stem cells
genetically matched to living adults, on Thursday admitted using ova
donated by his two fellow researchers in his research.

South Korean renowned stem cell expert Hwang Woo-suk speaks
to press Thursday.  In a depressed tone, the famous professor slowly delivered
his apology to South Korean people and announced resignation as head of
the World Stem Cell Hub at a press conference held at the Seoul National
University (SNU).

The visiting professor of SNU also said he will step down
from other positions at state-run and non-governmental agencies, but
mainly focus on researching work.

Hwang admitted his two fellow female researchers donated eggs
in 2003 under false names, when his epoch-making research suffered from
shortage of human ova.

The professor denied he knew the fact from the very
beginning, saying he verified the truth after the world famous English journal
of Nature reported the issue in May 2004.

However, he acknowledged he withheld the truth after the
journal requested his confirmation on this matter.

Moreover, Hwang also clarified he did not know a local
hospital, who provided human eggs to Hwang's research, gave compensation to
ova donors.

Several days before, Roh Sung-il, administrator of MizMedi
Hospital in Seoul, admitted he provided 1.5 million won (1,445 US
dollars) in compensation to women who gave their ova.

Fifty-two-year-old Hwang stunned the world by announcing his
team first cloned human embryo and extract stem cells from it in May
last year.

Hwang also attracted attention this August by announcing his
team cloned a dog for the first time in the world.

Ethics controversy surfaced when Gerald Schatten, a professor
at the University of Pittsburgh and a key partner in Hwang's research,
issued a personal statement last week, announcing he stopped
collaborative research ties with Hwang due to suspicions of unethical activity in
ova procurement.

The fact of using fellow researchers ova is against the
Declaration of Helsinki, an international charter adopted in 1964 by the
World Medical Association that outlines ethical principles for medical
research involving human subjects.

The declaration states "when obtaining informed consent for
the research project the physician should be particularly cautious if
the subject is in a dependent relationship with the physician or may be
under duress."

Earlier Thursday, South Korean Ministry of Health and Welfare
(MOHW) released findings made by SNU's Institutional Review Board (IRB)
over the controversy surrounding Hwang and his team.

The IRB said in a report that the two junior researchers
donated their ova not under pressure, said Choi Hee-joo, public relations
officer at the MOHW.

IRB is an eight-member committee set up at the SNU to
oversees the procurement of human eggs in producing stem cells.

Choi also defended Hwang in the press briefing to announce
the findings of IRB, saying the Declaration of Helsinki only calls for
"discretion and not an outright ban."

However, the Declaration of Helsinki is widely accepted as
footstone for clinic medicine research in the world.
While, on the compensation actions, the IRB said they took
place before South Korea's biotechnology ethics law against ova
purchasing went into effect on Jan. 1, 2005.

Thus, the IRB judged such action "broke no laws."

In South Korea, Hwang is viewed as a hero by local people for
they think Hwang brought their country standing in the front line in
the world over biomedical research.

Last week, when a commentary of British journal of Nature
called on the South Korean government to stand out to probe the alleged
irregularities in the procurement of ova in Hwang's research, South
Korean Ministry of Science and Technology (MOST) responded it has no plan to
launch investigation.

The government decided to reserve judgment on the controversy
before the National Biotech Committee reviewed the findings of IRBand
Hwang's position on the matter, according to official of the MOST.

It seemed that the South Korean government is standing at a
crossroad of whether to meet the international ethics standards or
wink  at the actions against international ethics standards.

Local bioethics organizations already asked Seoul government
to clarify rules for procuring human eggs and create a public
institution to regulate the donation and procurement process.

http://news.xinhuanet.com/english/2005-11/25/content_3831791.htm

Tidak ada komentar:

Facebook