Rabu, 11 Agustus 2010

Don't stop ever dreaming




Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Kisah seekor burung Pipit

Ketika musim kemarau baru saja mulai, seekor Burung Pipit mulai merasakan tubuhnya kepanasan, Lalu mengumpat pada lingkungan yang dituduhnya tidak bersahabat.

Dia lalu memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang jauh Ke utara yang konon kabarnya, udaranya selalu dingin Dan sejuk. Benar, pelan pelan dia merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk, dia semakin Bersemangat memacu terbangnya lebih ke utara lagi.

Terbawa oleh nafsu, dia tak merasakan sayapnya yang mulai tertempel salju, makin lama makin Tebal, Dan akhirnya dia jatuh ke tanah karena tubuhnya terbungkus salju. Sampai ke tanah, salju Yang menempel di sayapnya justru bertambah tebal.

Burung pipit tak mampu berbuat apa apa, menyangka bahwa riwayatnya telah tamat. Dia merintih Menyesali nasibnya. Mendengar suara rintihan, seekor Kerbau yang kebetulan lewat datang menghampirinya. Namun si Burung kecewa mengapa yang datang hanya seekor Kerbau, dia menghardik si Kerbau agar menjauh Dan Mengatakan bahwa makhluk yang tolol tak mungkin mampu berbuat sesuatu untuk menolongnya. Si Kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat diatas burung tersebut. Si Burung Pipit semakin marah Dan memaki maki si Kerbau. Lagi-lagi si Kerbau tidak bicara, dia maju Satu langkah lagi, Dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Seketika itu si Burung tidak dapat bicara karena tertimbun kotoran kerbau. Si Burung mengira lagi bahwa dia Pasti akan mati tak bisa bernapas.

Namun perlahan lahan, dia merasakan kehangatan, salju yang membeku pada bulunya pelan pelan Meleleh oleh hangatnya tahi kerbau, dia dapat bernapas lega Dan melihat kembali langit yang Cerah. Si Burung Pipit berteriak kegirangan, bernyanyi keras sepuas puasnya-nya.

Mendengar Ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampiri sumber suara, mengulurkan Tangannya, mengais tubuh si burung Dan kemudian menimang nimang, menjilati, mengelus Dan Membersihkan sisa-sisa salju yang masih menempel pada bulu si burung. Begitu bulunya bersih, Si Burung bernyanyi Dan menari kegirangan, dia mengira telah mendapatkan teman yang ramah Dan baik Hati.

Namun apa yang terjadi kemudian, seketika itu juga dunia terasa gelap gulita bagi si Burung, Dan Tamatlah riwayat si Burung Pipit ditelan oleh si Kucing.

Dari kisah ini, banyak pesan moral yang dapat dipakai sebagai pelajaran:

1. Halaman tetangga yang nampak lebih hijau, belum tentu cocok buat Kita.

2. Baik Dan buruknya penampilan, jangan dipakai sebagai satu satunya ukuran.

3. Apa yang pada mulanya terasa pahit Dan tidak enak, kadang kadang bisa berbalik membawa hikmah Yang menyenangkan, Dan demikian pula sebaliknya.

4. Ketika Kita baru saja mendapatkan kenikmatan, jangan lupa Dan jangan terburu nafsu, agar Tidak kebablasan.

5. Waspadalah terhadap Orang yang memberikan janji yang berlebihan.


Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Hidup hanya sebuah perjalanan dan persinggahan

Konon, Ada seorang Kaisar yg mengatakan pada seorang penunggang kuda, bahwa jika dia bisa menjelajahi daerah seluas apapun, maka Kaisar akan memberikan kepadanya daerah seluas yg sanggup dijelajahinya itu. Kontan is penunggang kuda itu melompat ke punggung kudanya Dan melesat secepat mungkin untuk menjelajahi dataran seluas mungkin.

Dia melaju & terus melaju, melecuti kudanya untuk lari secepat mungkin untuk menjelajahi dataran seluas mungkin. Ketika lapar Dan letih, dia tidak berhenti untuk makan Dan minum karena dia mau memiliki tanah yang maha luas.

Akhirnya tiba IA pada suatu tempat setelah berhasil menjelajahi daerah cukup luas, tetapi IA sudah sangat lelah & hampir mati. Lalu dia berkata terhadap dirinya sendiri, "Mengapa aku paksa diri begitu keras untuk menguasai tanah yg seluas ini? Kini aku sudah sekarat, & hampir mati&aku hanya butuh tanah seluas 2 meter untuk menguburkan diriku sendiri".

Sahabat, dalam perjalanan hidup, Kita cenderung memaksa diri sangat keras tiap Hari untuk mencari uang, kuasa, jabatan Dan keyakinan diri. Kita cenderung mengabaikan kesehatan Kita, waktu bersama keluarga, Dan kesempatan mengagumi keindahan di sekeliling Kita, hal-hal yg ingin Kita lakukan. Kita cenderung mengabaikan kehidupan rohani Kita. Kita cenderung tidak memikirkan dengan serius hidup Kita sesudah mati. Pastinya Kita yakin Ada kehidupan sesudah mati, Suatu Hari ketika Kita menoleh ke belakang, Kita akan melihat betapa Kita tidak membutuhkan sebanyak itu, tapi Kita tidak mampu memutar mundur waktu atas semua hal yang tidak sempat lakukan.

Maka mulai sat ini luangkanlah waktu memikirkan sejenak hal yg akan terjadi jika Kita mati kelak. Atau apa yg akan Kita lakukan saat ini seandainya Kita tahu bahwa Kita akan meninggal dalam waktu seminggu lagi? Sebulan lagi? Setahun lagi? 10 tahun lagi? Atau 40 tahun lagi?

Bukankah suatu hal yang menyenangkan sekaligus menyeramkan seandainya Kita bisa mengetahui kapan Kita akan mati? Cuma Kita tidak tahu, Kita semua tidak Ada yg tahu. Kita hanya bisa bersiap meninggalkan semuanya. Jalanilah hidup yang seimbang, belajarlah menghargai Dan menikmati hidup ini apa adanya, Dan terutama: TAHU APA YG TERPENTING DALAM HIDUPMU


Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Lukisan kedamaian

Seorang Raja mengadakan sayembara Dan akan memberi hadiah yang melimpah kepada siapa saja yang bisa melukis tentang kedamaian. Ada banyak seniman Dan pelukis berusaha keras untuk memenangkan lomba tersebut.

Sang Raja berkeliling melihat-lihat hasil karya mereka. Hanya Ada dua buah lukisan yang benar-benar paling disukainya. Tapi,sang Raja harus memilih satu di antara keduanya.

Lukisan pertama menggambarkan sebuah telaga yang tenang. Permukaan telaga itu bagaikan cermin sempurna yang memantulkan kedamaian, gunung-gunung yang menjulang mengitarinya. Di atasnya terpampang langit biru dengan awan putih berarak-arak. Semua yang memandang lukisan ini akan berpendapat, inilah lukisan terbaik mengenai kedamaian.

Lukisan kedua menggambarkan pegunungan juga. Namun tampak kasar Dan gundul. Di atasnya terlukis langit yang gelap Dan merah menandakan turunnya hujan badai. Sedangkan tampak kilat menyambar-nyambar liar. Di sisi gunung Ada air terjun deras yang berbuih-buih. Sama sekali tidak menampakkan ketenangan Dan kedamaian. Tapi, sang Raja melihat sesuatu yang menarik. Di balik air terjun itu tumbuh semak-semak kecil di atas sela-sela batu. Di dalam semak-semak itu seekor induk Pipit meletakkan sarangnya. Jadi, di tengah-tengah riuh-rendahnya air terjun, seekor induk Pipit sedang mengerami telurnya dengan damai. Benar-benar damai.

Lukisan manakah yang memenangkan lomba?

Sang Raja memilih lukisan nomor dua.

Tahukah anda mengapa?
"Karena", jawab sang Raja, "kedamaian bukan berarti anda harus berada di tempat yang tanpa keributan, kesulitan atau pekerjaan yang keras Dan sibuk. Kedamaian adalah hati yang tenang Dan damai, meski anda berada di tengah-tengah keributan luar biasa. Kedamaian hati adalah kedamaian sejati"

Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Batu Kecil

Seorang pekerja pada proyek bangunan memanjat ke atas tembok yang sangat tinggi. Pada suatu saat IA harus menyampaikan pesan penting kepada teman kerjanya yang Ada di bawahnya.Pekerja itu berteriak-teriak, tetapi temannya tidak bisa mendengarnya karena suara bising dari mesin-mesin Dan orang-orang yang bekerja, sehingga usahanya sia-sia saja.

Oleh karena itu untuk menarik perhatian orang yang Ada di bawahnya, IA mencoba melemparkan uang logam di depan temannya. Temannya berhenti bekerja, mengambil uang itu Lalu bekerja kembali. Pekerja itu mencoba lagi, tetapi usahanya yang kedua pun memperoleh hasil yang sama. Tiba-tiba IA mendapat ide. Ia mengambil batu kecil lalu melemparkannya ke arah orang itu. Batu itu tepat mengenai kepala temannya, Dan karena merasa sakit, temannya menengadah ke atas? Sekarang pekerja itu dapat menjatuhkan catatan yang berisi pesannya.

Sahabat, terkadang Tuhan menggunakan cobaan-cobaan ringan untuk membuat Kita menengadah kepadaNya. Seringkali Tuhan melimpahi Kita dengan rahmat, tetapi itu tidak cukup untuk membuat Kita menengadah kepadaNya. Karena itu, agar Kita selalu mengingat KepadaNya, Maka Tuhan sering menjatuhkan "batu kecil" kepada Kita

From : Wulan Julia


Skype : wulan.julia:


Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Who Am I

Syahdan, ketika Tuhan akan mengirim jiwa Dan menjelmakannya sebagai manusia di dunia,
Dia berujar : “Wahai Jiwa.Engkau akan mendapatkan tubuh. Engkau mungkin menyukainya, mungkin juga tidak. Tetapi IA akan jadi milikmu selama di dunia. Engkau akan belajar berbagai Mata pelajaran. Aku telah masukkan engkau ke sekolah informasi full-time yang bernama : Kehidupan. Setiap Hari, engkau akan memperoleh kesempatan untuk belajar berbagai hal. Engkau mungkin menyukai hal-hal tersebut, atau menganggapnya tak relevan bahkan konyol.
Tidak Ada ‘kesalahan’, semua hanya pelajaran. Eksperimen yang gagal adalah bagian dari proses belajar, termasuk juga eksperimen yang berhasil.
Suatu pelajaran akan diulang terus sampai engkau menguasainya. Pelajaran tersebut akan disampaikan dengan berbagai cara, berbagai kesempatan sampai engkau berhasil memahaminya. Kemudian pelajaran baru diberikan kepadamu.
Ingatlah, masa belajar tak pernah berakhir, sampai engkau menutup Mata. “Disana” tidak lebih baik daripada “disini”. Ketika engkau berhasil membuat ‘disana’ menjadi ‘disini’, Engkau akan segera menemukan ‘disana’ yang lain yang, lagi-lagi, lebih baik daripada ‘disini’ Orang-orang disekitarmu hanyalah cermin dirimu sendiri.
Engkau tak bisa mencintai atau membenci sesuatu tentang orang lain, karena itu hanyalah refleksi dari apa yang engkau cinta atau yang engkau benci TENTANG dirimu.
Apa yang engkau perbuat dalam hidupmu adalah terserah kepadamu. Engkau mempunyai segala peralatan Dan sumber daya yang engkau butuhkan.
Apa yang kau lakukan dengan peralatan Dan sumber daya itu juga terserah kepadamu. Itu PILIHANMU. Kalau Engkau mencari jawaban, jawaban Ada di dalam dirimu. Jawaban segala pertanyaan tentang kehidupan telah Aku simpan di dalam dirimu, yang Engkau perlu lakukan adalah mendengar, melihat Dan percaya ”Engkau akan melupakan Pembicaraan Kita ini".
Maka, ketika manusia lahir ke dunia, IA menghabiskan sepanjang umurnya untuk mengingat-ingat pembicaraan itu. Manusia mencari mengapa IA hadir di dunia, berusaha menjawab pertanyaan “Who am I” Mencari ke seluruh pelosok, sampai akhirnya IA mulai mencari ke dalam dirinya sendiri.
Antara hitam Dan putih Antara kanan Dan kiri Antara yakin Dan ragu Antara terang Dan gelap Antara nyata Dan mimpi Antara jiwa Dan raga Antara hidup Dan mati….. Semuanya menyatu Dan kabur Hitam kadang terlihat putih, juga sebaliknyadan terus menerus……………..
Sahabat, dan ketika aku berpijak di persimpangan yang hanya aku yang tahu Dan YANG MAHA TAHU dalam rahasia hati sampai Mata ini tertutupi kafan

From : Wulan Julia

Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Kamis, 17 Juni 2010

Monyet dan kacang

Dari sebuah artikel menarik tentang teknik berburu monyet di hutan-hutan Afrika. Caranya begitu unik. Sebab, teknik itu memungkinkan is pemburu menangkap monyet dalam keadaan hidup-hidup tanpa cedera sedikitpun. Maklum, ordernya memang begitu. Sebab, monyet-monyet itu akan digunakan sebagai hewan percobaan atau binatang sirkus di Amerika.

Cara menangkapnya sederhana saja. Sang pemburu hanya menggunakan toples berleher panjang Dan sempit. Toples itu diisi kacang yang telah diberi aroma. Tujuannya,agar mengundang monyet-monyet datang. Setelah diisi kacang, toples-toples itu ditanam dalam tanah dengan menyisakan mulut toples dibiarkan tanpa tutup.

Para pemburu melakukannya di sore Hari. Besoknya, mereka tingal meringkus monyet-monyet yang tangannya terjebak di dalam botol tak bisa dikeluarkan. Kok, bisa? Tentu Kita sudah tahu jawabnya.

Monyet-monyet itu tertarik pada aroma yang keluar dari setiap toples. Mereka mengamati lalu memasukkan tangan untuk mengambil kacang-kacang yang Ada di dalam. Tapi karena menggenggam kacang, monyet-monyet itu tidak bisa menarik keluar tangannya Selama mempertahankan kacang-kacang itu, selama itu pula mereka terjebak. Toples itu terlalu berat untuk diangkat. Jadi, monyet-monyet itu tidak akan dapat pergi ke mana-mana !

Mungkin Kita akan tertawa melihat tingkah bodoh monyet-monyet itu. Tapi, tanpa sadar sebenarnya Kita mungkin sedang menertawakan diri sendiri. Ya, kadang Kita bersikap seperti monyet-monyet itu. Kita mengenggam erat setiap permasalahan yang Kita miliki layaknya monyet mengenggam kacang.

Kita sering mendendam, tak mudah memberi maaf, tak mudah melepaskan maaf. Mulut mungkin berkata ikhlas, tapi bara amarah masih Ada di dalam dada. Kita tak pernah bisa melepasnya.

Bahkan, Kita bertindak begitu bodoh, membawa "toples-toples" itu ke mana pun Kita pergi. Dengan beban berat itu, Kita berusaha untuk terus berjalan. Tanpa sadar, Kita sebenamya sedang terperangkap penyakit hati yang akut.

Sahabat, sebenarnya monyet-monyet itu bisa selamat jika mau membuka genggaman tangannya.

Dan, Kita pun akan selamat dari penyakit hati jika sebelum tidur Kita mau melepas semua "rasa tidak enak" terhadap siapapun yang berinteraksi dengan Kita. Dengan begitu Kita akan mendapati Hari esok begitu cerah Dan menghadapinya dengan senyum.


Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Masa Pasca Perceraian

Berikut ini sharing dari salah satu member ISP melalui pengamatan pribadi mengenai Masa Pasca Perceraian, diamati dari pengalamanbn pribadi dan orang lain yang senasib. Bisa jadi subyektif,
tapi setidaknya bisa menjadi bahan perenungan.

0-1 th: masa kritis (termasuk berpikir suicide, so terrible)

1-2 th: basic recovery (setidaknya sudah mau makan dan bisa tidur)

2-3 th: slow recovery (cuek, tapi pasti ada proses penyembuhan)

3-4 th: try to enjoy life (but fake, sorry)

4-6 th: redefinition

7th : able to decide with wisdom (sudah lulus)

Semua tahap itu dijalani berjalan seperti menaiki tangga di sebuah bukit, sangat melelahkan, dan dalam perjalanan itu kita pernah bilang berkali-kali "Oh God, I'm so tired of this." atau "Hatiku letih" atau "Sick of crying." atau "Tuhan kuatkan hatiku." Kita juga mendapati tidak ada orang lain yang tertarik untuk mengerti keadaan batin kita, termasuk, kadang2, orang tua dan kakak adik, yang lebih banyak berkomentar dan menyindir. Tidak semua, ada juga yang beruntung menjalani masa sulit dengan support moral penuh dari orang-orang dekat.

warmest regards,
-Nash
YM: mnasucha


Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Don't

* Don’t undermine your worth by comparing yourself with others. It is because we are different that each of us is special.

* Don’t set your goals by what other people deem important. Only you know what is best for you.

* Don’t take for granted the things closest to your heart. Cling to them as you would your life, for without them, life is meaningless.

* Don’t let your life slip through your fingers by living in the past or for the future. By living your life one day at a time, you live ALL the days of your life.

* Don’t give up when you still have something to give. Nothing is really over until the moment you stop trying.

* Don’t be afraid to admit that you are less than perfect. It is this fragile thread that binds us each together.

* Don’t be afraid to encounter risks. It is by taking chances that we learn how to be brave.

* Don’t shut love out of your life by saying it’s impossible to find. The quickest way to receive love is to give; the fastest way to lose love is to hold it too tightly; and the best way to keep love is to give it wings.

* Don’t run through life so fast that you forget not only where you’ve been, but also where you are going.

* Don’t forget that a person’s greatest emotional need is to feel appreciated.

* Don’t be afraid to learn. Knowledge is weightless, a treasure you can always carry easily.

* Don’t use time or words carelessly. Neither can be retrieved. Life is not a race, but a journey to be savored each step of the way.

From : Ruth Meyta
Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Rabu, 09 Juni 2010

Pisang dan hati

Maryam, seorang guru sekolah dasar mengajarkan satu permainan yang sungguh menarik untuk murid-muridnya. Setiap murid diminta membawa tas plastik yang berisi pisang yang tertulis nama orang yang paling mereka benci ke kelas pada esok hari. Jadi, jumlah pisang yang perlu dibawa bergantung kepada jumlah orang yang dibenci.

Keesokan harinya, setiap murid membawa tas plastik berisi pisang masing-masing. Ada yang membawa tiga biji, ada juga lima biji dan paling banyak delapan biji. Semuanya sudah ditulis nama orang yang paling mereka benci.


"Sekarang simpanlah pisang-pisang kalian itu. Jangan lupa bawalah kemana saja kalian pergi selama seminggu. Inilah permainannya. Setelah seminggu, kita akan lihat hasilnya" tandas Ibu guru Maryam. Anak-anak tersebut menyimpan pisang mereka di dalam tasnya masing-masing.


Hari demi hari berlalu, pisang tersebut mulai berbintik-bintik dan akhirnya menjadi busuk. anak-anak itu mulai protes dan marah. Mereka tidak menyukai permainan itu lagi karena selain tas berat, badan pun berbau busuk. Ada yang menangis, enggan meneruskan permainan.


Seminggu pun berlalu, Pagi harinya lagi-lagi para murid Maryam suda bersorak. Permainan sudah tamat. Tidak ada lagi beban dan bau busuk yang perlu mereka bawa.

"Oke semua, sekarang ibu tanya apa rasanya membawa pisang dalam tas ke sana ke mari selama seminggu?" tanya Mayam. Semuanya serentak mengatakan mereka benci permainan itu. Mereka kehilangan teman, sering diejek dan tersingkirkan. Lebih jeleknya terpaksa tidur, makan, mandi, bermain dan menonton TV dengan bau busuk.


Dengan tersenyum penuh arti Maryam menjelaskan kepada murid-muridnya

"Itulah sebenarnya yang terjadi jika kita menyimpan perasaan benci pada orang lain dalam hati. Bau busuk kebencian itu akan mencemari hati dan kita akan membawanya ke mana saja kita pergi. Jika kalian saja tidak tahan dengan bau pisang busuk hanya untuk seminggu, cobalah membayangkan apa yang akan terjadi jika kalian menyimpan kebencian sepanjang hidup kalian "


Maryam mengingatkan anak muridnya supaya membuang jauh-jauh perasaan benci daripada membebani hidup. Memaafkan adalah yang terbaik. Menyayangi lebih baik daripada membenci.

Sahabat, jadi jangan letak pisang dalam tas. Dan jangan simpan kebencian, dendam kesumat dan apa-apa yang tidak enak dalam hati. Seperti pisang yang makin membusuk didalam tas itu, begitu juga hati.


From : Wulan Julia



Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Rabu, 26 Mei 2010

Universitas Kehidupan

Ketika kerjamu tidak dihargai, sesungguhnya saat itu kau sedang belajar tentang

KETULUSAN.

Ketika usahamu dinilai tidak penting, sesungguhnya saat itu kau sedang belajar

KEIKHLASAN.

Ketika hatimu terluka sangat dalam, sesungguhnya saat itu kau sedang belajar
tentang

MEMAAFKAN.

Ketika kau harus lelah dan kecewa, maka saat itu kau sedang belajar tentang

KESUNGGUHAN.

Ketika kau merasa sepi dan sendiri, sesungguhnya saat itu kau sedang belajar tentang

KETANGGUHAN.

Ketika kau harus membayar biaya yang sebenarnya tidak perlu kau tanggung, sesungguhnya
saat itu kau sedang belajar tentang

KEMURAH HATIAN.

Tetap semangat ....

Tetap sabar ....

Tetap tersenyum ....

Terus belajar ....

Karena kau sedang menimba ilmu di UNIVERSITAS KEHIDUPAN... !!!

From : Den Baguse

Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Psikologi anak-anak korban perceraian

Memang ada pandangan psikologi mutakhir yang menyatakan orang bisa hidup lebih bahagia setelah bercerai. Bahwa perceraian bukan akhir kehidupan suami istri. Namun, orangtua yang bercerai harus tetap memikirkan bagaimana membantu anak mengatasi penderitaan akibat ayah Ibunya berpisah.

Dari waktu ke waktu, kasus perceraian tampaknya terus meningkat. Maraknya tayangan infotainment di televisi yang menyiarkan parade Artis Dan public figure yang mengakhiri perkawinan mereka melalui meja Pengadilan, seakan mengesahkan bahwa perceraian merupakan tren. Sepertinya kesakralan Dan makna perkawinan sudah tidak lagi berarti. Pasangan yang akan bercerai sibuk mencari pembenaran akan keputusan mereka untuk berpisah. Mereka tidak lagi mempertimbangkan bahwa ada Yang bakal sangat menderita dengan keputusan tersebut, yaitu anak-anak.

Namun, fenomena perceraian marak terjadi bukan hanya di kalangan artis atau public jIgure saja. Di dalam keluarga sederhana, bahkan di dalam Lingkungan pendidik, lingkungan yang tampak religius, perceraian juga Banyak terjadi.


Salah satunya terjadi pada Pak Edy (bukan nama sesungguhnya) ,

Sambil bertanya, sekilas ia menjelaskan kesulitannya mengasuh anak satu-satunya yang berusia empat tahun. Doni, nama anak itu, menjadi sangat nakal dan tidak mau ditinggal bekerja oleh ayahnya. Di akhir Cerita, Pak Edy baru mengaku bahwa ia telah berpisah dengan istrinya karena ketidakcocokan.

Pada kisah lainnya, Ayu, bocah berumur delapan tahun, mengalami perubahan sangat memprihatinkan setelah orangtuanya bercerai. Ayu enggan berangkat ke sekolah. Sebab, di lingkungan dia belajar itu banyak temannya yang bertanya-tanya tentang kasus perceraian orangtuanya.


Ayu menjadi malu, merasa dirinya sangat buruk karena memiliki orangtua yang bercerai. Dalam hati Ayu juga merasa marah kepada ayah dan ibunya kenapa mereka sering bertengkar dan saling marah. Akibatnya, sulit baginya mengharapkan bisa bepergian sekeluarga ke mal atau keluar kota untuk berlibur, seperti yang dialami teman-temannya.


Sejak perceraian itu semangat belajar Ayu menurun drastis, Sehingga nilai rapornya pun merosot. Anak yang tadinya gembira dan ceria itu berubah diam, pasif, dan murung, dengan badan yang juga semakin kurus.

Reaksi Berbeda

Seperti yang terjadi pada Doni Dan Ayu, perceraian selalu saja merupakan rentetan goncangan-goncangan yang menggoreskan luka batin yang dalam bagi mereka yang terlibat, terutama anak-anak.

Sekalipun perceraian tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan damai Oleh orangtuanya, namun tetap saja menimbulkan masalah bagi anak-anak mereka.

Reaksi anak berbeda-beda terhadap perceraian orangtuanya. Semua tergantung pada umur, intensitas serta lamanya konflik yang berlangsung sebelum terjadi perceraian.

Setiap anak menanggung penderitaan dan kesusahan dengan kadar yang berbeda-beda. Anak-anak yang orangtuanya bercerai, terutama yang sudah berusia sekolah atau remaja biasanya merasa ikut bersalah dan bertanggung jawab atas kejadian itu. Mereka juga merasa khawatir terhadap akibat buruk yang akan menimpa mereka.

Bagi anak-anak, perceraian merupakan kehancuran keluarga yang akan mengacaukan kehidupan mereka. Paling tidak perceraian tersebut menyebabkan munculnya rasa cemas terhadap kehidupannya di masa kini dan di masa depan. Anak-anak yang ayah-ibunya bercerai sangat menderita, dan mungkin lebih menderita daripada orangtuanya sendiri.

Akibat Emosional

Dalam suatu perceraian, orangtua mencurahkan seluruh waktu dan uangnya untuk saling bertikai mengenai harta, tunjangan uang yang akan diberikan suami setelah bercerai, hak pemeliharaan anak, dan hak-hak lain.

Sementara itu, mereka hanya mencurahkan sedikit waktu atau usaha untuk mengurangi akibat emosional yang menimpa anak-anaknya. Pengacara yang terlibat dalam perceraian tersebut, sesuai tugasnya memang hanya memfokuskan diri pada masalah hukum saja. Biasanya mereka kurang memperhatikan akibat emosional pada diri anak-anak yang jadi Korban dalam peristiwa perceraian tersebut.

Mereka umumnya kurang ikut memikirkan bagaimana memberikan konseling Kepada kliennya, dalam hal ini orangtua yang mau bercerai, tentang cara-cara terbaik dalam membantu anak-anak mengatasi dan menyesuaikan diri dengan situasi yang ada.

Walaupun orangtua telah berusaha menyelesaikan perceraian dengan hati-hati dan damai, tidak Ada cara yang dapat mereka lakukan untuk menghindari akibat negatif terhadap anak-anak. Oleh karena itu, menjadi penting bagi orangtua yang dalam proses Perceraian untuk sebaik mungkin mengambil usaha-usaha khusus untuk Meminimalkan penderitaan dan kesusahan anak-anaknya. Ini membutuhkan perhatian dan usaha aktif dari pihak orangtua.

Sampai Dua Tahun.

Umumnya anak-anak yang orangtuanya bercerai dilanda perasaan-perasaan kehilangan (hilangnya satu anggota keluarga: ayah atau ibunya), gagal, kurang percaya diri, kecewa, marah, dan benci yang amat sangat.

Richard Bugeiski Dan Anthony M. Graziano (1980) menyatakan bahwa dua tahun pertama setelah terjadinya perceraian merupakan masa-masa yang amat sulit bagi anak-anak. Mereka biasanya kehilangan minat untuk pergi dan mengerjakan tugas-tugas sekolah, bersikap bermusuhan, agresif depresi, dan dalam beberapa kasus Ada yang bunuh diri.

Anak-anak yang orangtuanya bercerai menampakkan beberapa gejala fisik dan stres akibat perceraian tersebut seperti insomnia (sulit tidur), kehilangan nafsu makan, dan beberapa penyakit kulit.

Riset menunjukkan, setelah kira-kira dua tahun mengalami masa sulit dengan perceraian orangtuanya, sampailah anak-anak tersebut ke masa keseimbangan atau masa equilibrium. Di masa itu, kesusahan dan penderitaan akut yang mereka alami sejak terjadinya perceraian mulai berkurang.

Anak-anak telah belajar menyesuaikan diri dan melanjutkan kehidupan mereka. Namun, perceraian orangtua tetap menorehkan luka batin yang menyakitkan bagi mereka. Selain beberapa dampak di atas, dalam beberapa kasus terjadi anak yang orangtuanya bercerai, pada saat dewasa, menjadi takut untuk menikah.

Dia khawatir perkawinannya nanti akan mengalami nasib yang sama seperti orangtuanya.

Kasus yang lain, anak yang orangtuanya bercerai, pada saat dewasa jadi membenci laki-laki atau perempuan karena menganggapnya sama dengan ayah atau ibunya yang telah menghancurkan keluarganya.

Yang Perlu Dilakukan.

Sangat sulit menemukan cara agar anak-anak merasa terbantu dalam menghadapi masa-masa sulit karena perceraian orangtuanya. Sekalipun ayah atau ibu berusaha memberikan yang terbaik yang mereka bisa, segala yang baik tersebut tetap tidak dapat menghilangkan kegundahan hati anak-anaknya.

Beberapa psikolog menyatakan bahwa bantuan yang paling penting yang dapat diberikan oleh orangtua yang bercerai adalah mencoba menenteramkan hati dan meyakinkan anak-anak bahwa mereka tidak bersalah. Yakinkan bahwa mereka tidak perlu merasa harus ikut bertanggung jawab atas perceraian orangtuanya.

Hal lain yang perlu dilakukan oleh orangtua yang akan bercerai adalah membantu anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan tetap menjalankan kegiatan-kegiatan rutin di rumah. Jangan memaksa anak-anak untuk memihak salah satu pihak yang sedang cekcok serta jangan sekali-sekali melibatkan mereka dalam proses perceraian tersebut.

Hal lain yang dapat membantu anak-anak adalah mencarikan orang dewasa lain seperti tante atau paman, yang untuk sementara dapat mengisi kekosongan hati mereka setelah ditinggal ayah atau ibunya. Maksudnya, supaya anak-anak merasa mendapatkan topangan yang memperkuat mereka dalam mencari figur pengganti ayah ibu yang tidak lagi hadir seperti
ketika belum ada perceraian.

Oleh: M.M. Nilam Widyarini, MSi, Dosen Psikologi


Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Facebook