Dearest Super Members yang Berbahagia,
Semoga di hari yang indah ini, Yang Maha Pemberi memudahkan upaya Sahabat Super members untuk menemukan pekerjaan-pekerjaan yang baik, atau menjadikan pekerjaan apa pun sebagai pekerjaan yang baik. Perkenankan saya untuk berbagi cerita sederhana yang pernah saya lihat dalam suatu acara di station televisi, yaitu tentang Seorang ayah dan anak laki-lakinya yang berkunjung ke sebuah taman bermain. Di pintu masuk sang ayah memesan karcis 2 lembar kepada penjaga loket. Penjaga loket merasa heran dan bertanya kepada sang ayah : Penjaga Loket : Mengapa Anda memesan 2 lembar tiket, sementara saya hanya melihat anda sendiri? Ayah : saya pesan 2 tiket untuk saya dan Anak laki-laki saya, yang ada disamping saya. Penjaga melihat keluar melalui lubang loket dan tampak anak laki-laki kecil berdiri disamping ayahnya. Penjaga Loket : sepertinya anak Anda masih di bawah usia 3 tahun, dan menurut aturan kami anak dibawah usia 3 tahun tidak dikenakan biaya masuk, jadi anak Anda tidak perlu membayar.
Ayah : anak laki-laki saya kemarin baru berulang tahun yang ke 3, dan hari ini kami akan merayakannya. Oleh karena itu, saat ini anak saya sudah tidak berhak lagi untuk mendapatkan keringanan tiket gratis. Sambil tersenyum kagum, akan kejujuran sang ayah, penjaga loket memberikan 2 lembar tiket yang di beli oleh sang ayah. Ternyata anak laki-lakinya mengamati pembicaraan ayahnya dengan penjaga loket, dan sang anak bertanya kepada ayahnya, "mengapa ayah tidak menyetujui saja saat penjaga loket mengatakan kalau aku masih berhak mendapatkan tiket gratis". Kanberarti ayah mendapatkan keuntungan seharga 1tiket?. Dengan bijaksananya sang ayah menjelaskan kepada anaknya bahwa : Apabila ayah berbohong, penjaga tiket memang tidak mengetahuinya. Namun engkau anakku akan melihatnya, apa yang ayah lakukan, yaitu berbohong untuk mendapatkan keuntungan diri sendiri dan merugikan orang lain adalah sebagai perbuatan baik. Dan suatu saat nanti engkau akan meniru tindakan yang salah. Dan berarti ayah telah mencontohkan ketidak jujuran kepada mu, anakku tersayang.. Dearest Super Members yang berbahagia, Berikut ini sebuah nasehat yang sangat bijaksana dari Pak Mario, yang Beliau tuliskan di sebuah pointers The Greatest Love Our Children Are Our Future, Anda bisa melihat citra sang orang tua dengan memperhatikan prilaku anak mereka. Satu-satunya cara untuk menumbuhkan seorang anak yang baik adalah menjadikannya seorang anak yang berbahagia. Dan satu-satunya cara untuk menjadikannya berbahagia adalah menjadikan diri Anda seorang dewasa yang bersikap baik kepadanya. Seorang bayi adalah peniru yang setia. Dia tidak mengenal cara-cara awal yang lain untuk belajar dari kita, kecuali melalui pengamatan dan peniruan dari apa pun yang kita tampilkan kepadanya. Sesungguhnya kita sedang mencari seorang pahlawan bagi diri kita. Kita membutuhkan seseorang untuk kita hormati. Anak-anak tanpa pahlawan sedikit sekali yang akan tumbuh menjadi pribadi-pribadi dewasa yang bangga dan membanggakan. Mereka membutuhkan seorang dewasa yang bisa mereka kagumi. Mereka membutuhkan seorang kuat, yang bersamanya - mereka merasa terlindungi. Mereka membutuhkan seorang sahabat dewasa yang akan menuntun dan mendorong mereka untuk tumbuh menjadi pribadi-pribadi yang kuat dan mandiri. Mereka membutuhkan seorang teladan. Mereka anak-anak kita itu - lebih membutuhkan seorang pahlawan untuk mereka teladani, dan bukan seorang kritikus yang semena-mena merendahkan diri-diri kecil yang tidak terlindungi itu - hanya karena yang lebih tua itu - mampu mendatangkan penyiksaan yang tak terlawankan. Jadilah diri kita orang tua yang mencontohkan kegembiraan dalam memenangkan kualitas kehidupan yang baik, agar anak-anak kita juga bersemangat menjadi diri mereka dengan tumbuh yang sehat, cara pandang yang jernih, dan pemikiran yang cemerlang. Bagi seorang anak, tidak ada seorang pahlawan yang lebih agung daripada seorang dewasa yang berlutut membantunya, dan berbisik "Ketahuilah bahwa aku sangat menyayangi mu". Dearest Super Members yang pengasih, Didalam suatu pertemuan malam, Pak Mario memberikan nasehat yang bijaksana kepada kami, "Jadilah orang tua yang selalu mengasihi anak-anaknya dengan tulus" agar tidak terbatalkannya doa dari anak-anak kita yang sholeh. Karena doa dari anak yang sholeh adalah : "Ya Tuhan ku Yang Maha Pengasih, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku, dan kasihanilah mereka sebagaimana mereka mengasihaniku diwaktu aku masih kecil".
*SAYA INGIN SEPERTI AYAH*
Suatu hari suami saya rapat dengan beberapa rekan bisnisnya yang kebetulan mereka sudah mendekati usia 60 tahun dan dikaruniai beberapa orang cucu. Di sela-sela pembicaraan serius tentang bisnis, para kakek yang masih aktif itu sempat juga berbagi pengalaman tentang kehidupan keluarga di masa senja usia. Suami saya yang kebetulan paling muda dan masih mempunyai anak balita, mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, dan untuk itu saya merasa berterima kasih kepada rekan-rekan bisnisnya tersebut. Mengapa? Inilah kira-kira kisah mereka...... Salah satu dari mereka kebetulan akan ke Bali untuk urusan bisnis, dan minta tolong diatur tiket kepulangannya melalui Surabaya karena akan singgah ke rumah anaknya yang bekerja di sana. Di situlah awal pembicaraan 'menyimpang' dimulai. Ia mengeluh, "Susah anak saya ini, masak sih untuk bertemu bapaknya saja sulitnya bukan main." "Kalau saya telepon dulu, pasti nanti dia akan berkata jangan datang sekarang karena masih banyak urusan. Lebih baik datang saja tiba-tiba, yang penting saya bisa lihat cucu." Kemudian itu ditimpali oleh rekan yang lain. "Kalau Anda jarang bertemu dengan anak karena beda kota, itu masih dapat dimengerti," katanya. "Anak saya yang tinggal satu kotasaja, harus pakai perjanjian segala kalau ingin bertemu." "Saya dan istri kadang-kadang merasa begitu kesepian, karena kedua anak saya jarang berkunjung, paling-paling hanya telepon." Adalagi yang berbagi kesedihannya, ketika ia dan istrinya mengengok anak laki-lakinya, yang istrinya baru melahirkan di salah satu kotadi Amerika. Ketika sampai dan baru saja memasuki rumah anaknya, sang anak sudah bertanya, "Kapan Ayah dan Ibu kembali ke Indonesia?" "Bayangkan! Kami menempuh perjalanan hampir dua hari, belum sempat istirahat sudah ditanya kapan pulang." Apa yang digambarkan suami saya tentang mereka, adalah rasa kegetiran dan kesepian yang tengah melanda mereka di hari tua. Padahal mereka adalah para profesional yang begitu berhasil dalam kariernya. Suami saya bertanya, "Apakah suatu saat kita juga akan mengalami hidup seperti mereka?" Untuk menjawab itu, saya sodorkan kepada suami saya sebuah syair lagu berjudul Cat's In the Cradle karya Harry Chapin. Beberapa cuplikan syair tersebut saya terjemahkan secara bebas ke dalam bahasa Indonesia agar relevan untuk konteks Indonesia. *Serasa kemarin ketika anakku lahir dengan penuh berkah. * *Aku harus siap** **untuknya, sehingga sibuk aku mencari nafkah sampai 'tak ingat kapan pertama kali ia belajar melangkah. * *Pun kapan ia belajar bicara dan mulai** **lucu bertingkah** **Namun aku tahu betul ia pernah berkata,** **"Aku akan menjadi seperti Ayah kelak"** **"Ya betul aku ingin seperti Ayah kelak"** * "Ayah, jam berapa nanti pulang?" "Aku tak tahu 'Nak, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu saja kita akan mempunyai waktu indah bersama" Ketika saat anakku ulang tahun yang kesepuluh; Ia berkata, "Terima kasih atas hadiah bolanya Ayah, wah ... kita bisa main bola bersama. Ajari aku bagaimana cara melempar bola" "Tentu saja 'Nak, tetapi jangan sekarang, Ayah banyak pekerjaan sekarang" Ia hanya berkata, "Oh ...." Ia melangkah pergi, tetapi senyumnya tidak hilang, seraya berkata, "Aku akan seperti ayahku". "Ya, betul aku akan sepertinya"
"Ayah, jam berapa nanti pulang?" "Aku tak tahu 'Nak, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti, dan tentu saja kita akan mempunyai waktu indah bersama" Suatu saat anakku pulang ke rumah dari kuliah; Begitu gagahnya ia, dan aku memanggilnya, "Nak, aku bangga sekali denganmu, duduklah sebentar dengan Ayah" Dia menengok sebentar sambil tersenyum, "Ayah, yang aku perlu sekarang adalah meminjam mobil, mana kuncinya?" "Sampai bertemu nanti Ayah, aku ada janji dengan kawan"
"Nak, jam berapa nanti pulang?" "Aku tak tahu 'Yah, tetapi kita akan punya waktu bersama nanti dan tentu saja kita akan mempunyai waktu indah bersama" Aku sudah lama pensiun dan anakku sudah lama pergi dari rumah; Suatu saat aku meneleponnya. "Aku ingin bertemu denganmu, Nak" Ia bilang, "Tentu saja aku senang bertemu Ayah, tetapi sekarang aku tidak ada waktu. Ayah tahu, pekerjaanku begitu menyita waktu, dan anak-anak sekarang sedang flu. Tetapi senang bisa berbicara dengan Ayah, betul aku senang mendengar suara Ayah"
Ketika ia menutup teleponnya, aku sekarang menyadari; Dia tumbuh besar persis seperti aku; Ya betul, ternyata anakku *persis* seperti aku. Rupanya prinsip investasi berlaku pula pada keluarga dan anak. Seorang investor yang berhasil mendapatkan return yang tinggi, adalah yang selalu peduli dan menjaga apa yang diinvestasikannya. Saya sering melantunkan cuplikan syair tersebut dalam bahasa aslinya, "I'm gonna be like you, Dad, you know I'm gonna be like you", kapan saja ketika suami saya sudah mulai melampaui batas kesibukannya. Ternyata cukup manjur. "Lutfi ... ayo kita kasih makan kelinci," katanya kepada anak kami yang berusia 3 tahun.** * * *Prinsip diatas dapat kita terapkan dalam kehidupankita sehari hari maupun dalam tugas kerja kita mengembangkan manusia yang menjadi tanggung jawab kita ataupun bawahan kita.* *Apabila kita mempunyai bawahan dengan kualitas kerja yang kurang atau dibawah standard maka......** **sadarlah bahwa kejadian ini mungkin merupakan refleksi atau bentukan dari diri kita sendiri jadi jangan salahkan mereka....** **jangan mem "vonis" mereka tapi coba cari titik awal timbulnya masalah, dan coba introspeksi. *** |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar