Minggu, 26 Oktober 2008

INDONESIA SORGA PARA PEDOPHILE



 

Dear all,

 

Memang miris membaca berita ini.  Saya tidak habis pikir dengan orang tua si bocah yang merelakan anaknya kehilangan masa remaja yang mulai saja belum, untuk diserahkan kepada pria yang lebih tepat jadi bapaknya, hanya karena dia status ekonomi, social dan agamanya.  Syek Puji sungguh cerdas memuluskan jalannya untuk memenuhi hawa nafsu sex nya kepada anak kecil dengan terlebih dahulu menebar 1.3 milyar untuk zakat kepada public.  Ini menarik simpati banyak orang.

 

Tetapi mari kita telaah dengan tenang.  Kalau dalihnya agama, Syek Puji tidak salah karena dia mencontoh Nabi Muhammad yang juga menikahi Siti Aisyah yang waktu itu masih di bawah umur.  Seperti yang dikatakan mbak Asih Nurchandra, memang tidak langsung digauli, menunggu 2 tahun setelah haid.  Tapi berapa tahun umur Siti Aisyah ketika haid pertama?  Siti Aisyah dinikahi Nabi Muhammad umur 9, kalau menunggu 2 tahun berarti mulai digauli umur 11 tahun.  Apakah 11 tahun tergolong masih di bawah umur?  Mungkin ya mungkin tidak pada jaman itu.  Tapi di bawah umur atau tidak, Nabi terakhir yang dianggap paling benar, suci dan satu-satunya yang jadi panutan umat Islam hingga hari, ini juga melakukannya semasa hidupnya.  So salahkah Syek Puji dari perspektif ini?   Of course tidak, makanya dia berani bersikeras agama tidak melarang.

 

Terus siapa yang salah?  Orang tua si bocah?  Walaupun mungkin jauh di lubuk hati mereka (hanya Tuhan yang tahu) sebenarnya tidak lain hanya karena silau dengan uang Syek Puji yang berlimpah ruah sampai bisa berzakat 1.3 milyar, mereka juga bisa berdalih dengan alasan yang sama, Nabi Muhammad junjungan umat Islam juga melakukan itu, so apanya yang salah sekarang dia menyerahkan gadis kecilnya kepada Syek Puji, toh anaknya juga mau.

 

Masalahnya adalah jaman sekarang sungguh tidak umum menikahi anak umur 11 tahun, sangat sulit diterima nurani.  Ini yang akan menjadi satu dilemma bagi umat Islam dalam mengambil sikap: 

 

Kalau ikut mengecam tindakan Syek Puji, berarti sama saja juga mengecam dan menyalahkan Nabi Muhammad karena tidak bisa diingkari Syek Puji mencontoh Nabi Muhammad. 

 

Kalau diterima dan dianggap benar dan haq, maka Syek Puji ini akan menjadi trendsetter, dan benar seperti dalam tulisan sebelumnya, akan memuluskan jalan para pedophile untuk melegalkan nafsunya terhadap anak kecil.  Mereka akan berdatangan, tinggal datang ke Indonesia, convert menjadi WNI, masuk Islam, baca syahadat apa susahnya, toh mereka bukan orang beragama apapun sebelumnya, sehingga bisa menikahi bocah-bocah ingusan di Indonesia yang orang tuanya bukan hanya miskin materi, tapi juga miskin iman, miskin cinta, silau dengan iming-iming uang dan materi duniawi untuk kesenangan sesaat dengan mengorbankan masa depan dan kebahagiaan anak-anak mereka.

 

Saya hanya menemukan satu dari semua tulisan yang saya baca  mengenai hal ini yang salah.  Yaitu para wartawan yang mewawancarai Syek Puji dan istrinya.  Bukan salah sih, hanya kurang kompresensif dalam bertanya.  Harusnya yang mereka tanyakan termasuk pertanyaan penting ini, ditujukan terutama kepada istri Syek Puji yang dikabarkan justru dia yang berburu anak-anak untuk dijadikan istri suaminya:

 

Kalau Nyai (panggilan istri pertama Syek Puji) punya anak atau cucu seumuran itu dipinang oleh pria berumur 4 kali lebih tua tetapi lebih kaya dan lebih tinggi ilmu agamanya dari Syek Puji untuk dijadikan istri ke 3 atau ke 4 apakah juga akan diserahkan?

 

Sungguh saya penasaran kira-kira istri Syek Puji bagaimana secara jujur di hadapan manusia dan di hadapan Allah.  Kalau dia menjawab “ya”, berarti Nyai ini melakukan ini dengan sadar dan berdasarkan kebenaran yang dia pahami dan adil. 

 

Tetapi kalau jawabannya “tidak”, berarti dia melakukan ini dengan menyiksa batinnya sendiri, tetapi terlalu egois untuk menolak karena bisa jadi dia kehilangan semuanya kalau tidak mau melakukan ini semua.

 

Tidak hanya sekali dua kali saya mendengar cerita wanita, seorang ibu yang membiarkan anaknya dianiaya suaminya secara fisik maupun sexual, bukannya gimana caranya mencari perlindungan untuk anaknya, tetapi menyimpannya rapat-rapat membiarkan kekejian itu berlangsung dengan aman, bukan karena diri sendiri setuju, tetapi karena takut.  Takut dibunuh, takut dicerai, dan segala macam ketakutan.  Begitu lemahnya iman, begitu egoisnya sehingga lebih memenangkan ketakutannya sendiri, keamanannya sendiri dan menegakan anak dihancurkan jiwa raga mental dan fisik. 

 

Hanya Tuhan yang tahu apa motivasi istri pertama Syek Puji yang sesungguhnya.  Apakah dia mencari kanak-kanak untuk istri suaminya benar-benar dilandasi pemahaman, pengertian, kejujuran, kesalihan dengan segenap akal budinya yang orang lain sulit memahami, atau dia sedang menutupi ketakutannya sendiri.  Dia boleh mengatakan kepada dunia apa saja melalui media masa, tetapi ada satu yang tidak bisa dibohongi, ada satu sanggup melihat jauh di lubuk hatinya seperti apa, karena tidak ada yang tersembunyi di hadapan Allah Yang Maha Melihat dan Maha Adil.

 

Saya menunggu berita selanjutnya mengenai topik ini.

 

Terima kasih sudah boleh sharing.

 

1 komentar:

Anonim mengatakan...

wahh emang udah edan dunia ini, tulisannya bagus mas/mbak saya kutip sedikit diblog saya salam kenal bocahiseng.

Facebook