Kamis, 17 Juli 2008

Adu Jurus di hari pertama sekolah - Break Pattern


 
Adu Jurus di hari pertama sekolah – Break Pattern

Anita pusing tujuh keliling dengan ulah anaknya yang paling bungsu. Sudah hampir seminggu ini Toni masih menangis terus di sekolahan. Jadi serba salah. Ditinggal anak menangis. Tetap di sekolahan, Anita jadinya tidak bekerja. Selama ini Toni memang lebih banyak diasuh oleh neneknya setelah beberapa pengasuh silih berganti terus karena tidak ada yang cocok.

Sudah dicoba dengan minta bantuan Sang Kakak yang umurnya berselisih  3 tahun untuk menemani, tapi Sang Adik malah terus memeluk kakaknya. Jika coba dilepas, malah Sang Adik meronta-ronta dan menendang kesana kemari.

Anita mencoba mengingat-ingat pengalaman pertama ketika kakaknya yang sulung bersekolah. Sepertinya nangisnya hanya setengah hari setelah itu semua berjalan lancar-lancar saja.  Mengapa Si Bungsu ini jadinya lebih lama? Kalau keadaannya tidak berubah dalam satu-dua hari ini atau lebih baik Toni jangan di sekolahkan dahulu, ya? Pikiran Anita mulai menimbang-nimbang.

Pattern atau Pola Perilaku

Dalam NLP ada sebuah istilah yang dikenal dengan nama Pattern. Ibunda saya mengartikan pattern sebagai pola pada kain yang kelak dijahit menjadi baju. Sedangkan pattern yang dimaksud oleh saya di sini malah tidak ada hubungannya dengan baju, tetapi berhubungan dengan pola perilaku manusia. Saya dan Anda pun memiliki pola perilaku yang disebut dengan pattern tersebut.

Secara sederhana Pattern dapat diibaratkan seperti sebuah kebiasaan yang terbentuk dari kegiatan atau aktifitas yang sama dan dilakukan secara terus menerus. Misalnya : Seseorang yang selama bertahun-tahun selalu bangun pagi maka walaupun kurang tidur sekalipun ia dapat saja terbangun di pagi hari.

Atau dapat juga berupa sebuah respon tertentu atas sebuah kejadian atau hal yang tertentu juga dan terjadinya secara berulang-ulang. Misalnya : seorang atasan yang terbiasa menggunakan amarah jika ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencananya, maka perilaku di kantor pun dapat akan terbawa sampai ke rumah. Begitu pula sebaliknya yang terjadi.

Kedua hal tersebut di atas akan membentuk pola perilaku dari seseorang yang pada akhirnya dapat saja menjadi nasib hidupnya kelak. Oleh sebab itu, kenali dan waspadalah dengan pola perilaku diri yang  tidak membawa manfaat agar pola perilaku tersebut dapat segera diubah agar tidak merugikan kita di kemudian hari.

Teknik Break Pattern

Ada sebuah teknik yang sering dipakai oleh para praktisi NLP dalam melakukan terapi ataupun sesi coaching. Teknik ini dinamakan Break Pattern.

Jika seorang anak yang mengetahui bahwa untuk mendapatkan perhatian atau belaian dari orangtuanya adalah dengan menangis, maka ia akan sangat ahli sekali menggunakan tangisannya untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Bahkan Sang Anak akan secara kreatif menggunakan tangisannya untuk menghindari situasi yang tidak disenanginya. Di tahapan ini anak telah belajar bagaimana memanipulasi orangtuanya. Kelak ia akan gunakan cara yang sama untuk memanipulasi orang lain suatu hari.

Anak-anak yang menangis di masa-masa awal sekolahnya sebetulnya merupakan hal yang biasa dan dapat dimaklumi karena masuk dalam lingkungan yang  baru dan asing. Yang menjadi masalah adalah jika perilaku masih tidak berubah juga setelah melewati suatu masa tertentu, maka  Anda perlu melakukan Break Pattern dalam kasus ini.

Caranya :

  1. Rubahlah perilaku Anda menjadi berlawanan dari kebiasaan Anda jika menanggapi anak yang menangis. Mis : Jika biasanya Anda mencoba membujuk terus dan mengelus-gelus kepalanya, maka sekarang biarkan guru di sekolah yang mengambil alih.
  2. Tetaplah persisten dengan perilaku Anda yang baru ini, karena kadang orangtua seringkali tidak tega melihat anaknya menangis terus dan lalu kembali lagi ke kebiasaan yang lama.
  3. Jika Anda cukup persisten dengan perilaku baru ini, maka anak pun akan belajar bahwa cara yang selama ini dia gunakan; tidak bekerja untuk hal ini.
  4. Sering-seringlah bertukar pikiran dan bertanya tentang bagaimana pihak sekolah menerapkan pola perilaku baru terhadap anak agar nilai-nilai yang ingin disampaikan tetap sama antara di rumah dan di sekolah.

Pertanyaan :

Bagaimanakah pola perilaku berkomunikasi antara Anda dan pasangan atau anggota-anggota keluarga yang ada di rumah? Apakah Anda juga menggunakan pola komunikasi yang sama dengan anak Anda?

Tulisan lainnya dari seri NLP for Parenting

Oleh : Adi Putera Widjaja. 

Tidak ada komentar:

Facebook