Rabu, 28 Januari 2009

Dimanakah Kebahagian Itu ?

Assalamu'alaikum


Gede Prama memulai talkshow dengan bercerita tentang
tokoh asal Timur Tengah, Nasruddin.
Suatu hari, Nasruddin mencari sesuatu di halaman
rumahnya yang penuh dengan pasir. Ternyata dia mencari jarum.
Tetangganya yang merasa kasihan, ikut membantunya mencari jarum
tersebut. Tetapi selama sejam mereka mencari, jarum itu tak ketemu juga.
Tetangganya bertanya, "Jarumnya jatuh dimana?"
"Jarumnya jatuh di dalam," jawab Nasruddin.
"Kalau jarum bisa jatuh di dalam, kenapa mencarinya di
luar?
" tanya tetangganya. Dengan ekspresi tanpa dosa,
Nasruddin menjawab,
"Karena di dalam gelap, di luar terang."
Begitulah, kata Gede Prama, perjalanan kita mencari
kebahagiaan dan keindahan.
Sering kali kita mencarinya di luar dan tidak mendapat
apa-apa.
Leads you nowhere," kata Gede Prama dengan logatnya yang
khas.
Karena itu, Gede Prama mengajak peserta ke sebuah titik,
Sedangkan daerah tergelap dalam mencari kebahagiaan dan
keindahan, sebenarnya adalah daerah-daerah di dalam diri. Justru letak
'sumur' kebahagiaan yang tak pernah kering, berada di dalam. Tak perlu
juga mencarinya jauh-jauh, karena 'sumur' itu berada di dalam semua
orang.
Sayangnya karena faktor peradaban, keserakahan dan
faktor lainnya, banyak orang mencari sumur itu di luar. Ada orang yang
mencari bentuk kebahagiaannya dalam kehalusan kulit, jabatan, baju
mahal, mobil bagus atau rumah indah. Tetapi kenyataannya, setiap
pencarian di luar tersebut akan berujung pada bukan apa-apa. Karena
semua itu, tidak akan berlangsung lama.
Kulit, misalnya, akan keriput karena termakan usia,
mobil mewah akan berganti dengan model terbaru,
jabatan juga akan hilang karena pensiun.
"Setiap perjalanan mencari kebahagiaan dan keindahan di
luar, akan selalu berujung pada bukan apa-apa, leads you nowhere.
Setiap kekecewaan hidup yang jauh dari keindahan dan
kebahagiaan, berangkat dari mencarinya di luar," tegas Gede Prama.
Untuk mencapai tingkatan kehidupan yang penuh keindahan
dan kebahagiaan, seseorang harus melalui 5(lima) buah 'pintu' yang
menuju ke tempat tersebut
Pintu pertama adalah stop comparing, start flowing.
"Stop membandingkan dengan yang lain. Seorang ayah atau ibu belajar
untuk tidak membandingkan anak dengan yang lain.
Karena setiap pembandingan akan membuat anak-anak
mencari kebahagiaan di luar," ujar Gede Prama.
Setiap penderitaan hidup manusia, setiap bentuk
ketidakindahan, menurut Gede Prama, dimulai dari membandingkan.
Gede Prama mencontohkan orang kaya berkulit hitam yang
tidak dapat menerima kenyataan bahwa dia berkulit hitam. Orang itu
sering kali membandingkan dirinya dengan orang kulit putih.
"Uangnya banyak, mampu mengongkosi hobinya untuk operasi
plastik.
Sehingga orang yang hidup dari satu perbandingan ke
perbandingan lain, maka hidupnya kurang lebih sama dengan seorang orang
kaya
Apa yang disebut flowing ini sesungguhnya sederhana
saja.
Kita akan menemukan yang terbaik dari diri kita, ketika
kita mulai belajar menerimanya. .
Sehingga kepercayaan diri juga dapat muncul.
Kepercayaan diri ini berkaitan dengan
keyakinan-keyakinan yang kita
bangun dari dalam. "Tidak ada kehidupan yang paling
indah dengan menjadi diri sendiri. Itulah keindahan yang
sebenar-benarnya!" kata Gede Prama.
Pintu kedua menuju keindahan dan kebahagiaan adalah
memberi.
Sebab utama kita berada di bumi ini, kata Gede Prama,
adalah untuk memberi.. "Kalau masih ragu dengan kegiatan memberi,
artinya kita harus memberi lebih banyak," ujar Gede Prama.
"Saya melihat ada 3 tangga emas kehidupan; I intend
good, I do good and I am good.
Saya berniat baik, saya melakukan hal yang baik,
kemudian saya menjadi orang baik. Yang baik-baik itu bisa kita lakukan,
bila kita konsentrasi pada hal memberi," lanjut Gede Prama lagi.
Memberi tidak harus selalu dalam bentuk materi.
Pemberian dapat berbentuk senyum, pelukan, perhatian. Dan setiap manusia
yang sudah rajin memberi, dia akan memasuki wilayah beauty and
happiness.
"Saya sering bertemu dengan orang-orang kaya. Ada yang
suka memberi, Ada yang pelit. Saya melihat orang yang tidak suka memberi
muka orang itu keringnya minta ampun. Orang yang mukanya kering ini
bertanya pada saya, apa rahasia kehidupan yang paling penting yang bisa
saya bagi ke saya.
Saya bilang sleep well, eat well," ungkap Gede Prama
sambil tersenyum.
Artinya memang, untuk ongkos untuk menjadi bahagia tidak
mahal.
Hanya saja orang sering kali memperumit hal yang sudah
rumit.
Kalau kita sederhanakan, sleep well, eat well akan jadi
mudah jika diikuti dengan kegiatan memberi.
Pintu ketiga untuk menuju keindahan dan kebahagiaan
adalah berawal dari semakin gelap hidup Anda,
Semakin terang cahaya Anda di dalam. Perhatikanlah
bintang di malam hari tampak bercahaya, jika langitnya gelap. Sedangkan,
lilin di sebuah ruangan akan bercahaya bagus, jika ruangannya gelap.
Artinya, semakin Anda berhadapan dengan masalah dan
cobaan dalam hidup, semakin bercahaya Anda dari dalam.
"Jika Anda punya suami yang keras dan marah-marah,
jangan lupa bersyukurlah.
Karena suami yang keras dan marah-marah, membuat sinar
dari dalam diri Anda bercahaya.
Anda punya istri cerewetnya minta ampun.
Bersyukurlah, karena orang cerewet adalah guru kehidupan
terbaik.
Paling tidak dari orang cerewet kita belajar tentang
kesabaran.
Jika Anda punya atasan diktatornya minta ampun.
Bersyukurlah, karena Anda dapat belajar tentang
kebijaksanaan," ujar Gede Prama membesarkan hati.
Orang yang pada akhirnya menemukan keindahan dan
kebahagiaan, menurut Gede Prama, biasanya telah lulus dari universitas
kesulitan.
Semakin banyak kesulitan hidup yang kita hadapi, semakin
diri kita bercahaya dari dalam. Mengutip perkataan Jamaluddin Rumi,
semuanya dikirim sebagai pembimbing kehidupan dari sebuah tempat yang
tidak terbayangkan.
"Tidak hanya orang cantik saja yang berguna, orang jelek
juga berguna.
Gunanya adalah karena orang jelek, orang cantik terlihat
jadi tambah cantik,"
kata Gede Prama disambut tawa peserta. "Jadi semuanya
ada gunanya, untuk menghidupkan cahaya-cahaya beauty and happiness,"
tegasnya.
Pintu keempat adalah surga bukanlah sebuah tempat,
melainkan adalah rangkaian sikap.
"Bila Anda melihat hidup penuh dengan kesusahan dan
godaan, maka neraka tidak ketemu setelah mati. Neraka sudah ketemu
sekarang," ujar Gede Prama.
Sedangkan Anda akan bertemu surga, jika hasil dari
rangkaian sikap Anda benar.
Sikap ini dimulai dari berhenti mengkhawatirkan segala
sesuatunya,
dan coba yakinkan diri bahwa everything will be
allright.
Setiap kali kita melalukan ritual peribadatan, tetapi
setiap kali pula kita merasa takut.
Padahal ketakutan adalah sebentuk ketidakyakinan
terhadap kebenaran.
"Kalau Anda melalukan ritual peribadatan tapi masih
takut, mending jangan melalukan ritual peribadatan, karena toh Anda
tidak yakin terhadap kebenaran,"
kata Gede Prama.
"Segala sesuatunya menjadi baik-baik saja jika Anda
mencintai yang kecil," sambung Gede Prama.
Pintu kelima menuju keindahan dan kebahagiaan yakni tahu
diri kita dan kita tahu kehidupan.
Manusia-manusia yang tidak tahu diri adalah manusia yang
tidak pernah ketemu keindahan
dan kebahagiaan dalam hidupnya.
"Sumur kehidupan yang tidak pernah kering berada di
dalam.
Sumur ini hanya kita temukan dan kita timba airnya kalau
kita bisa mengetahui
diri kita sendiri," kata Gede Prama

Tidak ada komentar:

Facebook