Rabu, 25 Juni 2008

Artikel : Apakah dia untukku?

trims.

Apakah Dia Untukku?

Beberapa hal sederhana untuk mempertimbangkan apakah
ia layak diperjuangkan

Memilih pasangan hidup memang harus hati-hati. Bibit
bobot bebet bukan hanya sekedar nasehat tidak penting
dari orang tua. Itu benar-benar sesuatu yang harus
dipertimbangkan. Tapi ada beberapa hal simple yang
bisa membantu kita dalam tahap pendekatan awal untuk
bisa mempertimbangkan apakah orang ini layak
diperjuangkan untuk menjadi kandidat pasangan kita
kedepan nanti.

1. Bagaimana reputasinya? Seringkali kita bermimpi
"untuk mengubah seorang yang liar menjadi orang yang
baik hati", namun mimpi itu tidak selalu menjadi
kenyataan. Karena itu jika reputasi orang yang kita
sukai itu sangat buruk di luar sana, kita sebaiknya
berhati-hati dan berpikir dua kali atau mungkin tiga
kali.

2.Kenali setiap percakapan dengannya. Dalam setiap
percakapan, yang penting untuk kita ketahui ialah
apakah ia seorang "pecinta diri sendiri" atau bukan.
Jika ia tipe yang selalu fokus pada dirinya ketimbang
pada kita, ini tanda kurang baik, terutama jika kita
ingin serius dengannya di kemudian hari.

3. Ketahui sejarah percintaannya. Apakah gebetan kita
ini terkenal sebagai si tukang gonta ganti pacar? Jika
mantan pacarnya ada 12 padahal umurnya baru 23 tahun,
kita benar-benar harus hati-hati, karena itu berarti
dia bermasalah dengan satu kata yang berjudul
'komitmen'. Bisa-bisa kita hanya akan menjadi "pacar
nomor 13" untuknya.

4. Apakah kita nyaman bersamanya? Ada orang yang kita
sukai tapi membuat kita sendiri tidak nyaman. Mungkin
karena bahasanya yang kasar, cara berpakaiannya yang
-jujur saja- membuat malu, atau tingkah lakunya yang
kadang tidak sopan. Jika ya, lebih baik pikir-pikir
dulu untuk menjadikan dia kekasih pujaan hati.

5. Bagaimana ia pada keluarganya. Bagaimana ia
memperlakukan keluarganya dan bagaimana ia berhubungan
dengan saudara-saudaranya adalah hal penting yang
disimak. Peringatan besar muncul jika orang yang anda
sukai suka memusuhi adiknya sendiri atau kasar pada
orang tuanya.

6. Sadari pengaruh kehadirannya pada kerohanian anda.
Ini poin yang paling penting. Sebelum kita dan si dia
memulai hubungan yang lebih serius, kita harus mulai
bisa menilai dari berbagai sisi, apakah kehadiran
orang istimewa kita itu memberi pengaruh baik bagi
kerohanian kita atau tidak. Apakah kehadirannya
membuat kita rajin berdoa atau malah jadi malas berdoa
sama sekali? Apakah bersamanya membuat kita jadi jatuh
dalam dosa atau tidak? Poin utamanya ialah, bersama
dengan dirinya harus membuat hidup rohani kita naik
dan bukan turun!! Jika bersama dengannya membuat
rohani kita menjadi lemah, tinggalkan saja angan untuk
bersamanya.

7. Bayangkan yang jauh kedepan. Maksudnya, kita harus
mulai punya bayangan sebuah pernikahan dengan dirinya.
Jika membayangkan untuk menjadi istri/suami nya saja
membuat kita merasa aneh, jangan lanjutkan. Bayangkan
juga apakah ia bisa menjadi ayah/ibu yang baik bagi
anak-anak kita nanti. Kalau sikap dan karakternya
sangat meragukan untuk itu, berarti ini sebuah lampu
merah untuk kita.

8. Orang lain harus dihargai. Pendapat orang tua,
pendapat sahabat, pendapat pimpinan, harus kita
dengarkan. Biasanya mereka yang sudah "buta oleh
cinta" tidak bisa melihat segala sesuatu dengan
objektif. Karena itu pendapat orang penting
dipertimbangkan. Jika semua orang terdekat berkata
tidak, tidak ada salahnya untuk mempertimbangkan
kembali keputusan anda.

Jika hampir semua dari 8 hal sederhana diatas mengarah
ke sesuatu yang negatif tentang orang yang kita sukai
tersebut, mengapa harus pusing lagi? Orang-orang
sekeliling kita boleh menyebarkan kebohongan bahwa
"kita harus punya pacar!!". Padahal tidak. Begitu
banyak perceraian yang terjadi karena kebohongan ini.
Mereka memaksakan diri berpacaran dengan orang yang
salah hanya karena ingin punya pacar dan akhirnya
menikahi orang salah itu. Dan penyesalan hanya datang
kemudian, "andai aku lebih berhati-hati waktu pacaran
dulu". Karena itu, tidak ada salahnya bagi kita untuk
MENUNGGU sampai orang yang terbaik untuk kita dari
Tuhan, tiba.

Tidak ada komentar:

Facebook