Selasa, 18 November 2008

(unknown)


 


Suatu malam seorang lelaki pemabuk hendak pulang; ia sudah sedemikian mabuknya. Untungnya ia berhasil juga sampai dan mengetuk pintu rumahnya. Akan tetapi ... ia tidak tahu kalau itu rumahnya. Ibunyalah yang membukakannya pintu. Iapun berkata sopan, "Maaf mengganggu malam-malam begini Bu... Ibu yang baik, bisakah Ibu memberitahu saya dimana rumah saya?"
 
"Lho, kamu kan anakku," sahut Ibunya, "aku ini Ibumu idiot! Ini rumahmu."
 
"Janganlah Ibu membohongi saya. Tolong jangan buat saya bingung. Saya yakin rumah saya di sekitar sini, tapi saya dimana ya....?", tukas si pemabuk.
 
Mendengar ribut-ribut antara ibu dan anak itu, para tetangga mereka merasa prihatin dan berkumpul ikut membantu si ibu meyakinkan putranya kalau si ibu memang ibunya dan itu adalah rumahnya. Akan tetapi, apa gunanya berdebat dengan pemabuk bukan? Yang berdebat dengan pemabuk, bukan saja sama mabuknya, tetapi lebih buruk dari si pemabuk itu sendiri bukan?
 
Mereka berusaha menegaskan, "Inilah rumahmu!" Merekapun menunjukkan bukti-bukti kepadanya: "Coba lihat ... ini Abdul," "Lihat itu ... Toni, anjing kesayanganmu, " dan seterusnya ... dan seterusnya. Mereka tak memahami kalau lelaki itu sedemikian mabuknya, dimana bukti-bukti apapun tak akan ada manfaatnya. Siapa yang tahu apa yang dilihatnya, yang boleh jadi sesuatu yang di luar apa yang bisa kita bayangkan bukan? Ia tak melihat apa yang kita lihat; ia ada di dunia lain. Ibunya saja tak dikenalinya; bagaimana ia akan mengenali rumahnya? Dirinya sendiri saja tak dikenalinya; bagaimana ia bisa mengenali yang lainnya?
 
Sialnya lagi ... Pemabuk lainnya lewat disana mengendarai pedati. Menyaksikan keributan itu, iapun berteriak: "Hayo naik! Aku akan mengantarkanmu pulang kawan."
 
"Kayaknya orang ini benar," pikir si pemabuk, "aku telah menemukan Guruku! Mereka ini semuanya idiot. Aku menanyakan dimana rumahku, eh ... mereka malah berulang-ulang kali mengatakan kalau inilah rumahku. Emangnya aku buta apa? Lelaki mengendarai pedati ini benar-benar seorang Guru sejati."
 
***
 

Ingat! Bila Anda menanyakan pertanyaan-pertanya an salah, Andapun akan jatuh ke dalam jaring guru-guru salah juga. Sekali Anda menanyakan pertanyaan salah, Anda akan bertemu dengan sesorang yang siap memberi jawaban salah juga. Ini hukum kehidupan.

Bertanyalah ... seseorang sudah menunggu untuk menjawabnya. Mereka sedang menunggu untuk memberi Anda jawaban.

 

------------ ---------

Diterjemahkan oleh Gung Wah dari cuplikan: "Enlightenment: The Only Revolution".




nda ( gi ingin berbagi cerita kebaikan )



__._,_.___

Tidak ada komentar:

Facebook