Selasa, 04 November 2008

Cinta Pasti Memilik


 
Jika Anda mencintai hingga terluka, tak akan ada yang terciderai.
Yang Anda temui adalah makin tulusnya cinta.”
– Bunda Teresa
 
 
Selama ini selalu dipersepsikan bahwa mencintai seseorang tak harus
memiliki. Justeru sebaliknya. Cinta pasti memiliki. Memiliki tidak
berarti bahwa Anda harus menikah dengan orang yang Anda cintai.
Memiliki dalam arti suatu pernikahan, itu hanyalah sekedar persoalan
administratif belaka. Dan bila cinta tidak sampai ke pernikahan, tak
berarti cinta itu hilang.
 
Kalau Anda mencintai seseorang, maka sudah tentu Anda berusaha untuk
memberikan yang terbaik bagi dirinya. Tak ada kata tapi. Tak ada
kata seharusnya begini dan begitu. Utuh tanpa syarat. Makna yang
lebih dalam, bukan hanya materi dan perasaan semata, Anda pun harus
memberikan kepadanya kebebasan. Memberikan kepadanya untuk memilih
pilihan-pilihan yang dikehendakinya. Memberikan kepadanya kesempatan
untuk berkembang sesuai kehendak hati nuraninya.
Atau dengan kata lain, memberikan semua yang terbaik bagi orang yang
dicintainya dan menerima segala kekurangannya. Bila memberi yang
kita miliki, jangan harap kembali, karena bisa jadi hilang untuk
selamanya.
 
Bunda Teresa pernah mengatakan, mencintai secara sejati
adalah mencintai hingga terluka. Sekali memberi diri, cinta harus
tuntas tanpa kembali. Karena setiap kali cinta diberikan, ada
onggokan hati yang ikut tergali dari pemberi cinta.
 
Mencintai seseorang memang harus sepenuh hati. Tetapi patut diingat,
hal itu tidak musti berlaku sebaliknya. Suatu anugerah bila cinta
yang kita berikan kepada orang lain, terjadi timbal balik dari orang
yang juga dicintai. Tetapi kenyataannya, tidaklah selalu demikian.
Tapi sekali lagi, bukan berarti bahwa cinta itu harus pergi.
 
Satu contoh cinta sejati yang tak perlu diperdebatkan lagi, adalah
cinta orangtua kepada anaknya. Orangtua manapun, pasti akan
memberikan yang terbaik bagi anaknya. Hal yang tak bisa ditawar-
tawar lagi. Dibalik rasa kekawatiran mereka terhadap sang anak, bagi
orangtua yang bijak, mereka tetap menyerahkan sepenuhnya kebebasan
hidup bagi anaknya. Memberikan kebebasan bagi sang anak untuk
memilih pekerjaan yang cocok, karir yang dijalankan, dan tentu saja
pasangan hidup yang diinginkan. Orangtua tentu tak akan mengekang
keinginan-keinginan tersebut. Mengapa? Karena rasa cintanya yang
besar kepada sang anak. Cinta yang memiliki. Bahkan ketika sang anak
telah berumah tangga.
 
Cinta, pada akhirnya, memang hanya sebuah kata, tetapi beribu makna.
Orang yang memberikan cintanya secara utuh adalah mereka yang paling
memahami makna tersebut.

__._,_.___

Tidak ada komentar:

Facebook