Kamis, 06 November 2008

(sharing) Am I OK ? --- Kekhawatiiran Orang Tua

Dear all,

sy mau sharing, tlg diberi komentar atw saran yach, pliiiiis.

Karena tidak asing dengan sisi gelap/kriminal/premanism dalam bisnis dan perekonomian, saat ini sy dilanda kecemasan hampir menjurus ke paranoid hanya karena 2 anak sy menjelang ABG ( ce :14th dan co :12 th ).
Hal ini tentu saja memicu perbedaan pendapat diantara kami. Anak2 sering protes krn saya mengawasi mereka extra ketat, padahal dulu ketika mereka msh Tk dan SD sy jarang mengantar apalagi menunggui mereka di sekolah.

Masih terbayang dalam ingatan saya bagaimana seorang escort girl ( 15 th ) bercerita dengan ringan bahwa gaya hidup dia menyenangkan, hidup konsumtif, (maaf ...) menikmati seks dapat uang, bila hamil tinggal telp someone, dan janin tsb lsg dikeluarkan, dan dia mdpt imbalan.
Kemudian sy bertambah shock tatkala seorang rekan bisnis dengan santai menyeruput kuah sop janin bayi manusia, satu meja dengan saya.
Belum lagi cerita para penggila seks yang mkonsumsi makan super duper menjijikan.

Ditambah lagi kasus phedofilia, dan anak laki2 sy pernah didekati oleh salah satu diantara mereka.
Permen narkoba beredar bebas, broker/agen film bokep sdh berekspansi di sekolah anak sy.

Saat ini saya sedang berpikir untuk pindah ke negara dimana saya bisa membesarkan anak dengan perasaan tenang. Negara dimana peraturannya jelas melindungi hak2 anak dan keluarga. gak spt disini, anak smp bisa beli minuman keras, bebas meroko, punya pistol, dsb.
Saya memang sdg konsultasi dgn psikolog, tp msh tetap cemas., krn hal2 tsb terekam scr langsung oleh mata saya, bukan melalui film atw berita di koran.  

Mungkin sy agak aneh, tp sy senang mengumpulkan teori tentang Quantum Leap dan berharap suatu saat akan terjadi, krn saya ingin pindah ke jaman yg lbh aman.

terima kasih.

salam,

 =================================================== 

Dear sahabat SP lainnya,
 
I will saying that you are normally as every mother having such kind of that feelings.
I was and am apparently still worrying about my only daughter future...
 
Kekhawatiran mengalami metamorphosa,
seiring dengan anak-anak yang terus tumbuh,
dengan segala tantangan problema yang menyertainya.
 
Kekhawatiran bisa di bahas dari berbagai sudut,
bisa juga dikemas dalam satu paket hemat
(psikologis, sosial dan religi)
 
I also was and am still working on it..
======================
Anak-anak sekarang, dengan segala fasilitas yang mereka dapatkan dari kita, hidup dengan ke-kini-an yang luar biasa maju.
Liat aja, betapa canggihnya mereka dengan benda2 hi-tech.  Mereka sangat inovatif dan kreatif.  Tapi di sisi lain, fight spirit mereka rendah banget...
Coba aja tes, ketemu hal-hal yang agak susah dikit, langsung mengkeret. 
Konon, katanya para psikolog, dkarenakan sejak mereka bisa menginginkan sesuatu,
mereka bisa dapatkan dengan gampang, siapa yang mengadakannya?
ya kita2 orang tuanya, kan...?
 
Kalo di urut gitu, kita orang tua, pasti memberikan justifikasi :"lha kita kan kerja, cari duit, buat anak-anak.  buat nyenengin mereka, buat mereka nyaman."  Dulu waktu Nanda-ku masih bayi dayang2 nya ada 3.  Satu nge-gendong, satu megangin mangkok makan dan gelas, satu lagi bawa mainannya... Wah, orang2 yang ngeliat pada geleng2 kepala.  Duh, seperti princess ya, kata mereka.  Jawaban saya pada waktu itu, "memang saya cari duit untuk dia, wong cuma punya anak semata wayang kok?!".
================
 
Seringkali kita mendengar kalimat begini : buah jatuh tidak jauh dari pohonnya or ada juga kalau ingin tahu bagaimana dirimu lihatlah anak-anakmu, mereka cermin yang sangat jujur.  Honestly, I am not buying that idea.  Gimana mo sama, wong :
 
-    Lahirnya aja di jaman berbeda. 
-    Dibesarkan dengan cara berbeda dengan ketika kita dibesarkan oleh orang tua kita. 
-    Lingkungannya beda, sekolahannya beda (dulu murid2 di SD saya, kalo ga bikin peer, harus berlutut d atas biji-biji cemara selama 2 jam, sampai babas bundas plus berdarah2 darah lututnya.  Coba sekarang anak kita di gituin, kalo ga kita babat abis gurunya, iya ga ?..:))), 
-    Temen-temennya beda.  Kenakalannya beda (konon berdasarkan studi anak-anak SD jaman sekarang tuh, tingkat kenakalannya sama dengan anak2 SMA waktu jaman saya).  Fasilitas untuk "nyeleweng" dari ajaran ortu pun lebih banyak lagi. 
-    Anak-anak hidup di luar rumah lebih lama daripada di dalam rumah.  Mosok sekolah dari pagi sampai sore, plus les, plus hobi, plus main jadi pulang malem deh... kasian ya. 
 
OK, itu introductionnya, next :
 
-    Life is about changing.  The world in all aspect, is going changing from time to time.  You are changing, your kids also changing tanpa bisa di stop.
-    Kata orang Jawa neh.. Ojo gumunan, Ojo kagetan and Ojo dumeh.  For this case kita ambil yang Ojo kagetan = jadi orang ga boleh kaget2 an/paniki.
-     Pertanyaannya kemudian, gimana ga kagetan or jadi panik kalo yang dilihat itu seperti yang Mba Diana lihat ? Saya aja langsung mules mbacanya...
 ==================
-    Most of people I've met, agree that agama adalah the most important thing in passing through life time.  Walaupun masih ada angka gagalnya, pendidikan agama mempunyai kontribusi dalam membangun pilar2 penting untuk memagari kehidupan mereka.
 
-    Porsi kita berikutnya yaitu : pendidikan etika (secara di sekolah zaman kini, jarang banget yang masukkin pelajaran etika hidup dalam daftar mata pelajaran).  Yang terakhir pelajaran sopan santun.  
 
-    Ke tiga hal itu (agama, etika dan sopan santun) tidak bisa cuma teori, kita orang tua juga harus melakukan praktek kerja nyata. Artinya : beragama dan menjalankan agama plus kelengkapan ibadahnya, segala perilaku dikaitkan dengan etika dan sopan santun.  Walaupun masih ada angka gagalnya (lagi), tapi sedikit banyak membantu menge-rem- perilaku2 negatif yang beredar di dunia ini. 
 
-    Membangun komunikasi positif yang intens dengan anak2.  Meyakinkan mereka bahwa their mom/dad are also the best friend for them.
 
-    Memberi pengetahuan tentang segala bentuk kejahatan yang sekarang sedang beredar, tanpa membuat mereka ketakutan dan paranoid.
 
Nah, setelah kita melakukan everything is the best for them (termasuk di dalamnya doa yang tidak putus sejak mereka lahir sampai akhir hayat kita), kalau masih juga terjadi hal-hal yang melenceng dan di luar dari rencana, maka, konon kata orang2 yang sudah "ga kagetan" lagi :
-    Yuk, kita kembalikan semuanya kepada Yang Maha Memiliki.  Bahwa anak-anak kita itu bukan "milik" kita.  Kita ini hanya manusia super duper beruntung yang telah dipercayai oleh NYA untuk dititipin anak-anak itu.  Nah kalo sudah ada penyadaran bahwa ga ada di dunia ini yang milik kita, maka ikhlas pun akan tiba.
-    Ketika kita sudah melakukan the best things for their children. Segala sesuatu sudah di lakukan dengan sepenuh jiwa raga dan menjalani seluruh kaidah hidup dengan benar, tapi masih aja ada yang bad story, maka suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, setuju atau tidak, harus ditanamkan di dalam pikiran ini bahwa disetiap telapak tangan manusia termasuk para presiden dan raja (ini kiasan lho, bukannya klenik..:)) telah tertulis "cerita" Tuhan.  Ada yang lebih punya kehendak daripada kita.  Jadi ya Kun Fayakuun.  Yang terjadi maka akan terjadi.
 
Sahabat SP,
Saya rasa sulit sekali mencari tempat yang aman tenteram tanpa adanya kejahatan di negara mana pun.  Dari Kutub Utara sampai Selatan.  Dari negara adidaya, negara berkembang, apalagi negara super miskin.  Dari negara Islam, Kristen, Katolik, Budha, Hindu, Komunis.  Tidak ada satu pun yang menjanjikan bahwa narkoba tidak beredar, bahwa psikopat tidak berkeliaran, bahwa anak2 itu serasa akan berada di rumah kaca.  Karena keadaan seperti itu bukan fitrahnya kehidupan duniawi.
 
Mereka hanya akan aman jika berada di rumah Tuhan.  Dan sekarang belum waktunya mereka ada di sana.  Jadi marilah kita berusaha sebesar-besarnya dan berdoa sebanyak-banyaknya, semoga Tuhan berikan kemudahanNYA dan minta DIA mencintai kita, melindungi kita, anak2 kita, rumah kita dari orang-orang yang menjahati, dari kecelakaan yang akan menimpa, dari musibah yang berat, dari ketentuan yang jelek. Amien.
 
Maafkan segala kekurangan,
Salam manis,
Baby Camelia
 
 
 
 
 
 

Tidak ada komentar:

Facebook