Sumbangan pemikiran dari alvi yang sangat komprehensif tentang isu ini.
Sangat inspiratif dan seharusnya bisa dijadikan rujukan oleh semua singleparent dalam mengambil sikap.
Hi semua,
Udah lama ga ikut nimbrung neh gara2 kerjaan lagi numpuk banget....Oh ya, sorry ya sebelumnya, saya jadinya ga bisa ikutan previous meeting di Citos..padal udah setengah jalan dan ketiban musibah di jalan (mobilku mogok yang akhirnya terpaksa di derek) jadinya ga bisa ikutan deh..tapi next time, i wish i can meet u all.....
Nah, tergelitik pengen memberikan komen atas subject postingan "Single parent, benarkah jalan ini yang harus ditempuh?"...Saya berpendapat bahwa benar atau tidaknya tergantung persepsi masing2 individu, juga tergantung kondisi individu tersebut..maksudnya mungkin seseorang yang hamil di luar nikah, (oh ya aku sengaja ga mengambil contoh perceraian karena KDRT ataupun selingkuh, karena biasanya persepsi/pendapat individu pelaku single parent dan pendapat orang lain/publik cenderung sama), memutuskan untuk menjadi single parent merasa pilihannya itu benar karena dia merasa hidupnya akan lebih baik dengan memilih menjadi single parent daripada menikah dengan pacar yang setelah dia pikir2 kemungkinan besar tidak dapat dia andalkan untuk menjadi suami atau seorang ayah misal karena dia pengangguran/terlibat narkoba/penjudi/anak kaya yang manja/etc, sedangkan orang2 disekelilingnya atau keluarga menganggap itu pilihan yang salah. Keluarga berpendapat sebaiknya menikah dengan dasar 'kalian harus mempertanggungjawabkan perbuatan kalian' atau yang paling kita sering dengar alasan 'jangan sampe anak itu lahir tanpa bapak' atau kalimat kasarnya 'jangan sampai anak itu terlahir menjadi anak haram'. Nah, tentunya masing2 pihak akan bertahan dengan pendapatnya sendiri dengan argumen mereka masing2. Dalam hal ini kita tidak dapat menilai mana yang benar dan mana yang salah. Jadi dikatakan benar atau tidaknya menjadi single parent, menurut saya, adalah berdasarkan masing2 pendapat pribadi, tidak bisa kita generalisasikan bahwa menjadi single parent itu adalah keputusan yang benar atau keputusan yang salah.
Tetapi, saya setuju dengan pendapat yang mengatakan bahwa kita tidak seharusnya mengagungkan.mempromosikan bahwa being a single parent is the right way. Dalam hal ini saya juga yakin bahwa kita membentuk milis ini bukan dalam rangka atau dengan tujuan untuk mengagungkan/mempromosilan bahwa being a single parent is the right way atau malah mengajak masyarakat untuk menjadi single parent atau malah menjadi ajang feminisme. Karena pada dasarnya, baik itu laki2 maupun wanita, siapa seh yang pengen bercerai ? Siapa seh yang pengen anak2nya mengalami perpisahan orangtuanya ? Siapa seh yang ga pengen punya pasangan ?..Jadi milis ini menurut saya sama sekali tidak menganjurkan perceraian, tetapi seperti sebelumnya telah disebut oleh Den Bagusee..ajang ini mungkin lebih bersifat me-rescue, dalam artian milis ini akan mensupport dan mendukung semua orang yang mengambil keputusan berani untuk menjadi single parent. Mengapa saya bilang suatu keputusan berani ? Karena saya kembalikan lagi, bahwa pada dasarnya tidak ada satu orangpun di dunia ini yang menginginkan menjadi single parent. Seseorang, termasuk kita2, memutuskan untuk menjadi single parent, tentunya setelah melaui pemikiran dan pertimbangan yang matang, dan tentunya setelah menyadari bahwa kehidupan setelah menjadi seorang single parent tidaklah mudah, malah bisa dibilang teramat berat, apalagi bila tidak ada dukungan dari orang2 terdekat. Nah, dengan milis ini diharapkan kita akan dapat membantu sesama single parent untuk mensupport mereka dan mensupport anak2 single parent.
Oh ya, saya juga ingin komen atas kata2 berikut "being a singleparent means that our child will live with only one of their parents". Secara fisik, saya setuju dengan kalimat diatas. Karena ketika peceraian terjadi, anak2 akan ikut/tinggal bersama ayah atau ibunya saja. Tetapi secara emotionally, spirit ataupun batiniah saya kurang setuju karena saya beranggapan walopun secara fisik, anak2 tinggal dengan ayah atau ibunya saja, diharapkan anak2 tersebut tidak akan kekurangan perhatian/kasih sayang/dukungan dari kedua orang tuanya. Walopun tidak lagi tinggal serumah yang berarti salah satu orang tua ,yang tidak lagi tinggal serumah, akan berkurang kuantitas interaksi dengan anak2nya tetapi di sisi lain harus dan tetap dapat meningkatkan kualitas interaksinya. Karena sebenarnya yang lebih dibutuhkan oleh anak2 adalah kualitas kasih sayang dan perhatian, bukan kuantitas. Banyak kita lihat pada keluarga yang utuh tetapi kedua orang tua sibuk, mungkin dapat bertemu setiap hari tetapi kualitas kasih sayang/perhatian ke anak2 sangatlah minimal.
Ada juga pasangan yang tidak memutuskan untuk jadi bercerai karena alasan anak2. Tetapi keputusan tersebut tidak diikuti oleh tindakan2 yang menuju ke arah perbaikan. Mereka malah saling cuek, saling tidak bertegur sapa ataupun malah kadang bertengkar di depan anak2. Mereka tidak jadi bercerai dengan alasan memperhatikan kebutuhan anak2 dimana anak2 membutuhkan orang tua yang komplit, tetapi mereka hanya mengerti itu saja. Mereka tidak mengerti bahwa tidak ada gunanya, malah mungkin semakin menyakitkan bagi anak2 melihat ke dua orang tua yang walopun hidup dalam satu atap tetapi saling cuek. Itu sama saja tidak ada kehangatan ataupun kasih sayang di dalam keluarga tersebut. Jadi, apabila kita memutuskan untuk tidak bercerai dengan alasan memperhatikan kebutuhan anak2 akan orang tua yang komplit. Tanggung jawabkanlah keputusan tersebut dengan benar2 melupakan kesalahan dari pasangan yang mungkin menjadi penyebab hampir terjadinya perceraian, rekonsiliasilah, saling memaafkan dan coba saling tumbuhkanlah rasa saling menghargai dengan dasar cinta.
Well, gitu aja seh komen saya. Maaf juga ya kalo ada salah2 kata .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar