Kamis, 31 Januari 2008
FW: [Komunitas Singleparent] ikutan nimbrung "Single parent, benarkah jalan ini yang harus ditempuh?"
Senin, 28 Januari 2008
Diskusi : Jalan yang singleparent tempuh
Rekan-rekan...
Mohon di koreksi yaa... Kl kata2 kutipanku salah.
Udah malem soalnya kemarin...
Rekan kita memberikan pendapat bahwa jalan yang kita tempuh sebagai
singleparent adalah salah. Kita tidak seharusnya malah
mempromosikan/mengagungkan bahwa being a single parent is the right way.
Kita seharusnya sadar, bahwa menjadi singleparent itu bukan jalan yang
benar, tapi ini adalah satu-satunya pilihan yang ada dan terbaik saat
ini untuk dijalani. Cmiiw..
Begitu saya menangkapnya. Pertanyaan selanjutnya adalah kenapa saya
melihatnya sebagai kebenaran ?? Sebelumnya saya tidak pernah terpikir
ttg hal ini, mengingat saya jg tidak mengalaminya. Tp mengapa ada
kebenaran didalamnya...??
Ini disebabkan karena, being a singleparent, means that our child will
live with only one of its parent. Dengan salah satu orangtuanya saja.
Padahal, fitrahnya adalah mereka lahir, dibesarkan dan dididik dengan
nilai-nilai yang diajarkan oleh kedua orangtuanya. Sebisa mungkin, untuk
mencapai kesempurnaan hidup, kita harus menjalani fitrah kita sebagai
manusia. Fitrah saya sebagai cowo, akan menjalani hidup sebagai ayah,
dan berikutnya sebagai kakek dari anak cucu kita. Begitu juga kalian
yang perempuan, sudah fitrahnya menjadi hidup sebagai ibu sepenuhnya,
luar dan dalam.
Bila kita mencoba menganggap, bahwa being a singleparent is the right
way, maka cepat atau lambat, kita akan merasa sudah perfect sebagai
orangtua. Disinilah awal masalahnya. Ketika kita mulai menutup mata akan
kebutuhan2 si anak, disitu pula lah, kita mulai mengingkari kebutuhan
akan ayah dan ibu bagi pendidikan anak-anak kita. Dengan memaksakan diri
dan menutup mata akan kebutuhan inilah, yang akan menjadi petaka bagi
sianak. Mereka akan mencoba mencari kebutuhan ini sendiri, tanpa bisa
untuk komplain ataupun meminta kepada orangtua tuanggal mereka, karena
orangtua mereka ini mengingkari kebutuhan2 tersebut. kalian semua pasti
tahu apa akibatnya, bila nilai-nilai kehidupan tidak didapatkan oleh
anak-anak kalian.
Lalu bagaimana ?
Dengan menyadari fitrah kita seutuhnya dan kondisi secara riil, kita
seharusnya menjadi arif dan bijaksana dalam menyikapi kebutuhan anak.
Memang, mencari pasangan hidup lagi bukan jaminan bahwa ini adalah
solusi yang lebih baik. Tapi menyadari apa kekurangan kita membuat kita
semakin waspada dan mencegah hal-hal buruk terjadi terhadap keluarga
kita. Cari tahu kebutuhan mereka dan minta bantuan kepada keluarga
terdekat untuk membantu kita, adalah salah satu jalan yang terbaik.
Feeling saya bilang, bahwa memasukkan orang terdekat kita kedalam
keluarga inti kita, juga saya tidak rekomendasikan, mengingat
bagaimanapun mereka orang luar yang berbeda latar belakang dan motivasi.
Tetap usahakan keluarga terdekat untuk membantu anda.
Jadi, memang menjadi singleparent adalah bukan sesuatu yang benar.
Tetapi saya yakin, ini adalah jalan terbaik yang ada dari jalan-jalan
lain yang tersisa dalam pilihan hidup kita. Tetap, yang terpenting,
usahakan melihatnya dari perspektif anak, bagaimanapun si anak
membutuhkan banyak hal untuk menjadi manusia seutuhnya, adalah tugas
kita sebagai orangtua untuk memastikan mereka mendapatkan kebutuhan
terbaiknya.
Selain itu, bila kita semakin banyak mengagungkan pilihan ini,
ditakutkan semakin banyak orangtua yang memilih bercerai dari masalah
yang mereka hadapi saat ini. Ini tentu akan menimbulkan goncangan bagi
si anak. Bayangkan bila semakin banyak anak yang tercerai berai dari
orangtua nya. Kita harus secara arif dalam meperkenalkan komunitas ini.
Bagaimana menurut para moms & paps disini ???
Maaf bila ada salah kata.
Mohon feedback dan masukannya..
FW: Pertemuan Kedua Komunitas Singleparent - 1
Coba aja, bayangin, 6,5 jam pertemuan, alias pertemuan yang direncanakan
mulai jam 6 sore, selesainya, pas warung kopinya tutup :) kebayang khan
serunya. Jam 1 kurang, kami baru keluar dari cafe regal di citos,
jakarta selatan. Ck..ck..ck.. jam 1 pagi, gak kurang kerjaan apa ??? :)
Ini disebabkan saking semangatnya sharing dari tiap orang yang hadir.
Padahal yang hadir cuma berenam, tp wow.. langsung dekat, en lgs sharing
cerita2 yang biasanya dikubur dalam-dalam. Sampai-sampai, orang cafenya
gak berani ngusir kita, cm bs ngusir secara halus dengan mulai
merapihkan bangku dan ngepel malam-malam. Kebayang khan.. Keluar dari
cafenya dimana, berbarengan dengan suara rolling door dari cafe-cafe dan
tempat nongkrong di tutup di kiri kanan kita. Ples citos yg sudah gelap
gulita.
saya sendiri meminta maaf atas dua hal. Pertama, karena saya telat
datang, karena kehadiran tamu kantor secara tiba-tiba. Dan kedua, karena
membiarkan jalannya acara menjadi diluar batas. sekali lagi mohon maaf.
Bagaimanapun, being a singleparent, juga berarti secara tidak langsung
menjadi sorotan di mata masyarakat. Tapi, ini saya kembalikan lagi ke
semua teman teman di komunitas ini, apakah tidak apa-apa, ataupun memang
seharusnya kita harus lebih berdisiplin diri dalam hal jam malam.
Mudah2an lain kali kita bisa lebih ontime, dan pulang dalam waktu yang
normal. Bagaimanapun, kita harus menjadi panutan dari anak-anak kita dan
memberi contoh yang baik.
Di sisi lain, ini menandakan, adanya kebutuhan untuk saling sharing dan
berbagi suka duka dengan sesama singleparent. Jadi begitu ada kesempatan
seperti ini, digunakan semaksimal mungkin. Hal ini juga yang membuat
kami, memutuskan untuk tidak meng-cut maupun memotong sharing dari tiap
rekan yang hadir. karena kami sangat mengetahui, bahwa singleparent
memang butuh untuk di dengarkan. tidak lebih dan tidak kurang. Tapi
tetap saja, 6,5 jam memang benar2 menandakan besarnya afeksi, passion,
dan semangat untuk saling berbagi di komunitas kita yang sedang kita
bangun bersama. Terimakasih buat kalian semua yang hadir. I appreciate a
lot.
lalu bagaimana dengan yang tidak hadir. Memang ada beberapa yang cancel
mendadak, ada jg yang mendapat kesulitan di jalan (semoga tabah), dan
beberapa yg bilang mo dateng tapi tidak ada kabarnya. It's ok. gpp. Saya
personnally percaya, mungkin memang ada satu hal atau lain hal yang
membuat kalian belum bisa datang. untuk yang belum datang, akan kami
berikan bingkisan berupa fotonya saja... :) Dan ditunggu kehadirannya di
acara2 kita selanjutnya...
Salam,
Cahyo
Pertemuan kedua singleparent - 2
Mba endang, jelaslah, passionnya yang paling besar di antara kita.
semangatnya membuat beliau datang pertama kali ke tempat ini.
Disusul dgn mbak titi, febi dan nina dan terakhir adalah evi. Dimulai
dengan bincang bincang ringan, acara baru dimulai jam 8 malam. Inipun
berubah menjadi acara konseling dan sharing bersama antar singleparent.
Apa mau dikata, begitu di kasih kesempatan untuk di dengarkan...
langsung semua keluar tanpa bs dibendung lagi. Hasilnya.. satu2nya pria
disana, menjadi korban bulan2an kaum wanita... :D
Aslinya, kita ingin sekedar perkenalan dan mencari tahu kebutuhan para
singleparent dan apa yang bisa disumbangkan kedalam kegiatan kegiatan
nantinya. Dari supply & demand inilah, kita bisa memetakan program kerja
apa yang bisa dilakukan. Mulai dari saat ini, mulai dari yang kecil
tanpa biaya, dan mulai dari kita sendiri. Tidak ada lagi penundaan untuk
berbuat bagi sesama singleparent, apapun alasannya.
Kembali ttg pertemuannya..
Kebutuhan singleparent, sama seperti kebutuhan keluarga lainnya, tentu
sangat beragam. Apalagi dengan status singleparent, dengan aneka ragam
masalah dan kondisi awal yang menyebabkan mereka menjadi singleparent.
Ini membuat semua hal menjadi lebih kompleks dan membutuhkan banyak
hal. Mulai dari kebutuhan mengenai teman sharing, teman bercerita,
kebutuhan akan ayah bagi anak-anaknya, kebutuhan finansial yang makin
berat. Belum lagi kompleksitas masalah singleparent, yang membuat
surat-surat dan legalitas anak mengganjal di banyak urusan. Ini tentunya
diluar dari konteks anggapan masyarakat ttg singleparent, karena sejauh
ini yang saya lihat, para singleparent yang bergabung di komunitas yang
saya hadiri ini, semakin kuat dan berani untuk hidup apa adanya
diantara masyarakat kita.
Bagaimana dengan apa yang bisa kita bantu untuk mengembangkan komunitas
ini ??
dalam hal ini, kami tidak terpikir tentang dana atau meminta sumbangan
atau yang lainnya. Ini tentunya ada nantinya, ketika kebutuhan
organisasi sudah semakin nyata. Tapi untuk saat ini, yang dibutuhkan
adalah komitmen, waktu, tenaga dan pikiran dari semua yang hadir. Ini
pun berlaku untuk semua orang di komunitas kita ini, siapapun mempunyai
kesempatan untuk membantu meringankan beban yang lain dengan kemampuan
yang dimilikinya.
Dari kebutuhan dan kemampuan ini, berusaha dicari titik temunya. dilihat
dari beberapa option program kerja yang ada, yang bisa dilakukan adalah
membuat layanan konseling, baik offline, maupun online. Jadi kalian
yang mempunyai problem tertentu atau ingin sharing, bisa melihat jadwal
yang nanti akan kita rilis, buat janji ketemu atau lgs tlp/ym dgn salah
satu konselor kita. Tujuannya, agar para singleparent mendapat teman
cerita yang sesuai dengan permasalahannya, sesuai dengan waktu, dan
formatnya sesuai dengan keinginannya, yaitu ingin ketemu muka atau cm
mendengar suara teman sesama singleparent. Tunggu saja tanggal mainnya.
Tp siapa saja counsellor nya ?? Bagaimanapun, kita adalah komunitas yang
dibangun berlandaskan kepercayaan, jadi hanya mereka yang sudah saling
kenal selama dua kali pertemuan ini yang kami jadikan rujukan untuk
saling berbagi dan kami percaya untuk berbagi masalah anda.
Mengingat sudah sangat malam ketika kesimpulannya mau di ambil, jadi
sudah gak konsen lg. Jadi mungkin yang lain bs menambahkan
kesimpulannya...
Sorry kl ada salah kata, mohon diperbaiki dan ditambahkan..
salam,
cahyo
FW: [Komunitas Singleparent] Apa sih arti tanggal lahir kamu ?
FW: [Komunitas Singleparent] Kekuatan....
> Orang yang tidak sayang dengan hartanya adalah orang yang kuat Karena
> ia tidak pernah pelit, kikir dan dengki Dan tidak mudah digoda urusan
> Duniawi (harta)
>
> Ada kekuatan di dalam kesabaran,
> Orang yang sabar adalah orang yang kuat Karena ia sanggup menanggung
> segala sesuatu Dan ia mersa iklas...dan senang
>
> Ada kekuatan di dalam cinta,
> Orang yang sanggup memberikan cinta adalah orang yang kuat Karena ia
> bisa mengalahkan keinginannya memangkas EGO dalam dirinya
>
> Ada kekuatan dalam Senyum,
> Orang tersenyum adalah orang yang kuat
> Karena senyum tidak dapat di buat-buat dan muaranya adalah ibadah
>
> Ada kekuatan di dalam kedamaian diri
> Orang yang dirinya penuh damai bahagia adalah orang yang kuat Karena
> ia tidak pernah tergoyahkan Dan tidak mudah diombang-ambingkan.
>
> Ada kekuatan di dalam kemurahan,
> Orang yang murah hati adalah orang yang kuat Karena ia tidak pernah
> menahan mulut dan tangannya Untuk melakukan yang baik bagi sesamanya.
>
> Ada kekuatan di dalam kebaikan,
> Orang yang baik adalah orang yang kuat Karena ia bisa selalu mampu
> melakukan yang baik bagi semua orang.
>
> Ada kekuatan di dalam kesetiaan,
> Orang yang setia adalah orang yang kuat Karena ia bisa mengalahkan
> nafsu dan keinginan pribadi Dengan kesetiaannya kepada Allah dan
> sesama.
>
> Ada kekuatan di dalam kelemah lembutan, Orang yang lemah lembut adalah
> orang yang kuat Karena ia bisa menahan diri untuk tidak membalas
> dendam.
>
> Ada kekuatan di dalam penguasaan diri, Orang yang bisa menguasai diri
> adalah orang yang kuat Karena ia bisa mengendalikan segala nafsu
> keduniawian.
>
>
> Sadarkah teman bahwa engkau juga memiliki cukup Kekuatan untuk
> mengatasi segala permasalahan dalam hidup ini? Dimanapun, seberat dan
> serumit apapun juga.
>
>
> Allah SWT tidak akan memikulkan beban kepada kita,Melainkan sesuai
> dengan kesanggupan kita.
>
Sabtu, 26 Januari 2008
FW: [Komunitas Singleparent] SUSPECT: Awas, Si Kecil Kebablasan
Senin, 21 Januari 2008
Gaya Hidup Awas, Si Kecil Kebablasan! Dr Boyke Dian Nugraha
geleng-geleng kepala mendengar penuturan pasiennya. Sebut saja Indah, 36
tahun, asal Sukabumi yang menangis histeris menceritakan kelakuan
putrinya, Nita, 11 tahun.
Bersama dua teman sekelasnya di sekolah menengah pertama, Nita
melakukan aib memalukan keluarga dan sekolah. "Semua salah kami,
memberikan kebebasan kepadanya menonton tayangan apa pun tanpa diawasi,
termasuk di Internet,"
papar Indah sesenggukan. Tangisnya pecah begitu mendengar pengakuan
putri kesayangannya meniru adegan bercinta di film Sex in the City
bersama kakak kelasnya. Menurut Boyke, kasus Nita belum seberapa. Ada
pasien lain yang mengeluhkan putrinya yang baru berusia 7 tahun saat
ngobrol dengan teman sebayanya cekatan menyebut foreplay, petting,
making love, dan sejenisnya.
Pemilik Klinik Pasutri di bilangan Tebet ini pun menyebut kisah lain:
seorang remaja putri berusia 12 tahun yang diledek temannya karena
belum pernah pacaran dan berciuman. Karena penasaran, remaja itu mencari
tahu di Internet. Tertarik mempraktekkan, ia meminta dan membayar sopir
rumahnya.
"Tidak hanya ciuman, si sopir bejat itu justru mengajak tahap yang
lebih hot, yaitu bercinta. Akibatnya, si kecil ketagihan, kebablasan,
hingga hamil dan bikin gempar semua (anggota keluarga)," ujar pakar
seks tersebut masygul.
Sederet cerita tersebut bukan ilusi, tapi peristiwa yang kian dekat dan
sering terjadi. Kini para belia itu sangat piawai dan tahu akan seks
melebihi orang tuanya. "Ini bukan pendidikan seks, melainkan
pengetahuan soal seks yang kebablasan dan berakibat fatal," kata dokter
berkulit putih ini dengan nada gemas.
Tiga tahun lalu ia hanya melayani pasien dewasa seputar keluhan masalah
mereka. Tapi sekarang, pasutri yang datang "curhat" soal sederet cerita
aneh soal seks buah hatinya. Boyke mengakui kemampuan anak masa kini,
yang disebut di era generasi platinum, begitu cepat dan mudah menyerap
pengetahuan dan teknologi. Alhasil, jangan heran jika para bocah bau
kencur itu sudah pandai berselancar ke situs-situs dewasa. "Yang paling
penting, memberikan pendidikan seks buat anak harus perlu
pendampingan,"Boyke berpesan.
Senada dengan Boyke, Elly Risma, Ketua Yayasan Kita dan Buah Hati yang
aktif memberikan pendidikan kesehatan reproduksi untuk anak-anak
sekolah, menyebut pentingnya pendampingan dari orang tua, guru, dan
lingkungan. "Mereka harus mengikuti perkembangan atau melakukan update
seputar informasi terbaru seksologi supaya ilmunya tidak ketinggalan,"
ujarnya.
Alzena Masykouri, pengajar luar biasa di Fakultas Psikologi
Universitas Paramadina, Jakarta, mengatakan keluarga merupakan pagar
pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak di dalam dan di
luar rumah. Pesatnya pengetahuan seks mereka, terutama dampak kemajuan
teknologi yang dekat dengan dunia generasi platinum, perlu diwaspadai.
"Orang tua jangan "gaptek". Perlu mengimbangi (anak). Sebaiknya
mendampingi (mereka) dan menyaring informasi agar anak tak salah
langkah," ujarnya.
Alzena mengingatkan, dari sisi kejiwaan, si anak harus pandai menyerap
dan memilah informasi mana yang benar dan tidak tepat buatnya. Untuk
moral, jangan sampai anak terlalu larut berpikir bebas mengadopsi
informasi dunia Barat. HADRIANI P
Tip Aman
Dr Boyke Nugraha memberi tip agar buah hati aman memahami mengenai
seks.
Lengkapi diri Anda dengan pengetahuan terbaru.
Jangan lupa pelajari masalah anatomi, fisiologi, biologi, moral, dan
etika. Jangan salahkan kemajuan teknologi. Tanamkan nilai-nilai moral
dan
dampingi saat mereka mengakses internet.
Berilah batasan-batasan soal pemanfaatan teknologi, misalnya mengakses
Internet hanya buat mengerjakan tugas sekolah. Tempatkan komputer di
ruang keluarga dan bukan di ruang pribadi. Hati-hati memberikan telepon
genggam. Seringlah berdiskusi dan manfaatkan momen itu untuk memberi
pendidikan seks sesuai dengan usia, kemampuan, dan cara berpikirnya.
Tanamkan rasa tanggung jawab pada si kecil. Beri pengertian bahwa tiap
perbuatan, termasuk soal seks, selalu ada risiko dan tanggung jawab
yang harus dipikulnya.
HADRIANI P
Jumat, 25 Januari 2008
FW: [Komunitas Singleparent] Ingin dicintai oleh pasangan ? Ini tips nya...
bahagia. Tidak gampang untuk memperoleh kebahagiaan jenis ini. Apalagi
bagi mereka
yang bersifat egois. Semua kebahagiaannya diukur dari kebahagiaan diri
sendiri. Orang yang demikian adalah tipikal 'pemburu kebahagiaan' , yang
justru tidak pernah menemukan kebahagiaan. ..
Berumah tangga adalah sebuah cara untuk memperoleh kebahagiaan, dengan
cara
membahagiakan pasangan kita. Bisakah itu
terjadi? Bisa, ketika berumah tangga dengan berbekal cinta. Bukan
sekadar
berburu cinta. Lho, memang apa bedanya?
Berbekal cinta, berarti kita mencintai pasangan kita. Ingin memberikan
sesuatu kepada pasangan agar ia merasa bahagia. Sedangkan berburu cinta,
berarti kita menginginkan untuk dicintai. Menginginkan sesuatu dari
pasangan kita, sehingga kita merasa bahagia.
Menurut anda, manakah yang lebih baik? Mengejar cinta atau memberikan
cinta? Mengejar kebahagiaan ataukah memberikan kebahagiaan? Mengejar
kepuasan ataukah justru memberikan kepuasan? Mana yang bakal
membahagiakan,
yang pertama ataukah yang ke dua? Ternyata, yang ke dua. Mengejar cinta
hanya akan mendorong kita untuk berburu sesuatu yang semu belaka. Yang
akan
tidak pernah kita raih. Karena, keinginan adalah sesuatu yang tidak
pernah
ada habisnya. Apalagi keserakahan.
Hari ini kita merasa memperoleh cinta dari pasangan, maka berikutnya
kita mungkin akan merasa tidak puas karena ingin memperoleh cinta yang
lebih dari pasangan.
Ini hampir tak ada bedanya dengan ingin mengejar kesenangan dengan cara
memiliki mobil
atau rumah. Ketika kita masih miskin, kita mengira akan senang memiliki
mobil berharga puluhan juta rupiah. Kita berusaha mengejarnya. Lantas
memperolehnya. Dan kita memang senang. Tapi, tak berapa lama kemudian,
kita
menginginkan untuk memiliki mobil yang berharga ratusan juta rupiah.
Mobil
yang telah kita miliki itu tidak lagi menyenangkan, atau apalagi
membahagiakan.
Benak kita terus menerus terisi oleh bayangan betapa senangnya memiliki
mobil berharga ratusan juta rupiah. Jika kemudian kita bisa memenuhi
keinginan itu, kita pun merasa senang. Tetapi, ternyata itu tidak lama.
Benak kita bakal segera terisi oleh bayangan-bayangan, betapa senangnya
memiliki mobil yang berharga miliaran rupiah. Begitulah seterusnya.
Kesenangan dan kebahagiaan itu bukan kita peroleh dengan cara
mengejarnya,
melainkan dengan cara merasakan dan mensyukuri apa yang sudah kita
miliki.
Kita tak perlu mengejar kebahagiaan, karena kita sudah menggenggamnya.
Yang
perlu kita lakukan sebenarnya adalah memberikan perhatian kepada apa
yang
sudah kita miliki. Bukan melihat dan mengejar sesuatu yang belum kita
punyai. Semakin kita memberikan perhatian kepada apa yang telah kita
miliki, maka semakin terasa nikmatnya memiliki. Jadi, kuncinya bukan
mengejar, melainkan memberi.
Demikian pula dalam berumah tangga. Jika kita ingin memperoleh
kebahagiaan,
caranya bukan dengan mengejar kebahagiaan itu. Melainkan dengan
memberikan
kebahagiaan kepada pasangan kita. Bukan mengejar cinta, melainkan
memberikan cinta. Bukan mengejar kepuasan, melainkan memberikan
kepuasan.
Maka kita bakal memperoleh kebahagiaan itu dari dua arah. Yang pertama,
kita akan memperolehnya dari pasangan dan karena merasa dibahagiakan, ia
akan membalas memberikan kebahagiaan.
Yang ke dua, kebahagiaan itu bakal muncul dari dalam diri kita sendiri.
Ketika kita berhasil memberikan kepuasan kepada pasangan kita, maka kita
bakal merasa puas. Ketika berhasil memberikan kesenangan kepada partner
kita, maka kita pun merasa senang. Dan ketika kita berhasil memberikan
kebahagiaan kepada istri atau suami kita, maka kita pun merasa bahagia.
Ini, nikmatnya bukan main. Jumlah dan kualitasnya terserah kita. Ingin
lebih bahagia, maka lebih bahagiakanlah pasangan. Ingin lebih senang,
maka
senangkanlah pasangan kita lebih banyak lagi. Dan, kita ingin lebih
puas?
Maka puaskanlah pasangan dengan kepuasan yang lebih banyak. Terserah
kamu meminta kesenangan, kepuasan, atau
pun kebahagiaan sebesar apa. Karena kuncinya ada di tangan kamu sendiri.
Semakin banyak memberi semakin nikmat rasanya.
Kamu yang terbiasa egois dan mengukur kebahagiaan dari kesenangan
pribadi,
akan perlu waktu untuk menyelami dan merenungkan kalimat-kalimat di
atas.
Contoh yang lebih konkret adalah perkawinan dengan cinta yang bertepuk
sebelah tangan. Perkawinan semacam ini sungguh membuat menderita pihak
yang
tidak mencintai. Padahal ia dicintai. Segala kebutuhannya dipenuhi oleh
pasangannya. Katakanlah ia pihak wanita. Segala kebutuhan sang wanita
selalu dipenuhi oleh suaminya. Rumah ada. Mobil tersedia. Pakaian,
perhiasan, dan segala kebutuhan semuanya tercukupi. Tetapi ia tidak
pernah
merasa bahagia. Kenapa? Karena tidak ada cinta di hatinya.
Sebaliknya, sang suami merasa bahagia, karena ia mencintai istrinya. Ia
merasa senang dan puas ketika bisa membelikan rumah. Ia juga merasa
senang
dan puas ketika bisa membelikan mobil. Dan ia senang serta puas ketika
bisa
memenuhi segala kebutuhan istri yang dicintainya itu. Semakin cinta ia,
dan
semakin banyak ia memberikan kepada istrinya, maka semakin bahagialah
sang
suami. Kalau ia benar-benar cinta kepada istrinya, maka ukuran
kebahagiaannya berada pada kebahagiaan si istri. Jika istrinya bahagia,
ia
pun merasa bahagia. Jika istrinya menderita, maka ia pun merasa
menderita.
Akan berbeda halnya, jika si suami tidak mencintai istri. Ia sekadar
menuntut istrinya agar mencintainya. Memberikan kesenangan, kepuasan dan
kebahagiaan kepadanya. Ketika semua itu tidak sesuai dengan
keinginannya,
maka ia bakal selalu merasa tidak bahagia. Tidak terpuaskan. Sebaliknya,
jika istri tersebut kemudian bisa mencintai suaminya - karena kebaikan
yang
diberikan terus menerus kepadanya - maka si istri itu justru bakal bisa
memperoleh kebahagiaan karenanya.
Pelayanan yang tadinya dilakukan dengan terpaksa terhadap suaminya, kini
berganti dengan rasa ikhlas dan cinta. Tiba-tiba saja dia merasakan
kenikmatan dan kebahagiaan yang tiada terkira. Kalau dulu ia memasakkan
suami dengan rasa enggan dan terpaksa, misalnya, kini ia melakukan
dengan
senang hati dan berbunga-bunga. Kalau dulu ia merasa tersiksa ketika
melayani suami di tempat tidur, kini ia merasakan cinta yang membara.
Ya, tiba-tiba saja semuanya jadi terasa berbeda. Penuh nikmat dan
bahagia.
Padahal seluruh aktivitas yang dia lakukan sama saja. Apakah yang
membedakannya? Rasa cinta,semakin banyak ia
memberi, semakin banyak pula rasa bahagia yang diperolehnya. Hal ini
memberikan gambaran kepada kita bahwa yang bahagia itu sebenarnya
bukanlah
orang yang dicintai, melainkan orang yang mencintai. Orang yang sedang
jatuh cinta...
Karena itu keliru kalau kita ingin dicintai. Yang harus kita lakukan
adalah
mencintai pasangan. Semakin besar cinta kita kepadanya, semakin bahagia
pula kita karenanya. Dan yang ke dua, semakin banyak kita memberi untuk
kebahagiaan dia, maka semakin bahagialah kita...
Begitulah mestinya rumah tangga kita. Bukan saling menuntut untuk
dibahagiakan, melainkan saling memberi untuk membahagiakan. Karena di
situlah kunci kebahagiaan yang sebenar-benarnya memberikan kebahagiaan.
..
FW: [Komunitas Singleparent] 10 cara ampuh mengusir rasa jenuh ma pasangan kamu
Kamis, 24 Januari 2008
FW: [Komunitas Singleparent] Ulat Kecil yang Berani - "Yong gan de xiao chong"
Dikisahkan, ada seekor ulat kecil sejak lahir menetap di daerah yang
tidak cukup air sehingga sepanjang hidupnya dia selalu kekurangan
makanan. Di dalam hati kecilnya ada keinginan untuk pindah dari rumah
lamanya demi mencari kehidupan dan lingkungan yang baru. Tetapi, dari
hari ke hari dia tidak juga memiliki keberanian untuk melaksanakan
niatnya. Hingga suatu hari, karena kondisi alam yang semakin tidak
bersahabat, si ulat terpaksa membulatkan tekad memberanikan diri keluar
dari rumahnya, mulai merayap ke depan tanpa berpaling lagi ke belakang.
Setelah berjalan agak jauh, dia mulai merasa bimbang. Katanya dalam
hati, "Jika aku sekarang berbalik kembali ke rumah lama rasanya masih
keburu, mumpung aku belum berjalan terlalu jauh. Karena kalau aku
berjalan lebih jauh lagi, jangan-jangan jalan pulang pun takkan
kutemukan lagi. Mungkin akhirnya aku tersesat dan... entah bagaimana
nasibku nanti!"
Ketika Si Ulat sedang maju mundur penuh kebimbangan dan pertimbangan,
tiba-tiba ada sebuah suara menyapa di dekatnya, "Halo ulat kecil! Apa
kabar? Aku adalah Kepik. Senang sekali melihatmu keluar dari rumah
lamamu. Aku tahu, engkau tentu bosan kekurangan makan karena musim dan
cuara yang tidak baik terus menerus. Kepergianmu tentu untuk mencari
kehidupan yang lebih baik, kan?"
Si Ulat pun bertanya kepada Si Kepik yang sok tahu, "Benar Kepik. Aku
memutuskan pergi dari sarangku untuk kehidupan yang lebih baik. Apakah
engkau tahu, apa yang ada di depan sana?" "Oh...Aku tahu, jalan ke depan
yang akan kau lalui, walaupun tidak terlalu jauh tetapi terjal dan
berliku. Dan lebih jauh di sana ada sebuah gua yang gelap yang harus kau
lalui. Tetapi, setelah kamu mampu melewati kegelapan, aku beritahu, di
pintu gua sebelah sana terbentang sebuah tempat yang terang, indah, dan
sangat subur. Kamu pasti menyukainya. Di sana kau pasti bisa hidup
dengan baik seperti yang kamu inginkan," Si Kepik dengan bersemangat
memberi dorongan kepada Si Ulat yang tampak ragu dan ketakutan.
"Kepik, apakah tidak ada jalan pintas untuk sampai ke sana?" Tanya Ulat.
"Tidak sobat. Jika kamu ingin hidup lebih baik dari hari ini, kamu harus
melewati semua tantangan itu. Nasehatku, tetaplah berjalan langkah demi
langkah, fokuskan pada tujuanmu dan tetaplah berjalan. Niscaya kamu akan
tiba di sana dengan selamat. Selamat jalan dan selamat berjuang sobat!"
sambil berteriak penuh semangat, Si Kepik pun meninggalkan ulat.
Pembaca yang budiman,
Memang benar... kemenangan, kesuksesan, adalah milik mereka yang secara
sadar, tahu apa yang menjadi keinginannya, sekaligus siap menghadapi
rintangan apa pun yang menghadang, serta mau memperjuangkannya
habis-habisan melalui cara-cara yang benar sampai mencapai tujuan akhir,
yaitu kesuksesan.
Pengertian sukses secara sederhana demikian ini telah di praktikkan oleh
manusia sukses berabad-abad lampau sampai saat ini sesuai dengan
bidangnya masing-masing.
Maka ...untuk meraih kesuksesan yang maksimal, kita tidak memerlukan
teori-teori kosong yang rumit. Cukup tahu akan nilai yang akan dicapai
dan take action! Ambil tindakan!
Have a positive day!
Keywords for Indosingleparent community
orang tua, orangtua, tunggal, orang tua tunggal, orangtua tunggal,
Indonesia, supporting, support, agen, agent, care, milist, subscribe,
email address, accepted, warmest , community, singleparent, peduli,
komunitas, Single Parents, Community, indosingleparent, Sharing, Blog,
knowledge, resource, material, contributor, information, ilmu,
pengetahuan, feedback, gabung, Komunitas Singleparent, Internet, Orang
Tua Tunggal, Milis, Single Parents, Group ,
FW: [Komunitas Singleparent] Delapan Kebohongan Seorang Ibu Dalam Hidupnya
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita percaya bahwa kebohongan akan membuat manusia terpuruk dalam penderitaan yang mendalam, tetapi kisah ini justru sebaliknya. Dengan adanya kebohongan ini, makna sesungguhnya dari kebohongan ini justru dapat membuka mata kita dan terbebas dari penderitaan, ibarat sebuah energi yang mampu mendorong mekarnya sekuntum bunga yang paling indah di dunia.
Cerita bermula ketika aku masih kecil, aku terlahir sebagai seorang anak laki-laki di sebuah keluarga yang miskin. Bahkan untuk makan saja, seringkali kekurangan. Ketika makan, ibu sering memberikan porsi nasinya untukku. Sambil memindahkan nasi ke mangkukku, ibu berkata : "Makanlah nak, aku tidak lapar" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG PERTAMA
Ketika saya mulai tumbuh dewasa, ibu yang gigih sering meluangkan waktu senggangnya untuk pergi memancing di kolam dekat rumah, ibu berharap dari ikan hasil pancingan, ia bisa memberikan sedikit makanan bergizi untuk petumbuhan. Sepulang memancing, ibu memasak sup ikan yang segar dan mengundang selera. Sewaktu aku memakan sup ikan itu, ibu duduk di sampingku dan memakan sisa daging ikan yang masih menempel di tulang yang merupakan bekas sisa tulang ikan yang aku makan. Aku melihat ibu seperti itu, hati juga tersentuh, lalu menggunakan sumpitku dan memberikannya kepada ibuku. Tetapi ibu dengan cepat menolaknya, ia berkata : "Makanlah nak, aku tidak suka makan ikan" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEDUA
Sekarang aku sudah masuk SMP, demi membiayai sekolah abang dan kakakku, ibu pergi ke koperasi untuk membawa sejumlah kotak korek api untuk ditempel, dan hasil tempelannya itu membuahkan sedikit uang untuk menutupi kebutuhan hidup. Di kala musim dingin tiba, aku bangun dari tempat tidurku, melihat ibu masih bertumpu pada lilin kecil dan dengan gigihnya melanjutkan pekerjaannya menempel kotak korek api. Aku berkata :"Ibu, tidurlah, udah malam, besok pagi ibu masih harus kerja." Ibu tersenyum dan berkata :"Cepatlah tidur nak, aku tidak capek" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KETIGA
Ketika ujian tiba, ibu meminta cuti kerja supaya dapat menemaniku pergi ujian. Ketika hari sudah siang, terik matahari mulai menyinari, ibu yang tegar dan gigih menunggu aku di bawah terik matahari selama beberapa jam. Ketika bunyi lonceng berbunyi menandakan ujian sudah selesai, Ibu dengan segera menyambutku dan menuangkan teh yang sudah disiapkan dalam botol yang dingin untukku. Teh yang begitu kental tidak dapat dibandingkan dengan kasih sayang yang jauh lebih kental. Melihat ibu yang dibanjiri peluh, aku segera memberikan gelasku untuk ibu sambil menyuruhnya minum. Ibu berkata : "Minumlah nak, aku tidak haus!" ---------- KEBOHONGAN IBU YANG KEEMPAT
Setelah kepergian ayah karena sakit, ibu yang malang harus merangkap sebagai ayah dan ibu. Dengan berpegang pada pekerjaan dia yang dulu, dia harus membiayai kebutuhan hidup sendiri. Kehidupan keluarga kita pun semakin susah dan susah. Tiada hari tanpa penderitaan. Melihat kondisi keluarga yang semakin parah, ada seorang paman yang baik hati yang tinggal di dekat rumahku pun membantu ibuku baik masalah besar maupun masalah kecil. Tetangga yang ada di sebelah rumah melihat kehidupan kita yang begitu sengsara, seringkali menasehati ibuku untuk menikah lagi. Tetapi ibu yang memang keras kepala tidak mengindahkan nasehat mereka, ibu berkata : "Saya tidak butuh cinta" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KELIMA
Setelah aku, kakakku dan abangku semuanya sudah tamat dari sekolah dan bekerja, ibu yang sudah tua sudah waktunya pensiun. Tetapi ibu tidak mau, ia rela untuk pergi ke pasar setiap pagi untuk jualan sedikit sayur untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Kakakku dan abangku yang bekerja di luar kota sering mengirimkan sedikit uang untuk membantu memenuhi kebutuhan ibu, tetapi ibu bersikukuh tidak mau menerima uang tersebut. Malahan mengirim balik uang tersebut. Ibu berkata : "Saya punya duit" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEENAM
Setelah lulus dari S1, aku pun melanjutkan studi ke S2 dan kemudian memperoleh gelar master di sebuah universitas ternama di Amerika berkat sebuah beasiswa di sebuah perusahaan. Akhirnya aku pun bekerja di perusahaan itu. Dengan gaji yang lumayan tinggi, aku bermaksud membawa ibuku untuk menikmati hidup di Amerika. Tetapi ibu yang baik hati, bermaksud tidak mau merepotkan anaknya, ia berkata kepadaku "Aku tidak terbiasa" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KETUJUH
Setelah memasuki usianya yang tua, ibu terkena penyakit kanker lambung, harus dirawat di rumah sakit, aku yang berada jauh di seberang samudra atlantik langsung segera pulang untuk menjenguk ibunda tercinta. Aku melihat ibu yang terbaring lemah di ranjangnya setelah menjalani operasi. Ibu yang keliatan sangat tua, menatap aku dengan penuh kerinduan. Walaupun senyum yang tersebar di wajahnya terkesan agak kaku karena sakit yang ditahannya. Terlihat dengan jelas betapa penyakit itu menjamahi tubuh ibuku sehingga ibuku terlihat lemah dan kurus kering. Aku sambil menatap ibuku sambil berlinang air mata. Hatiku perih, sakit sekali melihat ibuku dalam kondisi seperti ini. Tetapi ibu dengan tegarnya berkata : "Jangan menangis anakku, aku tidak kesakitan" ----------KEBOHONGAN IBU YANG KEDELAPAN.
Setelah mengucapkan kebohongannya yang kedelapan, ibuku tercinta menutup matanya untuk yang terakhir kalinya.
Dari cerita di atas, saya percaya teman-teman sekalian pasti merasa tersentuh dan ingin sekali mengucapkan : " Terima kasih ibu..!" Coba dipikir-pikir teman, sudah berapa lamakah kita tidak menelepon ayah ibu kita.? Sudah berapa lamakah kita tidak menghabiskan waktu kita untuk berbincang dengan ayah ibu kita.? Di tengah-tengah aktivitas kita yang padat ini, kita selalu mempunyai beribu-ribu alasan untuk meninggalkan ayah ibu kita yang kesepian. Kita selalu lupa akan ayah dan ibu yang ada di rumah.
Jika dibandingkan dengan pacar kita, kita pasti lebih peduli dengan pacar kita. Buktinya, kita selalu cemas akan kabar pacar kita, cemas apakah dia sudah makan atau belum, cemas apakah dia bahagia bila di samping kita. Namun, apakah kita semua pernah mencemaskan kabar dari ortu kita.? Cemas apakah orang tua kita sudah makan atau belum.? Cemas apakah orang tua kita sudah bahagia atau belum.? Apakah ini benar? Kalau ya, coba kita renungkan kembali lagi. Di waktu kita masih mempunyai kesempatan untuk membalas budi orang tua kita, lakukanlah yang terbaik.Jangan sampai ada kata "MENYESAL" di kemudian hari.
Rabu, 23 Januari 2008
FW: JWB: [Komunitas Singleparent] Memaksimalkan Peran Ibu sebagai Penc erah Peradaban.//karena kita memang bisa..
Karena Kita Memang Bisa....
Sesungguhnya Allah tidak akan memberikan cobaan bagi hampa diluar batas
kemampaunnya.
Sepotong ayat pendek ini selalu dijadikan penghiburan bagi mereka-mereka
yang bersedih karena banyaknya cobaan, namun sebenarnya mempunyai makna
yang lebih dari yang disampaikan secara kasat mata, apalagi kalau mau
kita terjemahkan dalam bahasa mata dengan melihat sekeliling. Karena
kalimat pendek ini juga bisa dimaknai bagi mereka yang menerima apapun
itu dalam hidup termasuk kebahagiaan, karena Allah juga tidak akan
memberikan kebahagiaan diluar kemampuan kita menikmatinya, untuk itu
harusnya diterjemahkan dengan bahasa mata dengan melihat sekeliling kita
.
Artnya... peran sebagai seorang Ibu sekaligus Istri dan anggota
masyarakat dalam menjalankan tugas domestic dan tugas public memang
menjadi beban bagi para perempuan, itu karena ''KITA MEMANG BISA
''menjalankannya.
Cecak yang hidupnya didinding dan hanya merayap kian kemari menjadikan
nyamuk yang lincah sebagai makananya, namun hingga hari ini tidak ada
satu Koran atau TV manapun didunia yang memberitahukan Cecak mengadakan
aksi demo untuk menolak itu, kenapa?
Jawabannya mudah saja ''Karena memang cecak Bisa ''
untuk hidup seperti itu.
Ibu atau lebih tepat peranan perempuan memang bisa dikatakan multy
fungsi, multy job dan multy segalanya deh.... Tapi sebelum itu pasti
sudah ada bekal yang disiapkan oleh Sang Kuasa walaupun kadang kita
menyadari kita punya bekal itu bukan sebelum peran itu datang namun saat
peran itu dijalankan, sehingga acapkali dalam menjalankan itu kita
menggunakannya dengan metode try and error. Tapi akhirnya tetap bisa
saja juga kan?
Yang penting barangkali saat ini adalah suatu penyadaran bagi para
perempuan bahwa mereka memang istimewa, karena ibarat pegawai dalam
suatu struktur perusahaan kita mempunyai beberapa jabatan sekaligus, ya
manejer, ya bagian pemasaran, bagian keuangan bahkan sekaligus OB dan
cleaning service (hebat kan?) Dan untuk semua jabatan itu kita diminta
menghasilkan prestasi yang maksimal.
Lalu caranya ? yaa... pertama harus yakin dulu bahwa 'Kita memang bisa
'' karena tanpa ada keyakinan itu tidak akan ada semangat untuk
menjalankannya malah yang akan muncul adalah perasaan tidak adil, kenapa
perusahaan yang sebesar ini terlalu pelit untuk menggaji banyak orang
untuk berbagai jabatan yang kita pegang. Itu mah gawat. Karena kita
memang tidak bisa mengelak dari kenyataan. Tapi positifnya adalah kita
orang yang paling banyak menerima gaji dari kantor, lihat saja binar
bintang dimata anak-anak, luapan cinta dimata pasangan,kekaguman dari
banyak pihak, genggama terimakasih pasein (bagi perawat dna dokter atau
semisal itu ) dan yang terpenting Kunci pintu surga ada ditelapak kaki
kita. (lalu nikmat Tuhan yang mana yang kamu dustakan? Ar-rahman) Jadi
lebih baik segera bekerja,susun schedull dan jadwal untuk melaksanakan
semua itu secara baik, harus disadari bahwa kita bukan Superman
(superwomen) yang bisa mengerjakan semua sekaligus, ada waktu dimana
kita harus mendahulukan yang lain tapi bukan berarti meninggalkannya
satupun. Jadwal ini mesti ditepati dengan baik.
Lalu bersikaplh Ikhlas, artinya kerjakan semuanya dengan penuh Cinta,
karena Cinta adalah kekuatan ajaib yang tidak bisa digantikan apapun,
ikhlas menerima hasil kerja tanpa berusaha menyalahkan diri sendiri
apalagi orang lain adalah langkah penting menuju kebahagiaan. ***
*******************************
He he he ..kadang bicara memang mudah ya teman, tapi menjalankannya
sangat sulit, bagiku awal aku menjadi Ibu juga merasakan sangat
kesulitan, apalagi seorang Ibu yang harus menjawab Tanya mata anaknya
kenapa hanya ia hanya memiliki BUnda, kenapa tidak ada lelaki dewasa
yang dipanggilnya Ayah.
Sangat sulit.....karena sebagai seorang pekerja yang jam kerjanya
terkadang 24 jam sehari dan tidak ada tanggal merah di kalender aku juga
harus membayar gaji dari perusahaan dengan pengabdian yang setimpal.
Diluar itu, sebagai bagian dari masyarakat, terutama masyarakat yang
tinggal di kota kecil dan masih tradisional tuntutan masyarakat dan
pandangan masyarakat bagi seorang perempuan tanpa suami sangat berat,
belum beban amanah yang dari dulu sepertinya sudah ditakdirkan bagi
keluarga besar semakin membuat aku tidak bisa menampakkan muka sedih
apalagi hancur.
Tapi dalam kesulitan itu, waktu membantu ku melewatinya, apalagi dalam
perjalanan terlalu banyak kemudahan yang dijumpai dalam belitan
kesusahan, so..yang terpenting ' karena aku memang bisa '''
************************************
Salam Manis
Selasa, 22 Januari 2008
[Komunitas Singleparent] Memaksimalkan Peran Ibu sebagai Pencerah Peradaban
dalam mewarnai dan rnembentuk dinamika zaman. Lahimya generasi-generasi
bangsa yang unggul dan pinunjul, kreatif, penuh inisiatif, bermoral
tinggi, bervisi kemanusiaan, beretos kerja andal, dan berwawasan luas,
tidak luput dari sentuhan peran seorang ibu.
Ibulah orang yang pertama kali memperkenalkan, menyosialisasikan,
menanamkan, dan mengakarkan nilai-nilai agama, budaya, moral,
kemanusiaan. pengetahuan, dan keterampilan dasar, serta nilai-nilai
luhur lainnya kepada seorang anak.
Dengan kata lain, peran ibu sebagai pencerah peradaban, `"pusat"
pembentukan nilai, atau "`pancer" penafsiran makna kehidupan, tak
seorang pun menyangsikannya. Hanya Malin Kundang saja yang arogan dan
menihilkan peran seorang ibu dalam membestirkan dan "memanusiakan"
dirinya.
Namun, seiring gerak roda peradaban, peran ibu sebagai pencerah
peradaban bakal menemui tantangan yang semakin berat. Setidaknya ada dua
tantangan mendasar yang harus dihadapi oleh seorang ibu di tengah
dinamika peradaban global. Pertama, tantangan internal dalam lingkungan
keluarga yang harus tetap menjadi sosok feminin yang lembut, penuh
perhatian dan kasih sayang, serta sarat sentuhhan cinta yang tulus
kepada suami dan anak-anak. Kedua, tantangan eksternal di luar "pagar"
rumahtangga seiring tuntutan zaman yang semakin terbuka terhadap
masuknya nilai-nilai mondial dan global yang menuntut dirinya untuk
bersikap maskulin.
Dalam menyikapi dan menyiasati dua tantangan mendasar itu, seorang ibu
jelas dituntut untuk semakin memaksimalkan perannya, memberdayaakan
potensi dirinya sehingga mampu tampil feminin dan maskulin sekaligus
dalam menerjemahkan dan menginternalisasi selera zaman yang mustahil
dihindarinya sebagai seorang ibu yang hidup pada era kesejagatan. Ini
artinya, fitrah seorang ibu tidak hanya "dicairkan" dalam lingkup
domestik, tetapi juga harus ditebarkan pada ranah publik, seiring dengan
semakin kompleks dan rumitnya masalah-masalah yang harus diatasi.
Peran Domestik
Dalam UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan
Pembangunan Keluarga Sejahtero diungkapkan bahwa keluarga adalah unit
terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami, istri dengan anaknya
atau ibu dengan anaknya atau ayah dengan anaknya. Dari batasan lersebut,
peran seorang ibu dalam lingkup domestik atau dalam lingkup keluarga
memiliki entitas pengabdian yang tinggi. Ia menjadi "ruh"
keluarga yang akan menjadi penentu "mati hidupnya" sebuah paguyuban
batih (keluarga), menjadi "pelepas anak panah" keluarga sesuai sasaran
bidik yang dituju. Tidak jarang keluarga yang gagal dalam membangun
fondasi kesejahteraan lantaran kekurangsiapan seorang ibu dalam
menjalankan peran domestiknya.
Dalam konteks yang demikian itu, peran seorang ibu dalam memaksimalkan
fungsi keluarga menjadi semakin penting untuk mendapatkan perhatian
khusus. Yaumil Agus Achir mengungkapkan, setidaknya ada delapan fungsi
keluarga, yakni fungsi sosial budaya, cinta kasih,
perlindungan/proteksi, reproduksi, sosialisasi, pendidikan, ekonomi,
danfungsi pembinaan lingkungan. Meskipun tidak mutlak menjadi tanggung
jawab ibu sepenuhuya, kedelapan fungsi keluarga tersebut akan terwujud
dalam tataran praktik hidup apabila diimbangi dengan kesiapan,
kemampuan, dan kesanggupan seorang ibu dalam menjalankan fitrahnya di
lingkup domestik.
Arus modernisasi yang demikian gencar menawarkan pergeseran dan
perubahan pranata-pranata hidup dan nilai-nilai luhur buku, agaknya
memiliki imbas yang cukup kuat terhadap masyarakat dalam
menginternalisasi dan mengapresiasi fungsi keluarga. Keagungan sebuah
keluarga sebagai entitas sosial dalam menyosialisasikan nilai-nilai
luhur kepada para anggotanya, dinilai mulai semakin luntur. Para anggota
masyarakat dalam mengapresiasi fungsi keluarga mengalami pergeseran dan
perubahan. Keluarga tidak lagi dipandang sebagai "institusi" dan yang
menjadi satu-satunya wadah yang cukup akomodatif dan adaptif terhadap
selera dan atmosfer zaman yang sulit diduga.
Kondisi di atas, setidaknya juga dipengaruhi oleh pergeseran peran
orangtua, yang semula diyakini sebagai pihak yang bertanggungjawab
terhadap upaya pewarisan nilai dan tradisi, kini telah tereduksi sebagai
pihak yang secara biologis sekadar menghadirkan seorang anak ke muka
bumi. Bahkan, dalam banyak hal, orangtua sekadar dipahami sebagai pihak
yang hanya memiliki otoritas ekonomi dalam rentang waktu tertentu hingga
anak dinilai dewasa.
Seiring dengan itu, pandangan anak terhadap orangtua pun tidak lagi
"sakral" dengan bentuk penghormatan yang optimal dan proporsional.
Hubungan anak dengan orangtua melulu sebagai hubungan darah
"`kekerabatan" yang kehilangan basis moral dan spiritualnya. Tidaklah
mengherankan kalau generasi masa kini menjadi sulit menerima petuah dan
nasihat luhur orangtua. Mereka telah memiliki "referensi"
tersendiri yang cocok dengan gejolak naluri purbanya.
"Anak buah" teknologi yang begitu canggih mentransfer berbagai bentuk
kemasan informasi dan hiburan, menyebabkan anak menjadi rentan terhadap
imaji kekerasan, kemanjaan, kemunafikan, dan hipokrit. Anak menjadi
kehilangan kepekaan terhadap makna kearifan hidup. Sikap sabar, tawakal,
tabah, telaten, dan tahan uji -yang merupakan entitas moral yang
tinggi-telah menjelma ke dalam sikap hidup instan, kehilangan naluri
"proses" dalam mendapatkan sesuatu. Kota-kota besar yang sarat gebyar
materi akhirnya menjadi "ladang" subur bagi tumbuhnya generasi-generasi
zaman yang menanggalkan sikap responsifnya terhadap iklim spiritual.
Terjadi proses dereliginasi (pendangkalan agama), pembonsaian
nilai-nilai kemanusiaan, dan involusi budaya di kalangan generasi muda.
Bukan hal yang mustahil kalau sudah tak terbilang lagi jumlah remaja
kita yang terjebak ke dalam lembah seks bebas, pesta "pilsetan",
penyalahgunaan obat terlarang, tindak kekerasan, dan kriminal, atau ulah
amoral lainnya.
Fenomena yang penuh pengingkaran terhadap ajaran agama dan moral di atas
membutuhkan intensitas peran ibu sebagai pencerah peradaban dalam
lingkup keluarga, yang pada gilirannya nanti akan benar-benar mampu
melahirkan generasi-generasi bangsa yang unggul dan pinunjul, maju,
mandiri dan tahan uji, sehingga kelak sanggup menghadapi kerasnya
tantangan peradaban di era global.
Peran Publik
Persoalannya ialah ketika banyak kaum ibu berbondong-hondong
meninggalkan rumah, menggeluti peran publiknya sebagai wanita karier,
mampukah sang ibu memaksimalkan perannya di ranah domestik yang mustahil
dihindarinya? Sanggupkah sang ibu mengembalikan fungsi keluarga yang
ideal di tengah kesibukannya menggeluti profesi?
Pertanyaan semacam itu memang tidak mudah untuk dijawab. Peran ganda
yang harus diemban kaum ibu masa kini, sering tidak bisa berjalan
selaras dan serasi. Artinya, ada salah satu peran yang dikorbankan.
Dalam perspektif agama, kaum wanita (ibu) tidak dilarang untuk bekerja
di luar rumah. Dalam Islam, kita mengenal para istri Rasulullah yang
terkenal dengan keterampilannya di berbagai bidang. Aisyah sebagai ulama
dan perawi hadis yang disegani, Saudah mahir dalam hal kerajinan tangan,
bahkan Khadijah sukses dalam menggeluti bisnisnya. Namun, mereka toh
tetap mampu mewujudkan keluarga sakinah, tidak mengorbankan peran
domestiknya. Hal ini mengisyarakan, peran publik seorang ibu bukan
menjadi penghalang untuk memaksimalkan peran ibu sebagai pencerah
peradaban melalui lingkungan keluarga.
Yang penting dicermati kaum ibu ialah kejelian untuk memilih profesi
yang memungkinkannya untuk tetap mampu menjadi ibu yang lembut bagi
anak-anak dan istri yang setia terhadap suami. Artinya, pekerjaan yang
bisa melalaikan fungsi ibu sebagai "pusat" pembentukan nilai dan
"pancer" budaya keluarga, sebaiknya dihindari.
Huda Khaltab (1995:81-85) menyatakan, setidaknya ada tujuh bidang
profesi yang bisa dipilih kaum ibu agar peran domestiknya tidak
dikorbankan, yaitu bidang medis (dokter, perawat kesehatan, dan staf
rumah sakit), bidang penyuluhan {pekerja sosial dan penasihat), bidang
pengajaran (guru/tenaga administrasi), perancang dan penjahit, seni dan
keterampilan, kesekretarisan, serta bidang media dan penerbitan.
Proses globalisasi yang setidak-tidaknya menawarkan tiga iklim:
perdagangan bebas, hadimya teknologi komunikasi yang mahadahsyat, dan
keterbukaan gelombang informasi (Wasari, 1997), memang tidak mungkin
lagi memasung kaum ibu dalam kungkungan rumah tangga. Mereka juga
dituntut untuk memberdayakan potensi dirinya, mewujudkan kebutuhan akan
prestasi (need of achievement), dan mengaktualisasikan motivasi
intelektualnya. Dalam keadaan demikian, kaum ibu idealnya menjadi sosok
androgini; bisa tampil maskulin di ranah publik dengan capaian prestasi
yang seimbang dengan kaum pria, sekaligus tidak menanggalkan sifat
femininnya di ranah domestik yang tetap menjaga kelembutan, sikap
keibuan, dan ketulusan kasih sayang terhadap suami dan anak-anak. Dengan
sosok androgini ini, kaum ibu tetap akan mampu memaksimalkan perannya
sebagai pencerah peradaban; peran luhur dan mulia yang sudah teruji
lewat sejarah peradaban yang panjang, walaupun sang ibu sibuk meniti
karierdi pang-gung publik.
(Republika, 22 Desember 1997)
Kamis, 17 Januari 2008
Tentang KPAI
Doakan agar usaha mba endang buat perkenalan & audiensi dgn KPAI yg
dimulai dari minggu ini berhasil.
Ini untuk mengetahui titik awal pergerakan dan kegiatan kita nantinya..
Mohon doa restu semua member...
Komisi Perlindungan Anak Indonesia
Indonesia Commission for Child Protection
Informasi lengkap ttg KPAI.
http://www.kpai.go.id
Alamat Kantor
Jl. Teuku Umar No. 10-12
Menteng, Jakarta Pusat 10011
Tel : +6221 31901446
Fax : +6221 3900833
Email : informasi@kpai.go.id
Email website : info@kpai.go.id
Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) adalah Lembaga Independen yang
kedudukannya setingkat dengan Komisi Negara yang dibentuk berdasarkan
amanat Keppres 77/2003 dan pasal 74 UU No. 23 Tahun 2002 dalam rangka
untuk meningkatkan efektivitas penyelenggaraan perlindungan anak di
Indonesia.
Lembaga ini bersifat independen, tidak boleh dipengaruhi oleh siapa dan
darimana serta kepentingan apapun, kecuali satu yaitu "demi kepentingan
terbaik bagi anak" seperti diamanatkan oleh CRC (KHA) 1989.
Tugas KPAI melakukan sosialisasi seluruh ketentuan peraturan per-UU-an
yang berkaitan dengan perlindungan anak, mengumpulkan data dan
informasi, menerima pengaduan masyarakat, melakukan penelaahan dan
pemantauan, evaluasi serta pengawasan terhadap penyelenggaraan
perlindungan anak, memberikan laporan, saran, masukan serta pertimbangan
kepada Presiden.
Visi KPAI
Terjamin, Terpenuhi, dan Terlindunginya Hak-Hak Anak Indonesia. Visi
tersebut tidak diberikan perkiraan (estimasi) waktu, karena berjangka
panjang dan tidak pernah berhenti sesuai dengan tuntutan kehidupan.
Misi KPAI
* Penyadaran semua pihak terhadap perlindungan anak
* Pengawasan dan penegakkan hukum sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku
* Pembinaan kerjasama dengan berbagai pihak
* Pengumpulan data dan informasi
* Penelaahan dan pengkajian
UU No. 23 tahun 2002, Pasal 74 mengatakan "Dalam rangka meningkatkan
efektivitas penyelenggaraan perlindungan anak, dengan undang-undang ini
dibentuk Komisi Perlindungan Anak Indonesia yang bersifat independen".
Dengan kata "Dalam rangka meningkatkan..." maka KPAI dipahami bukan
sebagai penyelenggara atau pelaksana langsung perlindungan anak.
KPAI bertugas di tataran kebijakan dan system serta mengawal
implementasi ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku
berkaitan dengan perlindungan anak.
Keterlibatan KPAI dalam penanganan kasus bertujuan untuk lebih
mengetahui akar permasalahan guna dicarikan solusi pemecahannya.
Dengan kata "bersifat independen" maka dapat dipahami bahwa kedudukan
KPAI harus bebas dari intervensi oleh siapa dan dari manapun dalam upaya
memberikan perlindungan anak.
Untuk itu, maka KPAI harus:
1. Terdiri dari berbagai unsur masyarakat, tidak boleh ada dominasi
oleh satu atau dua unsur
2. Tiap unsur memiliki kedudukan dan status yang sama sebagai anggota
(Keppres 95M/2003)
3. Perbedaan jabatan hanya untuk pembagian tugas agar terjadi
distribusi tanggung jawab
4. Dana dan fasilitas kerja KPAI harus disediakan oleh Negara
(APBN-APBD)
5. Keberpihakan KPAI hanya demi kepentingan terbaik bagi anak
Susunan Kepengurusan KPAI
Anggota Komisi
Ketua : Masnah Sari, SH
Wakil Ketua I : Dra. Magdalena Sitorus
Wakil Ketua II : Dra. Santi Diansari, SH
Sekretaris : Drs. H. Hadi Supeno, Msi
Ketua Pokja Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan : Hj. Enny Rosyidah
Badawi, SH
Ketua Pokja Pengaduan dan Fasilitas Pelayanan : Ir. Satriyandiningrum
Ketua Pokja Pengkajian dan Pengembangan : Dra. Susilahati, Msi
Ketua Pokja Pengembangan Jaringan Kelembagaan dan Kemitraan : Drs. Ferry
Devi Johannes
Ketua Pokja Sosialisasi dan Advokasi : Huala Siregar, SH