Senin, 18 Mei 2009

Single Mom :)


 


Cuma asumsi pribadi, ada kata2 yang tidak berkenan, salah dan khilaf, -mohon maaf adanya-

==================================================

Menjadi seorang Single Mom bukan suatu pilihan yang mudah, terlebih lagi bagi seorang perempuan yang menjadi Single Mom karena keadaan yang membawanya kerarah being single mom dan bukan suatu pilihan yang dipilih dari beberapa pilihan yang ada.

Kehidupan Single Mom juga, tidak lah mudah. Obstacle yang ada berupa cacian, makian, pujian tudingan selalu datang silih berganti mengisi hari-hari Single Mom.

Belum lagi tugas dan tanggung jawab Single Mom untuk bisa merawat dan mendidik anak-anak mereka supaya tidak jalan ke jalan yang salah.

Di luar itu semua, Single Mom juga seorang manusia dimana seorang Single Mom juga memiliki kebutuhan yang bersifat general sampai yang bersifat pribadi [bukan sekedar kebutuhan biologis semata] . Yang karena kesendiriannya sehingga terkadang kebutuhan itu sering, harus dan terpaksa diabaikan.

Kondisi tersebut [baca : kebutuhan seorang Single Mom baik kebutuhan general dan pribadi] menjadi celah khusus dan ruang kosong sehingga banyak intruder-intruder yang mencoba dan berusaha dengan segala macam cara untuk bisa masuk dan mengisi celah khusus dan ruang kosong itu.

Dan di karenakan oleh kondisi yang ada [baca : kebutuhan seorang Single Mom baik kebutuhan general dan pribadi] terkadang intruder itu datang dan di asumsikan layaknya sebagai seorang “Pangeran penyelamat”[ mengambil tulisan saya sebelumnya, laki-laki yang beriman seperti Nabi, berhati seperti Malaikat, berharta seperti Bill Gates, pun seorang yang rupawan]

Bahkan kadang kala kondisi yang ada di "belakang" sosok intruder [baca : “Pangeran Penyelamat”] yang datang kadang sering diabaikan, terabaikan atau dipaksa di abaikan. Parahnya lagi kondisi celah khusus dan ruang kosong milik Single Mom sering menjadi “tempat persembunyian” yang nyaman dari para sosok “Pangeran Penyelamat”.

Kenapa tempat persembunyian..? Yah namanya juga ruang kosong, ruang dimana para “Pangeran Penyelamat” bisa bersembunyi dari [konon katanya] kelelahan baik fisik maupun emosi dari kehidupan rumah tangganya, bersembunyi dari “keterpaksaannya” menikahi istri sahnya, bersembunyi dari ketidakberdayaanya menghadapi istrinya yang super, sampai dengan keinginan untuk mencari tempat nyaman lain yang lebih nyaman dari yang ada di rumah.

Dan atau seribu satu alasan lagi yang bisa di lontarkan demi bisa bersembunyi di celah khusus dan ruang kosong itu.

Dan atas nama kebutuhan, atas nama keinginan, atas nama “manusia biasa bisa (dan boleh) khilaf” maka akhirnya Single Mom pun merelakan meminjamkan, mengijinkan hak pakai, membolehkan hak inap, memberikan hak guna atas ruang kosong itu kepada si “Pangeran Penyelamat” dan sejak saat itu pun perselingkuhan di mulai dan seperti layaknya lumut yang menjamur di musim hujan, hari ke hari, waktu ke waktu, massa ke massa hak guna, hak pakai, hak inap (dan hak2 yang lainnya asal bukan hak sepatu) atas ruang kosong itu menjadi hak milik "Pangeran Penyelamat"

Dan jika perselingkuhan itu semakin melumut, menyebar seperti kanker, yang menggerogoti tubuh “Pangeran Penyelamat” lantas istri sahnya merasakan imbas negative dari “penyakit” [baca : perselingkuhan] itu dan akhirnya berakhir pada pengajuan gugatan pecah kongsi  [baca : cerai] si Istri dari “Pangeran Penyelamat” dan dikabulkannya permohonan pecah kongsi itu

[baca : cerai], lantas kalau kondisinya m’buled seperti ini? Who’s the winner and who’s the looser?

Tetapi ternyata saat si “Pangeran Penyelamat” meng-intrude- kan Single Mom pilihannya, lantas ternyata benteng pertahanan si Istri sah dari “Pangeran Penyelamat” harus jebol juga karena intruder yang datang tanpa di undang juga, [mungkin saja terjadi karena si Istri sah dari "Pangeran Penyelamat" memiliki celah khusus lagi dan ruang kosong]duh kalau seperti ini kondisinya, makin m’buled kan… Who’s the winner and who’s the looser?

Memang tidak semua Single Mom ketiban masalah seperti itu, yakin saja masih banyak Single Mom yang masih setia pada keikhlasan menjadi Single Mom, dan masih memiliki ke Ikhlasan yang tinggi untuk bisa setia pada anak-anaknya.

Namun kondisi yang hampir seragam terjadi mengakibatkan gara-gara nilai setitik rusak susu sebelanga.

Bagaimanapun juga semua manusia punya dan berhak punya kebutuhan, keinginan dan kemauan, hanya saja alangkah bijaknya kalau keinginan, kebutuhan dan kemauan kita tidak berada di atas kesedihan dan penderitaan orang lain. Tapi [paling tidak] di upayakan bisa selaras dengan kebahagian orang lain atau [paling tidak] tidak mengoyak selaput kebahagian orang lain. Klise memang, tapi [maybe] that’s the way to be the real winner.. *sigh*

salam,

Rara


__._,_.___
.

__,_._,___

Tidak ada komentar:

Facebook