Minggu, 19 April 2009

Kado Pernikahan untuk Suami Istri

FYI,

Setiap pasangan suami istri ingin memiliki rumah tangga yang bahagia.
Namun ternyata, tidak semua pasangan dapat merasakannya. Banyak
masalah yang dihadapi pasangan suami istri (pasutri). Dimulai dari
penyatuan dua kepribadian yang berbeda, hingga masalah yang berkaitan
dengan ekonomi ataupun keluarga.

Ada pasangan yang dapat dengan tangguh menghadapi badai pernikahan.
Namun ada pula pasangan yang akhirnya memilih jalan masing-masing,
walaupun keputusan tersebut tidaklah mudah.

Dalam buku ini penulis mengemukakan, kenyataannya, memang banyak
wanita yang beranggapan bahwa pernikahan itu seperti fairy tale. Saat
wanita menikah, ia membawa daftar harapan. Beberapa dari harapan yang
tercantum itu kadang ada yang tidak realistis. Beberapa lebih
menyerupai fantasi yang didapat dari film, buku, televise dan lain
sebagainya. Dan ternyata, memang harapan akan sering tidak sesuai
dengan yang dialami. Ketika kenyataan tak sesuai daftar harapan
tersebut, wanitamulai berkesimpulan bahwa ia telah menikah dengan
orang yang salah. Dengan setiap kekecewaan tersebut wanita mulai
berpikir bahwa pernikahannya tidak akan berjalan dengan baik.

Penulis buku ini mengemukakan, bahwa sebagai seorang istri, ia pun
pada masa-masa awal pernikahan menghadapi kehidupan rumah tangga yang
tidak mudah. Kesedihan, kegalauan, kemarahan dan pertengkaran dengan
suami, pernah dia lalui. Bahkan ia pernah bertanya pada diri sendiri,
apakah ia telah salah melangkah, salah dalam mengambil keputusan.
"'Nikah itu seperti seperti naik roller coaster harus siap
dijungkirbalikkan, siap muntah-muntah, kapok, bahkan, akan mati jika
terjatuh,'` demikian ungkapnya.

Karena itulah ia menuliskan buku ini sebagai kado pernikahan untuk
berbagi kepada sesama pasangan suami istri baik yang baru menikah,
ataupun yang telah beberapa tahun menikah. `Saya tuliskan hari-hari
kelabu saya hingga akhirnya saya menemukan kembali pelangi di
kehidupan saya. Walaupun saya masih terus belajar untuk itu, karena
pernikahan bagi saya adalah sebuah pelajaran kehidupan yang hanya
Allah saja yang mengetahui masa depannya,' tuturnya.

Penulis membagi bukunya menjadi empat bab. Dimulai dari babI,
keterpurukan, yang memaparkan persoalan-persoalan yang diawali oleh
penulis pada awal-awal pernikahannya dan membuatnya merasa tidak
bahagia. Apalagi ia dan suami tinggal di Amerika Serikat, negeri yang
secara kultur berbeda dengan Indonesia. Di sini ia mengungkapkan
hal-hal yang menjadi ranjau-ranjaupernikahan. Misalnya selera makanan
yang berbeda, hingga kebiasaan yang berbeda. Sang suami lebih senang
menyendiri, berjam-jam di depan komputer dan pekerjaannya. Sedangkan
ia tidak suka menyendiri. Ia senang berkumpul bersama teman-teman
ataupun hadir di acara-acara pertemuan. Ia senang
bergaul, berkenalan dengan banyak orang.

"Hari-hari kelam saya lalui hingga akhirnya saya menemukan cahaya yang
membawa saya keluar dari keterpurukan. Cahaya yang ternyata tersimpan
di diri saya sendiri dan saya tak menyadarinya. Bahwa ternyata,
kebahagiaan saya dibuat dan ditentukan oleh saya sendiri, bukan oleh
suami saya. Saya yang bertanggung jawab terhadap kehidupan
saya sendiri. Sayalah yang menjadi bos bagi diri saya sendiri,
sehingga saya dapat menyadari kehebatan yang ada
pada diri saya." (hlm 20)

Bab II mengupas jalan kebahagiaan. Ada banyak harapan dan perbedaan
pada awalnya, namun begitu kita bisa menerima pasangan kita apa
adanya, dan berdamai dengan kenyataan, segalanya jadi lebih mudah,
kebahagiaan
pun bukanlah sesuatu yang jauh untuk digapai. `'Ketika saya dapat
menghormati dan menerima perbedaan tersebut, maka saya dapat
memberikan kesempatan untuk menumbuhkan rasa pengertian di antara
kami.'` (hlm 32)

Bagian III , menjaga kebahagiaan. Di bab ini penulis membagi berbagai
tips menjaga kebahagiaan, termasuk tips harian. Salah satu cara
terpenting adalah bersyukur. "Ah, bersyukur! Alhamdulillah, itulah
resep untuk mendapatkan apa yang saya inginkan.'` (hlm 153)

Penulis menutup bukunya dengan bab IV yang intinya mem bahas bahwa ia
dan suami masih terus berproses untuk menciptakan rumah tangga yang
bahagia. `'Sampai saat ini kami pun masih menemukan krikil-krikil
dalam kehidupan sehari-hari, karena saya tahu, tidak ada manusia yang
sempurna. Bahkan kami masih menemukan banyak sekali perbedaan di
antara kami. Tetapi ketika saya dapat menghormati dan menerima
perbedaan tersebut, maka saya dapat memberikan kesempatan untuk
menumbuhkan rasa pengertian di antara kami." (hlm 174)

Buku ini sangat penting dibaca oleh setiap calon pasangan suami istri,
agar lebih siap menempuh kehidupan rumah tangga, sehingga mampu meraih
kebahagiaan yang mereka impikan. Bahkan, buku ini juga perlu dibaca
oleh mereka yang sudah sekian lama menikah, untuk merajut kembali
serpihan-serpihan kebahagiaan yang mungkin sudah berserakan. | ika

Judul buku: Catatan Cinta Seorang Istri
Penulis: Meidya Derni
Penerbit: Lingkar Pena Kreativa
Cetakan: I, Januari 2009
Tebal: 198 hlm

Tidak ada komentar:

Facebook