21 April merupakan hari yang khusus bagi saya. Sebab pada 21 April 1921 ayah saya lahir dan kami selalu ingat hari ulang tahun beliau. Walaupun ayah tidak suka dengan perayaan ulang tahun, tahun ini anak-anaknya akan berkumpul merayakannya tanpa kehadiran saya yang disebut oleh adik-adik sebagai anak kesayangannya. Padahal ayah sayangnya sama dengan semua anaknya. Saya tahu itu. 21 April juga merupakan hari besar yang disebut sebagai Hari Perempuan dan kebangkitan wanita Semakin banyak kasus perceraian akibat perselingkuhan semakin membuktikan bahwa pria lemah. Akibatnya pengajuan cerai 70% berasal dari pihak wanita. Juga poligami semakin marak. Saya tidak setuju poligami. Sebab saya pernah mendengar ceramah DR Zakir Naik yang menjelaskan bahwa di dunia ini tidak ada pria yang bisa bersifat adil bagi istri-istrinya. DR Zakir Naik menentang poligami. Secara logika saya juga merasakan bahwa seikhlasnya wanita, pasti suatu saat dia akan mengalami ketidakadilan suaminya. Masalah waktu saja, bisa menjadi sumber ketidakadilan. Oohh, kalau tidak adil lalu bisa minta maaf pada istri pertama atau kedua. Minta maaf pada manusia memang mudah, tetapi apakah mudah memaafkan? Ditambah lagi godaan iblis di setiap aliran darah manusia. Jadi nonsen jika ada yang berdalih poligami bisa dijalani dengan adil. Jika saya boleh berpendapat, memang godaan dunia bagi pria normal adalah wanita, harta dan anak. Sehingga ketiga faktor itu yang harus dikuasai oleh wanita. Kekuatan wanita sebagai ibu rumahtangga dan sebagai seorang ibu yang mencetak anaknya yang laki-laki kelak menjadi manusia seperti apa. Ibunya yang mendominasi karakter anak tumbuh menjadi pribadi yang menyenangkan atau menyebalkan. Ibu yang berkekuatan membuat anaknya bahagia atau sengsara. Ibu yang menentukan apakah perkawinan anaknya bahagia atau tidak. Sebab banyak juga mertua yang saingan dengan menantu, bahkan saya pernah baca di milis ada mertua minta anaknya menceraikan menantunya. Jika saya boleh berpendapat lagi, sebenarnya perjuangan sejati pria adalah bagaimana mempertahankan perkawinannya dan membimbing istrinya menjadi wanita yang sesuai dengan impiannya. Memang perjuangan yang berat bagi pria, sebab wanita kini juga berjuang agar pria dapat juga dibimbingnya. Dalam Islam juga jelas bahwa posisi wanita sama dan sejajar dengan kaum laki-laki. Bahkan wanita sangat disanjung dan diagungkan dalam Islam. Hingga 7 kali Rasullah menyebut “Ibumu, ibumu…, ibumu!” Ibu kita Kartini Ibu kita Kartini Wahai ibu kita Kartini
|
1 komentar:
Indonesia kelebihan. Banyak hari untuk Hari Kartini, Hari Ibu atau hari Anak tetapi tidak ada Hari Bapak. Apa bukan karena banyak anak yang tidak punya Bapak? :)
Posting Komentar