Jumat, 30 April 2010
Kita hanya sibuk mengejar cinta
Kamis, 29 April 2010
Pemuda Jujur
Rabu, 28 April 2010
Bicara bagaikan perak, Diam bagaikan Emas
Ku hanya seorang manusia biasa
Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com
Secangkir kopi Asin
Kebencian vs Cinta kasih
Kebencian tidak akan pernah berakhir jika dibalas dengan kebencian. Ia hanya akan berakhir jika diselesaikan dengan cinta kasih. Lupakanlah orang yang pernah menyakiti Kita, dengan itu, Kita bisa mengosongkan energi negatif itu dari ruang hati sehingga ia bisa diisi dengan hal-hal positif Dan konstruktif.
Dunia ini terlalu sempit bagi orang yang memiliki banyak musuh. Karena ke sudut mana pun ia pergi, ia akan terus bertemu dengan orang yang tidak disukai. Jika situasi Dan kondisinya seperti itu, kemanakah gerangan ia harus berdiri? Tidak Ada satu tempat pun di kaki bumi mau pun di langit yang bisa menyewakan tempat aman, bebas dari orang-orang yang dibenci
Sebagai seorang yang berpikiran positif,
Terlebih lagi jika Kita seorang entrepreneur yang sejatinya harus membina relasi dengan banyak pihak agar ekspansi Dan eskalasi usaha Dan korporasi Kita bisa meningkat berdasarkan deret ukur. Semua pihak harus dirangkul. Tanpa itu, mustahil kesuksesan yang sesungguhnya akan dapat diraih.
Kerugian ‘Memelihara’ Kebencian
Jika Ada pihak yang pernah melukai Kita, ingatlah bahwa mungkin ia tidak sengaja melakukannya. Mengapa Kita membawa beban itu kemana pun Kita pergi? Apakah hal itu akan dibawa sampai mati? Bukankah energi yang terkuras untuk itu berakhir sia-sia tanpa laba?
Sesungguhnya, terdapat sederet panjang kerugian yang menghampiri seseorang yang menyimpan Dan memelihara kebencian itu. Ruang afeksi yang seyogyanya berisi karakter positif, konstruktif, simpatik Dan empatik terpaksa tidak berdaya menerima desakan dahsyat dari energi negatif-destruktif (baca: kebencian) yang terus menerus membombardirnya setiap Hari.
Hati menjadi pasif Dan antipati. Sensitivitas hati berangsur lenyap secara berkala. Humanitas terhadap sesama menguap. Jika sudah demikian, peran hati yang sejatinya penuh kasih untuk berbagi tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Hati menjadi mati, walau pun pemilik fisiknya masih hidup. Akumulasi dari terabrasinya hati ini lambat laun akan membuat sang pemiliknya menjadi manusia yang apatis, negatif, pasif, abusif, agresif Dan sensitif.
Ruang pergaulannya menjadi semakin menyempit. Padahal ruang itu seharusnya semakin diperlebar dari Hari ke Hari. Karena disanalah transaksi relasi sosial Dan bisnis terjadi.
Balas dengan Cinta Kasih
Ada sebuah contoh menarik mengenai bagaimana seharusnya kebencian itu dibalas. Nelson Mandela, sang legenda Afrika Selatan, telah memberikan contoh bagaimana kebencian itu harus dibalas. 18 tahun ia dipenjara oleh musuh politiknya di negeri kulit hitam itu. Ia dituduh dengan dakwaan palsu. Dijebloskan ke penjara dengan pasal penuh rekayasa.
Namun, ketika ia keluar dari balik terali besi, ia melupakan peristiwa itu Dan mencalonkan diri dalam pemilihan presiden Afrika Selatan, Dan ia menang!
Ia adalah presiden pertama di negeri tandus itu yang dipilih secara demokratis.
Pernyataan pertama yang disampaikan oleh panglima tentaranya setelah ia dilantik menjadi presiden adalah ia siap menangkap petinggi tentara yang menjebloskan sang presiden ke penjara jika diperintahkan. Sang presiden murah senyum itu pun menjawab tidak perlu. Biarlah hal itu menjadi catatan sejarah hitam yang pernah terjadi pada dirinya. Rakyat yang akan menilai perjalanan hidup politik siapa yang layak diteladani Dan tidak. Ia tidak mau menghukum.
Sang presiden telah mengajarkan kepada dunia bahwa kebencian itu tidak pantas dipelihara karena ia akan menjadi siklus yang tidak pernah akan berakhir.
Biarlah ia dibalas dengan cinta kasih agar semuanya berjalan dengan lebih menyenangkan.
Siapkah Kita menebarkan cinta kasih kepada mereka yang membenci?
Senin, 26 April 2010
Ibunda, mengapa menangis
Suatu ketika, Ada seorang anak laki-laki yang bertanya kepada ibunya. “Ibu, mengapa Ibu menangis?”. Ibunya menjawab, “Sebab, Ibu adalah seorang wanita, Nak”. “Aku tak mengerti” kata si anak lagi. Ibunya hanya tersenyum Dan memeluknya erat. “Nak, kamu memang tak akan pernah mengerti….”
Pada suatu malam, ia bermimpi Dan bertanya kepada Tuhan.”Ya Allah, mengapa wanita mudah sekali menangis?”Dalam mimpinya, Tuhan menjawab,”Saat Kuciptakan wanita, Aku membuatnya menjadi sangat utama.Kuciptakan bahunya, agar mampu menahan seluruh beban dunia Dan isinya, walaupun juga, bahu itu harus cukup nyaman danlembut untuk menahan kepala bayi yang sedang tertidur.
Kuberikan wanita kekuatan untuk dapat melahirkan, Dan mengeluarkan bayi dari rahimnya, walau, seringkali pula, ia kerap berulangkali menerima cerca dari anaknya itu.
Kuberikan keperkasaan, yang akan membuatnya tetap bertahan, pantang menyerah, saat semua orang sudah putus asa.Pada wanita, Kuberikan kesabaran, untuk merawat keluarganya, walau letih, walau sakit, walau lelah, tanpa berkeluh kesah.
Kuberikan wanita kekuatan untuk membimbing suaminya, melalui masa-masa sulit, dan enjadi pelindung baginya. Sebab, bukankah tulang rusuklah yang melindungi setiap hati dan Jantung agar tak terkoyak?Kuberikan kepadanya kebijaksanaan, dan kemampuan untuk Memberikan pengertian dan menyadarkan, bahwa suami yang baik adalah yang tak pernah melukai istrinya. Walau, seringkali pula, kebijaksanaan itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada suami, agar tetap berdiri, sejajar, saling melengkapi, dan saling menyayangi.
Dan, akhirnya, Kuberikan ia air mata agar dapat mencurahkan perasaannya. Inilah yang khusus Kuberikan kepada wanita, agar dapat digunakan kapanpun ia inginkan. Hanya inilah kelemahan yang dimiliki wanita, walaupun sebenarnya, air mata ini adalah air Mata kehidupan”. Maka, dekatkanlah diri Kita pada sang Ibu kalau beliau masih hidup karena di kakinyalah Kita menemukan surga...
Kasih ibu itu seperti lingkaran, tak berawal dan tak berakhir
Kasih ibu itu selalu berputar dan senantiasa
Menyentuh setiap orang yang ditemuinya,
Melingkupinya seperti kabut pagi,
Menghangatkannya seperti mentari siang
Dan menyelimutinya seperti bintang malam
Komunitas Single Parent Dibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com
Bersyukur dan bahagia
Sabtu, 24 April 2010
Lelaki bijak
Dikisahkan ada seorang yang sedang bertanya ke orang bijak….Pak….., Terus terang , saya merasa kehidupan dunia ini hampa, tidak ada yang istimewa dan layak disyukuri.
Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com
Sharing : Anak jadi pemberontak
Jumat, 23 April 2010
Benih
Suatu ketika, ada sebuah pohon yang rindang. Dibawahnya, tampak dua orang yang sedang beristirahat. Rupanya, ada seorang pedagang bersama anaknya yang berteduh disana.
Tampaknya mereka kelelahan sehabis berdagang di kota. Dengan menggelar sehelai tikar, duduklah mereka dibawah pohon yang besar itu. Angin semilir membuat sang pedagang mengantuk.
Namun, tidak demikian dengan anaknya yang masih belia. "Ayah, aku ingin bertanya..." terdengar suara yang mengusik ambang sadar si pedagang.
"Kapan aku besar, Ayah? Kapan aku bisa kuat seperti Ayah, dan bisa membawa dagangan kita ke kota?" "Sepertinya"
Jari tangannya tampak mengores-gores sesuatu di atas tanah. Lalu, ia kembali melanjutkan, "Bilakah aku bisa punya tubuh besar sepertimu, Ayah? Sang Ayah yang awalnya mengantuk, kini tampak siaga.
Diambilnya sebuah benih, di atas tanah yang sebelumnya di kais-kais oleh anaknya. Diangkatnya benih itu dengan ujung jari telunjuk. Benda itu terlihat seperti kacang yang kecil, dengan ukuran yang tak sebanding dengan tangan pedagang yang besar-besar.
Kemudian, ia pun mulai berbicara. "Nak, jangan pernah malu dengan tubuhmu yang kecil. Pandanglah pohon besar tempat kita berteduh ini. Tahukah kamu, batangnya yang kokoh ini, dulu berasal dari benih yang sekecil ini. Dahan, ranting dan daunnya, juga berasal dari benih yang Ayah pegang ini. Akar-akarnya yang tampak menonjol, juga dari benih ini. Dan kalau kamu menggali tanah ini, ketahuilah, sulur-sulur akarnya yang menerobos tanah, juga berasal dari tempat yang sama. Diperhatikannya wajah sang anak yang tampak tertegun.
"Ketahuilah Nak, benih ini menyimpan segalanya. Benih ini menyimpan batang yang kokoh, dahan yang rindang, daun yang lebar, juga akar-akar yang kuat. Dan untuk menjadi sebesar pohon ini, ia hanya membutuhkan angin, air, dan cahaya matahari yang cukup. Namun jangan lupakan waktu yang membuatnya terus bertumbuh. Pada mereka semualah benih ini berterima kasih, karena telah melatihnya menjadi mahluk yang sabar."
"Suatu saat nanti, kamu akan besar Nak. Jangan pernah takut untuk berharap menjadi besar, karena bisa jadi, itu hanya butuh ketekunan dan kesabaran." Terlihat senyuman di wajah mereka. Lalu keduanya merebahkan diri, meluruskan pandangan ke langit lepas, membayangkan berjuta harapan dan impian dalam benak.
Tak lama berselang, keduanya pun terlelap dalam tidur, melepaskan lelah mereka setelah seharian bekerja.