Kamis, 03 Juli 2008

Tuhan Tolong.... Jangan Letihkan Aku

True story of our beloved member and its son...
 
Semoga rahmat-Nya untuk Bintang dan keluarganya..
Amin....
 
 
 

Tuhan Tolong…….. Jangan Letihkan Aku

(Catatan hari Ketika Bintangku  Sakit (Lagi))

selasa, 24 Juni 2008

 ’Kamu pulang jam berapa? Sahrul badannya panas ‘’ ujar saudara laki lakiku di Hp, aku kaget, Lho? bukankah ketika kutinggalkan usai makan siang tadi kondisinya baik baik saja? cemas dan penasaran aku pulang, untungnya tidak ada pekerjaan yang berat hari ini dan deadline terpenuhi sebelum waktunya.

Sampai di rumah aku menemukan Putraku.. Sahrul Putraku Bintang terbaring lemah di sofa, kata Marni (kakak yang menjaganya selama aku kerja, Sahrul) muntah muntah begitu bangun dari tidur siangnya, ku raba tubuhnya MasyaAllah panas sekali, mukanya juga pucat pasi. Begitu melihat wajahku Bintangku itu langsung menangis dan mengadukan kesakitannya padaku, aku memeluknya. Rabbi..apa yang terjadi pada putraku?

Sore itu kubawa ia berobat ke Kakakku, katanya Sahrul hanya demam biasa, dan banyak anak2  pasiennya yang mengalami hal sama, ini karena perubahan musim. Duh lega rasanya.. Kakakku juga membekali kami dengan Puyer dan sirup penurun panas.

Namun malam itu selain panas tinggi mencapai 39,3 Sahrul juga mengalami sesak nafas dan ia tidak mau berbaring, sepanjang malam aku memangkunya dan ia tidur dalam pangkuanku. Rabbi… anakku tidak apa apakan?. ini hanyalah episode biasa bukan? bukankah sudah berulang kali bahkan beratus kali malah Bintangku ini mengalami demam, bahkan lebih tinggi dari ini, namun semuanya bisa teratasi. Rabbbi..plis..  cepat akhiri episode sakitnya Sahrul kali ini, amien. Aku yakin kali ini episode penyakit Sahrul tidak akan terlalu melelahkan. Berikan aku kekuatan ya Rab…

*******

‘’Rabu, 25 Juni ‘’

Panas ditubuh Sahrul sudah mulai turun, aku lega.. ini memang hanya episode kecil dalam riwayat penyakitnya yang sudah dialaminya sejak ia berumur dua bulan. Walaupun begitu aku tetap minta izin dari kantor, hari ini aku akan memasak makanan kesukaannya, karena selera makanya sudah menurun. Ini sesuatu yang agak mencemaskan karena sejak sakit lebih dari tiga tahun yang lalu selera makan Sahrul jarang sekali yang hilang, dan ini juga penyebab ia selalu mampu hadapi penyakitnya. Namun kali ini ia menolak makan. Rabb..ini bukan pertanda burukkan?

Siang itu aku semakin lega, muntah-muntahnya sudah berkurang bahkan tadi ia sempat nyanyi nyanyi dan bermain walau dengan suara lemah. Suhu badannya sudah turun ke 37,5. Masih demam tapi sudah tidak mendingan. Akupun menyempatkan diri mencek tugas tugas yang masih menumpuk dan sempat Chat dengan Mbak Lulu di SP.

Namun tiba tiba Sahrul  bangun dan menangis kencang, aku kaget dan langsung meninggalkan buku buku dan laptop yang masih menyala. Aku memeluknya. Astaga..tubuhnya panas sekali dan ia mengigil. Anakku kenapa Rabb? cepat kubawa ia kembali ke rumah Kakakku lagi, suhunya naik lagi ke 39,7 duh..nak kamu kenapa?

Sore itu seluruh keluarga besarku datang, mereka tampak risau dan bingung, aku sudah merencanakan membawanya ke rumah sakit, tapi menurut saudaraku yang lain sebaiknya lihat reaksi obat yang diberikan terlebih dahulu. aku mengiyakan. ‘’Rabbi..bantu aku, jangan buat kondisi Bintangku semakin buruk dan harus masuk rumah sakit, plis Rabb, sekali ini saja, jangan akhiri penyakitnya dirumah sakit ya, tolong sembuhkan Sahrul. Aku ingin mematahkan tradisi bahwa setiap demam Sahrul harus selalu rawat inap di rumah sakit. Pliss… sekali ini saja. lagi pula…aku lagi tidak punya uang ya Rabbb… kebutuhan yang sangat banyak bulan bulan belakangan ini membuat keuanganku sangat menipis, Aku mohon..sembuhkan Sahrul amien.

Aku juga mengompres Sahrul dengan air remasan daun bungan kembang sepatu yang diyakini bisa menurunkan panas tubuh.

Malam harinya panas tubuh Sahrul  turun lagi, aku agak tenang lagi, Nak..maafkan Bunda, tapi kali ini kita harus lebih sabar..Bunda ingin kamu cepat sembuh, bukan hanya karena mikir duit saja tapi.. bunda nggak tahan melihat kamu begini. Yang kuat ya sayang..

Alhamdulilah, sesak nafanya sudah berkurang dan Sahrulpun tidur dengan tenang diranjangnya,Terimakasih ya Rabb… tolong beri aku kekuataan, untuk hadapi episode sakitnya kali ini. amien

‘Kamis 26 Juni ‘’

Alhamdulillah, panas tubuh Sahrul semakin berkurang, menjelang jam sepuluh pagi itu suhu tubuhnya mencapai 36,4. Alhamdulillah ini sudah normal. Tapi kok tangannya menjadi dingin? ku raba dua kakinya Ya Ampun..dingin sekali. apa lagi ini? aku mencoba tenang. Ah mungkin ini gejala demamnya sudah akan berkurang. Benarkan Rabb?

Namun itu hanya mampu membujuk sekejap saja, menjelang siang aku sudah tidak sabar, walaupun hanya muntah sekali saja pagi itu tapi kondisi Bintangku ini semakin lemas dan wajahnya semakin pucat. Aku langsung membawanya ke dokter spesialis anak langganan kami, untuk itu aku harus membawanya ke Pekanbaru yang harus kutempuh satu setengah jam dari daerah tempat kami tinggal

Sayangnya..dokter langgananku tidak praktek karena keluar kota , aku yang ditemani kakak perempuanku langsung mencari dokter anak yang lain. Dan dokter itu menganjurkan agar Sahrul segera diopname. ‘’Khawatirnya Sahrul menderita gejala demam berdarah, kaki dan tangan yang dingin setelah demam tiga hari salah satu ciri2 gejala demam berdarah, ‘’ ujarnya. Duh..Rabbi, kenapa jadinya malah begini?

Kami langsung membawa Bintangku itu ke rumah sakit ibu dan anak yang sudah menjadi langganan selam tiga tahun ini, Dokter langsung melakukan uji labor dengan mengambil sample darahnya, kamipun langsung menginap dirumah sakit tersebut.

Rabbi, kenapa Sahrul bisa kena gejala DBD ? lalu kenapa harus pada anakku, Rabb..berbahayakah penyakit itu? putraku tidak akan kenapa kenapakan? Rabbii. aku mensyukuri semua nikmat yang Kau berikan padaku selama ini dan sekali lagi..aku mohon RahmatMu ya Rabb, sembuhkanlah anakku.

Aku tercenung memikirkan segala kemungkinan yang terjadi dan beban yang harus kutangani selama disini, tapi. bukankah dalam kesulitan selalu ada kemudahan?. Ya Rabbi, plis..jangan buat aku letih ya, epidose sakit Sahrul kali ini tampaknnya akan berat, aku mohon..cukup semalam ya Rabb.. aku bingung bagaimana membayar semua ini. amien.

********

‘JUmat, 27  Juni ‘’

Jam sepuluh Siang dr Rita Camelia Spa, dokter anak yang menangani Sahrul datang mengunjungi, alhamdulillah dokter cantik itu membawa berita bahagia, Sahrul tidak menderita gejala DBD, duh..Rabbi, terimakasih banyak atas semua ini, akhirnya ketakutan itu tidak terwujud.

Siang itu aku segera ke bank, melihat sisa tabungan yang masih bisa dikuras, Sahrul dijaga Neneknya sehingga aku bisa tenang meninggalkannya. Sampai di Bank aku Cuma bisa mengelus dada, Ya Rabb..hanya inikah yang aku punya? cukupkah ini? tapi bukankah dokter tadi mengatakan Sahrul tidak apa-apa? artinya Sahrul bisa pulang hari ini, dan artinya biayanya tidak akan besar. ‘’Terimakasih ya Rabb.. Engkau telah berikan aku rahmat yang begitu melimpah, sadarkan aku untuk selalu bersyukur padaMu. amien.

Tapi begitu sampai di rumah sakit aku sudah disambut wajah panic Ibu dan saudaraku, Demam sahrul naik lagi, bahkan sudah mencapai 40,6. Rabbii..sahrul ndak apa apa kan?. aku segera lari ke kamarnya, disana dokter sedang memeriksa kondisinya , Bintangku itu tampak sangat lemah dan pucat pasi, aku segera menggengam tangan mungilnya, mencoba mengalirkan kekuatan yang masih kupunya. Nafas Putraku juga terlihat sangat sesak dan ia sepertinya sangat kesakitan. Kakiku lemas dan rasanya ingin menjerit, kugigit bibir agar jangan ada suara sekecil apapun. Rabbi..kuatkan aku, jangan biarkan aku goyah sekarang, dalam kondisi ini. pliss..ya Rabb

Usai memeriksa Sahrul Dokter mengajakku bicara, menurutnya ada kelainan dalam perut Sahrul dan ini membuat perutnya membesar, demam yang datang diperkirakan juga berasal dari sesuatu dalam perutnya.  ‘’untuk itu kita harus rontgen Sahrul dulu, mungkin dari situ kita akan tahun penyebabnya, tapi anak ibu sangat kuat, balita lain kalau panasnya mencapai 38 saja banyak yang step, Sahrul luar biasa ‘’ ujarnya mencoba menenangkan.

Aku mencoba tersenyum dan mengangguk, ya Putraku memang kuat, sakit menahun yang dideritanya sudah membuktikan itu, tapi apa lagi sekarang. Masuk ke kamarnya aku memeluknya, menghalau semua kegelisahan dengan sibuk mengurusinya, walaupun semua saudaraku ada bersama kami dan siap membantu. Namun aku tidak tega dan tidak bisa mengadu pada mereka, tidak untuk saat ini  Rabbi….bantu Aku. Sore itu aku membawa Sahrul ke ruangan rotgen. hasilnya baru akan diketahui nanti malam.

Malam harinya, setelah waktu terasa sangat lama..dan aku sudah letih menduga duga perawat memintaku datang ke ruangan dokter, Rabb..tolong berikan kabar terbaik. amien.

‘’Ada kelainan dalam perut sahrul, saya belum tahu itu apa, tapi sepertinya ada cairan, ini juga yang membuat perutnya membesar, lingkar perutnya saja 53 cm sesuatu yang tidak biasa bagi anak anak, dan lihat ini warna putih ini menunjukkann adanya sesuatu, ‘’ jelas dokter cantik itu sambil memperlihatkan hasil foto rontegn sahrul.caku gemetar, , Rabb..jangan buat aku jatuh ya, aku harus kuat, plis Rabb..jangan berikan letih itu padaku, pliss..

Namun dokter sendiri belum bisa memastikan cairan itu apa, menurutnya Sahrul harus menjalani USG terlebih dahulu, untuk itu sample darahnya harus diambil lagi untuk pemeriksaan albuminnya. aku Cuma mengangguk saja, toh Cuma itu yang bisa aku lakukan saat ini. Sampai di Kamar keluargaku yang lain sudah menunggu da bertanya tentang perkembangan Sahrul, aku sudah sangat ingin menangis dan aku yakin pasti mataku sudah memerah, tapi wajah cemas ibuku, wajah prihatin saudara saudaraku membuatku menarik nafas panjang dan tersenyum, ajaib… aku saat itu hanya berkata ‘’Sahrul ndak apa apa, besok dokter mau tes labor dulu, . semuanya menarik nafas lega..

Rabbi..maafkan aku atas kebohongan ini, aku tidak mau menambah beban mereka, Bantu aku Ya Allah, aku Cuma punya diriMu. Plis..jangan letihkan aku sekarang.

Ketika semuanya sudah tidur, ketika pangeran kecilku itu terlelap dalam bantuan obat obatan dan infuse ditangannya, aku hanya termenung, ‘’Rabb..aku ingin nangis, aku ingin bicara, aku ingin menjerit… Bantu aku Ya Allah, hadirkan satu ruang untukku meluahkan kerisauan ini, hadirkan belanga untukku mencurahkan asa kegelisahan ini, Rabb… aku mulai letih dan aku ketakutan, tapi pliss…jangan buat aku jatuh sekarang ya, pliiis,..Bintangku butuh ibu yang kuat dan kekuatan itu hanya ada padaMU. Bantu aku..

Malam itu kamar mandi rumah sakit menjadi saksi betapa  beratnya tangis yang ku sembunyikan dan akhirnya tumpah, dinginnya guyuran air dari shower kamar mandir itu kuharapkan mampi dinginkan kegalauan ini.

********

‘Sabtu, 28  Juni ‘’

Pagi ini aku harus membujuk Sahrul agar jangan bergerak selama jarum mengambil sample darahnya, Putraku itu sangat kesakitan dan ia memandang wajahku meminta pertolongan, demam telah membuat pembuluh darahnya menciut dan perawat kesulitan mengambil sample darahnya. Perawat harus mengulang sampai tiga kali dan selama itu pula Bintangku kesakitan. ‘’Maafkan Bunda Nak, bunda tidak bisa menolongmu kali ini, kita harus lakukan ini untuk kesehatanmu juga, Bunda juga ndak tega kalau kamu mengalami kesakitan seperti ini, Maafkan Bunda Nak.

Usai itu, aku mencoba membujuknya dengan mengendongnya, memeluknya yang masih menangis, Untungnya demamnya sudah mulai turun, jam sembilan ketika dokter datang lagi suhu tubuhnya sudah kembali ke 36,7, sedikit lagi kondisinya akan normal. Pagi itu dokter bedah datang mengunjunginya dan mengatakan akan menunggu hasil labor dan USG nanti malam.

Hari itu aku selalu mencoba tersenyum tegar, teman teman yang datang, saudara-saudara yang membezuk memaksaku terlihat sabar dalam semua kondisi ini, tapi aku tidak bisa membohongi hati sendiri. Aku sangat cemas,..ada apa dengan Sahrul ya Rabb? benda apakah yang ada dalam perutnya? yang membuat perut bintangku itu jauh lebih besar dari yang seharusnya?

Menjelang Sore, aku sudah hampir menyerah, berbahayakah itu? apakah Sahrul harus jalani pengobatan ini dan itu nantinya? mahalkah itu? Rabbi..Pliss,,, Bantu aku menghilangkan fikiran buruk ini, pangeranku pasti tidak apa apa, Bantu aku ya Rabb. Jangan buat aku letih dan menyerah sekarang, tidak saat ini ya Tuhan. Aku Mau nangis, aku mau curhat tapi….pada…???????? MasyaAllah hilangkah galau ini ya Rabb

Malam harinya, aku membawa sahrul ke dokter kandungan dan perutnya di USG. Rabbi, siapkan aku untuk kondisi apapun. seperti mengerti hati bundanya, kali ini pangeran kecilku tampak tenang mengikuti pengobatan ini. Gambar dalam perut Sahrul mulai terlihat di monitor, berkali kali dokter itu mengulang –ulang memantau perut Sahrul.

‘’Tidak ada cairan apapun yang membahaykan Sahrul, ‘’ujarnya. Duh.. indah sekali kalimat itu. alhamdulillah ya Rabb . ‘’Warna putih di foto ini bukan cairan, tapi hati yang membesar dan ukuran melebihi sehingga bisa saja dokter menduga itu cairannya, artinya ada pembengkakan pada hatinya. lihat ini ukuran hati Sahrul duakali lipat dari ukuran seharusnya, malah lebih, ini kondisi yang tidak normal, ‘’ ya ampun..kok kebahagiaan itu sebentar banget, ada apa ya Rabb? Kakiku kembali gemetar.

Usai mengantar Sahrul ke kamarnya, aku kembali menemui dokter Rita, dokter cantik itu terlihat begitu serius membaca hasil dari USG, dan berkali kali ia membandingkan hasil rotgen yang dimilikinya. Dia tersenyum. Rabb..semoga kabar yang diberikanya semanis semyumnya

.

‘’Sahrul mengalami pembengkakan hati dan ini bisa terjadi pada siapa saja, kita akan mencoba beberapa obat dulu untuk mengembalikan  kondisi ini setidaknya membantu fungsi hatinya. Tapi Sahrul harus jalani pengobatan rutin dan harus disiplin makan obat ya.. ‘’ aku menghela nafas, jadi inikah episode baru anakku? Rabb..bantu aku, jangan buat aku letih ya..pangeranku butuh Ibu yang kuat dan kekuatan hanya milikMu kan Rabb?

Dokter Rita bercerita panjang lebar, pengobatan rutinnya, jadwal kontrolnya,  kedispilnan Sahrul yang harus dijalaninya dalam hal makanan, menjaga fisiknya dan bla bla bla dan sebagainya. aku Cuma bisa mengangguk-angguk.

Menurutnya Pembengkakan hati yang dialami Bintang karena putraku itu terlu banyak mengkonsumsi obat, fungsi hati adalah penetral racul dan untuk ukuran umurnya Hati putraku bekerja terlau keras. Dokter Rita juga menyatakn ini bisa diatasi asalkan putraku tidak terlalu lelah dalam atifitasnya karena seperti amandel apabila terlalu lelah atau makan makanan yang salah maka akan menimbulkan demam.

Tuhan…. Putraku memang sudah mengalami sakit sejak umurnya dua bulan dan sejak itu cairan infuse sudah mengalir dalam aliran tubuhhnya, aku ingat sejak umur dua bulan hingga dua tahun Bintang selalu masuk rumah sakit, bukan hanya tiap bulan namun tiap minggu, bahkan kami pernah bergurau kalau infusnya dimasukin ke kolam renang maka Bintang akan bisa jadi atlit renang karenanya dan kalau obat obatan nya disusun dalam satu ruangan maka akan bisa menjadi apotik.

Rabbi.. Bantu aku..inikah lagi episode sakit anakku

*****

Minggu 29 Juni

Pagi ini, kondisi tubuh Sahrul sudah bisa dikatakan membaik, semua keluarga tanpak senang, begitu juga dengan dokter Rita, bahkan ia mengatakan Sahrul boleh pulang sore ini, kalau memang demannya tidak datang lagi. Ibuku memeluk Sahrul tanda syukur yang mendalam. Tuhan..jangan biarkan ibuku tahu kondisi cucunya, apalagi kondisi hati Bundany.

sore itu, aku ke kasir, dan terperanjat membaca angka dalam kwitansi itu, sebegitu besarkah? jumlahnya benar benar membuat kering tabunganku dan tidak ada sisa. Tapi…… ‘’Terimakasih ya Rabbi, setidaknya aku masih bisa membayarnya kali ini, walaupun tidak ada tersisa. Terimakasih untuk semua RahmatMu ya Rabb. Dan dengan semua kondisi ini, kami kembali ke rumah

******

Senin, 30 Juni

Dini hari :03:00 WIB

Pangeran kecilku sudah tertidur, sahabatnya Thomas si kereta api terlihat nyaman tidur disamping bantalnya. aku menarik nafas lega karena airmatakupun sudah bisa kuluahkan dalam kesunyian ini.

Rabbi.. terimakasih untuk episode kali ini, terimakasih untuk semua kekuatan dalam menjalani, terimkasih untuk kesembuhan putraku, Terimkasih untuk semua kondisinya yang mengajarkan Bundanya akan arti sebuah ketegaran.

Rabbi.. Bantu aku untuk menjalani epidose episode penyakit sahrul selanjutnya, walaupun yang ada padaku saat ini belum tentu mencukupi kebutuhan kami dalam satu minggu ini, tapi,… besok matahariMu masih terbit kan Rabb? kalau matahari masih terbit maka aku akan tenang dan tidak cemas lagi.

Bukankah selama matahari masih terbit selama itu masih ada harapan? ya Rabb..bantu aku kuatkan hatiku, tegarkan aku dan jangan buat aku letih. Ini adalah jihadku ya Rabb… untuk mengantarkan amanahmu itu menjadi anak yang soleh, maka Kuatkanlah Aku Amien..

Nak, Bunda sangat sayang padamu.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

jadi inget mamahhhhhhh.... :(

Facebook