Jumat, 18 Juli 2008

Sekolah & Buku - 2

 
Hari pertama masuk sekolah, saya telat mengantarkan si tengah (kelas 2) (bad habits really hard to break ya ?), jadinya anak saya juga telat, jadinya pas masuk kelas, gak kebagian kursi. Semua kursi sudah terisi. Ternyata, baru deh ketauan ada 2 anak yg sembarang masuk kelas aja, mestinya ke kelas lain, tapi masuknya di kelas anak saya, pantas anak saya gak kebagian kursi. Setelah beres dan anak saya akhirnya dapat kursi, saya pun keluar kelas dan jadi ikut2an ngobrol2 dgn ibu2 lain.
 
Dan ada satu ibu, yg menyatakan kok tumben saya yg anterin anak, biasanya ayahnya. Memang sih, saya dan suami bagi2 tugas dalam soal anak2. Anak yg perempuan, sebisa mungkin saya yg handle semuanya. Dan untuk anak laki2, suami saya yg handle, termasuk menghadiri pertemuan orangtua murid & guru, ambil rapot, mengantar anak taekwondo dan berenang, dll, semuanya deh. Kalo anak saya yg perempuan, gak mau kalau rapotnya diambil oleh ayahnya, soalnya ayahnya cerewet dan suka menasihati panjang lebar, walaupun rapotnya bagus sekalipun. Suami memang agak2 cerewet dan bawel sih. Tapi look from the bright side aja lah ya.
 
Tapi di tempat saya tinggal, di Bekasi, atau mungkin di sekolah tempat anak saya aja kali ya, saya perhatikan, banyak ayah2 yg berperan aktif dalam sekolah anak2nya. Setiap pagi saya mengantarkan anak saya sekolah, selalu saya perhatikan setidaknya ada 5 ayah yg mengantarkan anak2nya, mulai dari turun dari mobil, membawakan tas2 anak2nya, lalu menggandeng anak2nya sampai depan gerbang sekolah. Belum lagi, ayah2 yg mengantarkan anaknya pakai motor. Banyak juga sih. Walaupun ibu2 tetap lebih banyak sih. Tapi setidaknya kami sudah tidak heran lagi kalau melihat ayah2 yg juga aktif dalam hal anak2nya.
 
Anyway, bersyukurlah punya tetangga2 yg baik2.

Tidak ada komentar:

Facebook