Kamis, 22 Mei 2008

FW: [Komunitas Singleparent] renungan dari sahabat


 

Mutiara sahabat

 

Aku memilih jalan berliku…

 

‘’Hidup itu memang penuh liku dan luka rin, namun itulah jalan kita ‘’, kalimat bijak itu sebenarnya sangat klise dan terlalu sering didengar sehingga terkesan sangat biasa. Namun bagiku kalimat itu menjadi sangat berarti karena yang mengucapkannya adalah sosok yang selama ini ku kenal cuek, slengean dan apalah namanya yang menunjukkan tidak adanya kebijaksanaan. Sosok  itu adalah sahabatku. Sahabat baikku.

Aku kaget ketika ia menuturkan kisah hidupnya, sebelum berpisah enam tahun yang lalu aku sempat menghadiri pernikahnnya dan ku fikir pernikahanya itu berjalan bahagia, ternyata tidak. Ternyata usai menikah ia memilih keluar dari  pekerjaannya karena merasa statusnya sebagai karyawan tidak jelas, tentu saja ini membuat ekonomi keluarga baru mereka sempat menurun.

Kehidupan yang morat marit ternyata tidak mampu membuat cinta mereka bertahan, apalagi Tuhan  memanggil anak dari buah cinta mereka yang baru sehari saja menikmati udara dunia setelah lahir, sang istri yang tidak bisa menerima kenyataan akhirnya memilih kembali pada orang tuanya. Sahabatku ini terpuruk, ‘’aku stress dan tidak tau harus berbuat apa, aku tidak punya pekerjaan tetap, istri menghilang dan aku malu pada semua teman teman, ‘’ akunya. Namun dalam keputusasaan  ia mencari hiburan dengan melanjutkan pendidikan Pasca Sarjananya, hari hari kelam dilalui dengan membedah buku dan meneliti kamus, bertahun tahun akhirnya ia menemukan pekerjaan baru dan menyusun karir dari awal lagi.

‘’aku sempat terpuruk rin, sangat terpuruk, karena liku kehidupanku sangatlah terjal dan tajam, tapi syukurlah aku bangkit kembali, karena aku menyadari ternyata aku tidak bisa menghindari jalan itu, jadi,…dari pada diam tidak berbuat apa apa dan meratap, ku tempuh juga jalan itu dan ternyata aku bisa melewatinya ‘’.

Sayangnya derita belum berakhir, kehidupannya yang mulai membaik tidak diiringi dengan kesehatan badannya,  penyakit jantung kembali menggerogoti badannya, bahkan ia  pernah mengalami mati suri, saat ini ia harus menjalani pengobatan demi pengobatan yang melelahkan.  ‘’sekarang aku sudah tahu rin, jalan kehidupanku masih akan sangat berliku dan terjal, munkin juga penuh batu runcing yang bisa membunuhku. Namun aku memilih melewati jalan itu, karena aku tidak mau tinggal diam tanpa melangkah. Aku memilih  melewati jalan terjal itu ‘’ ujarnya yakin.

 

-----------------

 Sebuah catatan:

 

Jujur saja, kisah ini tidak terlalu istimewa karena banyak dari kita yang mengalami masalah dalam kehidupan yang bahkan jauh lebih berat dari masalah yang dialami sahabatku itu, namun ada satu hal yang menurutku menarik untuk disimak, keyakinannya untuk menjalani semua luka dalam hidupnya, keyakinan yang membuat ia memilih menghadapi kesulitan dibandingkan dengan terlarut dalam kesedihan. Ia menyadari kalau ada dua pilihan dalam hidupnya : diam dan terpuruk dalam luka, atau bangkit dan menyusuri jalan terjal itu.

Banyak diantara kita, bahkan diriku sendiri yang memilih meratapi semua nasib dan lebur dalam kesedihan. Banyak diantara kita yang tidak menyadari bahwa kita punya pilihan lain selain kehancuran, pilihan yang memang berat untuk dilewati namun bukan tidak munkin dilewati.  Kita tidak menyadari bahwa bahwa kalau kita  memilih jalan itu bisa saja bahagiaan akan menghadang di depan. Namun banyak dari kita yang memilih  larut dalam kehancuran.

Sahabatku ini yang selalu slengean, cuek ternyata menyadari satu hal bahwa ia harus melewati jalan itu. Walaupun ia juga menyadari bahwa masih banyak liku liku dari jalan itu yang terjal yang bahkan bisa membunuhnya. Bisakah kita juga menyadarinya?

 

 

Mei 2008

I be Proud to be your friend

 

rina

www.rinahasan.multiply.com

www.rinahasan.blogspot.com

 

 

Tidak ada komentar:

Facebook