Pada suatu ketika seorang guru memerintahkan seorang murid untuk berperang dengan "rasa takut". Si murid tadi menolak, alasannya karena berperang dengan rasa takut terlihat terlalu agresif, tidak bersahabat dan yang pasti akan sangat mengerikan. Tetapi sang guru tetap memaksanya melakukan peperangan itu.
Hari yang ditentukan pun tiba, si murid berdiri pada satu sisi dan sang rasa takut pada sisi yang lain. Si murid merasa dirinya sangat kecil dan sang rasa takut terlihat begitu besar dan garang. Masing2 telah memegang senjata mereka. Si murid mencoba mendekati si rasa takut dan merasa tak berdaya.
Sesaat si murid berkata : "ijinkan saya berperang melawan anda".
Sang rasa takut menjawab : "terima kasih telah menunjukkan rasa hormat dalam menghadapi saya."
Si murid berkata lagi : "bolehkah saya bertanya, bagaimana caranya sehingga saya dapat mengalahkan anda?".
Sang rasa takut menjawab : " Senjata saya adalah : saya berbicara cepat dan saya berdiri sangat dekat dengan mukamu. Sehingga dengan cepat kamu akan merasa gelisah, ketakutan dan kamu pasti akan melakukan apa yang akan saya perintahkan padamu". Tetapi jika engkau tidak melakukan apa yang saya suruh, maka saya akan kehilangan kekuatan saya. Jadi jika engkau ingin mengalahkan saya, maka : boleh saya kau mendengarkan saya, boleh saja kau menghormati saya bahkan silahkan saja kau sangat terpengaruh oleh kehadiran saya, tetapi sepanjang kau tidak melakukan apa yang saya suruh, maka saya akan kehilangan kekuatan saya."
Dengan cara itu, maka si murid sekarang mengetahui bagaimana dia dapat mengalahkan sang rasa takut.
Pesan moralnya :
Bahwa memang benar ada beberapa masalah di hidup ini akan membawa kita pada pusaran emosi yang mengakibatkan bertambahnya rasa sakit dari luka yang ada, meningkatkan kadar keragu2an, menimbulkan kebingungan2, membuat rasa takut. Tetapi patut diingat bahwa kita sebagai manusia mempunyai dasar2 pemikiran, tingkat kepandaian plus kebijaksanaan yang harusnya dapat menghentikan perilaku2 kita yang berakibat negatif. Apa saja boleh muncul, siapa saya boleh berjalan lalu lalang di dalam pikiran kita, bahkan bisa saja kita melihat semua hal sedang duduk2 di sofa ruang tamu rumah jiwa kita, tapi tidak ada satupun yang boleh membuat kita seperti pecundahg. Kita harus mulai belajar memulai melihat segala permasalahan pada proporsinya. Sebelum kita dapat memahami orang lain, alangkah baiknya kita mulai belajar memahami diri sendiri secara keseluruhan. Dan selaras dari itu maka penghormatan kepada diri sendiri pun akan lebih baik.
========
Dear all single-parentster,
Semoga tulisan di atas bisa sedikit "menghibur" gundah gulana ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar