Kamis, 06 Oktober 2011
Kini Aku Tetap Bersyukur …
Akhirnya terpisah juga,
Dulu kuhabiskan hidupku meratap, menerima cerca fitnah, menangis bila malam menatap bocah-bocah kecilku tertidur lelap.
Seakan kebaikan setetes pun tak tersisa dariku,
Dia meninggalkanku untuk wanita lain yg tlah kusetujui sebagai adik maduku,
Pedihnya luarbiasa …
Semua mudah berkata,"Ya kalau jadi istri yg benar, tak mungkinlah suami menikah lagi".
Aku hanya diam.
Terkucilkanlah diriku dilingkungan keluargaku yg sangat menjunjung nilai.
Hidupku terseok dan tak ada bantuan darinya untuk anak-anak kecilku,
Bahkan keluargaku sendiri tak ada yg membantu.
Alasannya malu dengan keputusanku bercerai,
Bagaimana tidak bercerai, ex suami menginginkan karena calon istrinya yg sedianya jadi istri kedua – meminta status duda.
Kuhantar ex suami dengan cara terbaik yg masih tersimpan dalam cinta pengabdianku.
Sebelum sidang perceraian di pengadilan negeri, kami bercinta … bercinta perpisahan … dengan airmata tentunya.
Mandi basah bukan dengan senyuman, tapi airmata tetap mengalir. Tangannya tetap kugenggam.
Kubisikkan,"Bi, ceraikan adik talaq 1 saja ya … Bila Abi tak bahagia, kembalilah padaku.."
Selepas siding dan ikrar talaq, ku tak bisa lagi bergandeng tangan dengannya karena bukan mahramku lagi.
Saat itu, kami hendak melaksanakan haji yg kedua kalinya. Dia menggantikan dirinya dengan abangnya.
Saat melepas kepergiannya, kubagi separuh tabungan untuk bekal pergi haji buatnya.
"Bi, adik tak bias memberi banyak. Belilah ini untuk peningset istri Njenengan …".
Masih kuingat dia menangis ketika menerimanya. Aku pun menangis. Semoga berbahagia mantan suamiku…
Keuangan begitu memburuk.
Sedang anak-anak perlu biaya besar untuk sekolah.
12 tahun kemudian.
Anak-anakku telah bertumbuh remaja dan si sulung sudah menikah.
Mereka masuk pesantren … dengan nekad kuhubungi pengurus untuk meminta keringanan bahkan tunjangan penuh.
(Malu luarbiasa karena memang aku tidak punya apapun).
Alhamdulillah … semua menjadi bintang.
Mereka berprestasi. Akhirnya berhak mendapat beasiswa.
Kini kubersyukur …
Hati anak-anakku bertumbuh menjadi jiwa pengasih,
Ketika acara tahunan kami berkumpul (mereka libur setahun 2x),
Saling membacakan proposal masa depan.
Aku dan anak-anakku saling meng"Amin"kan harapan baik.
Navis – jejakaku yg no 2 membacakan : Ingin menjadi suami dan ayah terbaik dalam rumahnya …(Wow…masya Allah),
Ingin memuliakan istri dan ibunya…
Naufal bercita-cita : tak ada cita-cita lain selain berbakti pada ibunya.
Tanda baktinya pada Ibu adalah taat mengikut kata arahan ibu. (Airmata syukurku berlelehan).
Kini aku bersyukur …
Andai tak ada airmata panjang dulu,
Jiwa anak-anakku tak tertempa keras untuk mudah empati,
Mereka sangat sensitif dengan penderitaan kawannya,
Mereka menjadi terapis bagi kawan-kawan yg mengalami separuh nyawa yg hilang,
Semua anakku saling menyayangi, berbagi kemudahan yg mereka miliki… Ohh indah sekali.
Kini aku makin bersyukur pernah bersamanya,
Andai tidak bersamanya, bagaimana mungkin hadir pahlawan-pahlawan kecil dalam hidupku yang menjadikan dia menjadi ayah mereka.
Anak-anak sering menggoda,"Mah, Abi masih mencintai Ummah lho… Sering ingat makanan Ummah, nih dikirimi Abi .."
Kini aku bersyukur …
Ketika menikmati kiriman mantan suamiku,
Bukan kuenya,
Bukan cinta yg terlambat disadari,
Aku bersyukur …
Karena `pernah" berupaya "termanis" yang bisa kubuat dalam menjalani alur kehidupan.
Sesekali mantan telp … menangis dan menyatakan jika "Mah… Abi slalu berdoa untuk Ummah bahagia..".
Aku tersenyum dan "Alhamdulillah"…
Hamdalahku bukan karena mantan suamiku telah hidup di era penindasan istri yang bisa membuatnya menangis,
Karena istrinya adalah orang yg membantuku membuat mantan suamiku semakin menyadari keindahan yg pernah ada …
Hamdalahku karena kudapati Tuhan adalah segala-galanya.
Kunikmati hidup total bergantung pada Allah,
Berterima kasih atas diizinkanNya bersamanya,
Kini hidupku sedang mengabdi pada suami yg mantan duda (dulu ditinggal istri untuk orang lain juga).
Dia beranikan diri bersumpah pada Allah untuk menjadi imamku dalam pernikahan apa adanya di KUA,
Tapi megah rasa syukur kami.
Kini aku berada laksana disurga,
Dipelataranku terbentang pantai indah,
Menoleh kebelakang adalah pegunungan yg menghijau,
Kusambut The King tiap petang dari tempat kerjanya,
Dengan senyuman dan pengabdian yg kuupayakan terindah.
Kulepas tiap pagi The King dengan bungkukan menghormatku padanya,
Karena …
Aku sebagai The Queen tak pernah tahu sampai kapan Allah meminjamkan semua fasilitas ini semua …
(Suami, anak, harta, … adalah dunia yg dipinjamkanNya).
Kini aku tetap bersyukur…
Sumber : Ummah Afifa
Komunitas Single Parent Dibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com
Rabu, 05 Oktober 2011
Exlusive Morning Statements
Komunitas Single Parent Dibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com
Selasa, 04 Oktober 2011
Filosofi Dasar Dalam Hidup
Mengasuh Anak Dengan SAYAP PATAH
AYAH yang luar biasa, kali ini diskusi kita adalah soal AYAH yang sendirian mengasuh dan mendidik anak-anaknya. Sejujurnya, kalau boleh memilih janganlah takdir itu jatuh kepada kita. Janganlah hendaknya Allah pilih kita sebagai AYAH tunggal. Sendirian menemani anak tumbuh kembang sepanjang hari. Sendirian menjalani dua peran sekaligus. Seperti seekor burung terbang ke sana kemari dengan satu sayapnya patah terkulai.
AYAH tunggal, ditengarai semakin banyak jumlahnya akhir-akhir ini. Penyebabnya banyak. Ada yang disebabkan oleh meninggalnya pasangan. Tapi yang terbanyak adalah karena kasus perceraian. Dari semua akibat yang disebabkan oleh kejadian ini, tentulah selalu yang menjadi korban terberatnya tidak lain tidak bukan adalah sang anak. Anaklah yang merasakan derita fisik maupun psikologis hidup tanpa ibu.
Tapi malang tak dapat ditolak mujur tak dapat diraih. Takdir Allah telah mendatangi AYAH. Belum ada pilihan selain membesarkan anak-anak dengan tangan sendiri tanpa pasangan lagi. AYAH harus lakukan pengasuhan dan pendidikan anak sampai datang ketentuan Allah yang lain dan terbaik. Berikut ini ada beberapa mitos yang harus AYAH tunggal buang jauh-jauh.
AYAH budiman, setelah kita singkirkan mitos-mitos tadi, maka ada baiknya kita melihat beberapa tips sukses menjadi AYAH tunggal. Lagi-lagi semuanya ini sambil menunggu ada takdir lain yang terbaik dari Allah Sang Maha Kuasa. Ini dia tipsnya.
Pertama. AYAH Bukanlah Orang Tua Serba Bisa. AYAH dengan semua beban psikologis tentulah bukan AYAH yang bisa menjadi orang tua lengkap dan sempurna. AYAH tak bisa melakukan semuanya. Mintalah bantuan orang lain, terutama orang-orang muhrim dari anak-anak kita dan yang paling penting mengerti dan memahami pola pengasuhan kita.
Kedua. Bersikaplah Jujur dan Terbuka Kepada Anak. Sikap ini sebaiknya AYAH lakukan kepada anak-anak. Tentulah semuanya sangat bergantung kepada kondisi anak-anak dan tahap perkembangannya.
Ketiga. Tetap Merawat Diri. Hidup sendiri dengan tugas ganda bukanlah alasan buat AYAH untuk tidak menjaga kesehatan dengan pola hidup yang baik. Makanan bergizi, olah raga dan cukup tidur
Keempat. Positif dan Rilek Saja. Mungkin ini agak gampang diucapkan tapi susah dilakukan. Tapi tetaplah terus percaya penuh kepada ketentuan Allah. Pastilah akan ada kemudahan di samping kesulitan.
Kelima. Cinta Full kepada Anak. Percayalah AYAH bahwa, ketika AYAH tidak mengurangi perhatian, menghargai, kasih sayang kepada anak-anak maka mereka akan tumbuh dan berkembang dengan tetap baik meski hidup hanya dengan AYAH tunggal.
Keenam. Luangkan dan Kelola Waktu. Sadarilah bahwa waktu AYAH sekarang tak lagi seperti dulu. Inilah saatnya mengelola waktu dengan baik. Pertimbangkan juga kegiatan anak.
Ketujuh. Usahakan Tak Ada Perubahan Pola Asuh. Meski kini tinggal sendiri, sebaiknya AYAH usahakan tidak merubah pola asuh seperti idealnya sepasang orang tua. Terutama disiplin.
Kedelapan. Jangan Bebani Anak. Anak tak punya andil sehingga AYAH menjadi AYAH tunggal. Mereka bukanlah penyebab perceraian apalagi kematian ibunya. Bebaskan anak-anak dari perasaan tersebut.
Kesembilan. Kuatkanlah Hubungan dengan Sang Pencipta. Ini sepertinya tak bisa ditawar-tawar. Berusahalah AYAH untuk terus mendekatkan diri kepada Sang Pencipta. Mungkin dengan rutin membaca Al Quran, mengikuti pengajian dan sejenisnya.
Menjadi AYAH tunggal pastilah tak ada seorangpun yang bercita-cita seperti itu. Namun semua ketentuan hidup ada di tangan Allah. Kalaulah Allah takdirkan kita yang dipilih, semogalah kita dikuatkan dan mudahkan segala urusan terutama dalam pengasuhan dan pendidikan anak-anak. Amin.
diambil dari salah satu kisah buku "Aku Mau Ayah" penulis Irwan Rinaldi ...
Apa arti kebahagiaan
Jumat, 20 Mei 2011
Single Parent & masalahnya
Single parent adalah orang yang melakukan tugas sebagai orang tua (ayah dan ibu) seorang diri, karena kehilangan/ terpisah dengan pasangannya.
Mengapa seseorang menjadi single parent?
Ada banyak alasan yang menyebabkan seseorang menjadi Single Parent, diantaranya :
1. Tinggal terpisah karena pasangannya bekerja/belajar di kota/negara lain.
2. Kematian pasangan
3. Perceraian
Single parent yang terpisah dengan pasangan karena bekerja/belajar di kota/negara lain, memiliki beberapa masalah, seperti : merasa kesepian, tidak terpenuhinya kebutuhan seks sementara secara de jure ia seharusnya bisa mendapatkan pemenuhan kebutuhan seks dari pasangannya. Saat pasanganya berada jauh darinya, ia juga merasa berat membesarkan anak sendiri.
Seseorang yang menjadi single parent karena kematian juga mengalami masalah yang berat. Kematian pasangan yang mendadak membuat ia tidak siap menerima kenyataan. Namun jika mendapatkan pelayanan pendampingan/konseling yang tepat, ia dapat melalui masa-masa gelapnya. Idealnya, ia harus mendapatkan konseling kedukaan yang tepat sehingga kedukaannya tidak berlarut-larut (tidak lebih dari 6 bulan). Kedukaan yang berlarut-larut memperlambat pemulihan hati anak-anaknya. Selain itu, beberapa single parent yang ditinggal mati pasangannya mengalami masalah keuangan dan merasa kesepian.
Dibandingkan dengan kedua jenis single parent di atas, single parent yang berpisah dengan pasangannya karena perceraian, memiliki masalah yang lebih serius lagi. Setidaknya saya mencatat ada 6 masalah besar, yaitu :
1.Masalah emosional
2.Masalah hukum (hak asuh, dll)
3.Menjalin hubungan baik dengan mantan suami/istri
4.Menghadapi anak
5.Masalah dengan lingkungan
6.Masalah keuangan
Kondisi emosional single parent pasca perceraian :
. Kecewa
. Marah
. Mencari kambing hitam
. Membenci mantan suami/istrinya
. Cemburu terhadap rivalnya
. Mudah marah kepada anak-anak
. Luka batin/trauma
. Kesepian
. Merasa tak berharga
. Merasa teraniaya oleh lingkungan
. Mengasihani dirinya sendiri
Masalah Single Parent Pasca Cerai Dengan Anak-anaknya :
1. Single parent yang belum mengampuni dan masih membenci mantan suami/istrinya akan mempengaruhi perkembangan jiwa anak-anaknya.
2. Single parent seringkali tidak menyadari bahwa ia bukan "super man/super women" sehingga di depan anak-anaknya ia berusaha menunjukkan dirinya perkasa dan dapat menyelesaikan segala sesuatu tanpa orang lain. Ia tidak melihat bahwa anak-anaknya memerlukan tokoh pengganti ibu/ayah.
Single parent pasca perceraian juga mengalami masalah dengan mantan pasangannya. Karena pengalaman pahitnya, seorang single parent sering tidak menyadari bahwa sejelek apapun mantan suami/istri-nya, ia tetap ayah/ibu dari anak-anaknya. Sebelum single parent mengampuni mantan pasangannya, ia cenderung ingin balas dendam. Beberapa single parent bahkan melakukan usaha balas dendam balas dendam kepada mantan pasangannya, dengan memanfaatkan anak-anaknya.
Apa yang dibutuhkan seorang single parent saat menghadapi situasi yang sulit pasca perceraiannya?
- Single parent perlu menjalani konseling pribadi untuk membagi beban/pergumulannya.
- Jika diperlukan, single parent juga bisa menjalani terapi untuk recovery dari trauma-traumanya. Untuk mencapai pemulihan, seorang single parent mau tidak mau harus mengampuni diri sendiri. Selanjutnya single parent juga harus mengampuni mantan pasangaannya. Kalau seorang single parent merasa disakiti oleh pihak ketiga, mertua atau orang lain di sekitarnya, maka single parent tersebut juga harus mengampuni mereka.
- Dukungan sosial/komunitas teman senasib (sesama single parent) juga dibutuhkan untuk menguatkan hati seorang single parent. Setidaknya, dalam persekutuan dengan kaum senasib, seorang single parent merasa tidak sendiri. Sesama single parent tentunya akan lebih mudah mengerti perasaan satu sama lain dan berempati dengan kawan senasibnya.
- Mendidik anak bersama-sama pasangan saja tidak mudah, apa lagi untuk menjadi single parent yang harus mengasuh dan membesarkan anak seorang diri. Oleh sebab itu, seorang single parent membutuhkan pengetahuan/ketrampilan single parenting yang memadai supaya bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya.Tanpa ketrampilan single parenting, seorang single parent akan mengalami kesulitan bagaimana menolong anak-anak untuk keluar dari trauma dan kepahitan hidupnya.
- Seorang single parent juga perlu melatih diri untuk bersikap bijaksana terhadap lingkungan.
- Untuk mengatasi masalah ekonomi, seorang single parent membutuhkan kesempatan untuk mengembangkan/memanfaatkan talentanya dalam kegiatan-kegiatan produktif. Mungkin sementara ini ada beberapa orang berpikir untuk memberikan santunan sosial kepada single parent. Namun kita perlu hati-hati, pemberian bantuan cuma-cuma atau santunan sosial justru bisa merendahkan martabat dan harga diri seorang single parent. bantuan yang berdasarkan rasa kasihan atau iba juga dapat memanjakan dan "memiskinkan" single parent. Artinya, bantuan cuma-cuma tidak akan "memerdekakan" seorang single parent.
- Perceraian dengan pasangan seringkali merusak harga diri seorang single parent. Bahkan tidak sedikit single parent yang kehilangan makna hidupnya gara-gara ditinggalkan/bercerai dengan pasangan. Untuk membantu single parent menemukan kembali makna hidupnya, seorang single parent bisa dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan sosial atau kerohanian. Namun hal ini baru bisa dilakukan setelah sang single parent mampu menenangkan anak-anaknya.
Rabu, 19 Januari 2011
Hidup yang Indah
Banyak malapetaka sejarah sebenarnya dapat dihindari.
Tindakan-tindakan disaat marah telah menyebabkan banyak orang terjerembab kedalam kehancuran yang tidak dapat diperbaiki
Jika kita gembira kita jarang marah dan jika kita marah itulah saatnya untuk mengetahui bahwa rohani kita haus dan jiwa kita memerlukan bantuan dan perbaikan. Jadi sediakanlah waktu untuk dekat dengan sang Pencipta dan Alam.
Disukai adalah kebalikan dari dibenci. Dan jika kita tidak mau dibenci orang . Kita harus belajar bagaimana agar disukai orang. dan tidak sukar untuk melakukan hal itu apabila kita berusaha.
Hiduplah secara sederhana tanpa kesombongan. Perhatikanlah si miskin dan kehidupan kita akan berbunga dengan keelokan yang benar dan memuaskan dalam hati dan pikiran
Waktu dan kesempatan akan datang kepada semua. maka bersiap-siaplah untuk keduanya itu.
Jangan takut terhadap suatu perubahan
Perubahan adalah apa yang kita perlukan untuk menimbulkan kekuatan untuk maju kedepan dan menemukan penemuan baru yang tidak pernah kita mimpikan sebelumnya. dan dengan bangga menyambutnya untuk mengubah gagasan dan tindakan menjadi keuntungan untuk diri sendiri dan orang lain. Oleh karena itu sambutlah perubahan .
Nikmatilah hidup, ingat kematian, waktu tidak dapat dibeli dan kita harus bersyukur karena kita masih hidup dengan baik karena itu hiduplah setiap harinya sepenuhnya dengan menjadikan orang lain dan dirimu sendiri bahagia dan sehat.
Cinta menutupi segala yang salah. Cinta itu sendiri datang dari Tuhan. Maka kita harus berdoa kepada NYA agar kita diberi banyak rasa cinta seperti itu. Jika kita benar-benar mencintai seseorang, maka kita tidak boleh banyak bertanya tentang masa lalunya . Kebanyakan masa lalu tidak begitu baik. Semakin sedikit kita mengetahuinya semakin baik. Disaat terjadi pertengkaran , masa lalu itu akan menjadikan rasa sakit itu bertambah sakit.
Belajarlah merasa puas dengan apa yang kita miliki. Merasa puas adalah Keuntungan terbesar. Buanglah segala rasa dengki, karena rasa dengki kanker watak manusia. Hanya orang yang benar-benar rendah hati dan dewasalah yang tidak memiliki rasa iri kepada orang lain. Orang kaya ingin menjadi lebih kaya lagi.Orang miskin tidak mau lebih miskin lagi. Keduanya akan mati tanpa sanggup membawa kekayaan atau kemiskinannya dengan mereka.
Apabila seseorang berhati emas dan baik hati serta mau menolong orang lain, maka rasa iri itu tidak akan gampang tinggal dalam diri. Milikilah selalu kata-kata yang baik untuk diucapkan dan beberapa hal yang menarik perhatian yang akan dibagikan kepada siapa saja yang kita jumpai
Dengan demikian kita akan menolong menyiarkan kabar kebaikan dan kegembiraan kepada semua orang.
Apabila seseorang atau teman tiba-tiba berubah menentang kita , janganlah marah kepada mereka . Kasihanilah mereka. berdoalah untuk mereka. Suatu kehormatan yang terbesar dalam hidup adalah bila kita tidak hanya memperhatikan kesalahan-kesalahan orang lain.
Dunia ini indah. tetapi kita harus ikut serta menjadikannya indah. Perlihatkan dengan contoh perbuatan diri sendiri dan biarkan orang lain mengikutinya. Ingatlah cara yang rendah hati adalah cara yang paling teruji untuk mencapai perdamaian dan kebahagiaan. Rasa iri hanya membawa kepada kesusahan .
*** RASA IRI ADALAH ZAT YANG MENCAIRKAN KEBAIKAN DAN MENGUBAH MENJADI KEJAHATAN ***
Suara yang paling indah
Suatu hari, sewaktu dibawa berkeliling kota, orang tua itu mendengar suara yang menyakitkan telinga. Belum pernah dia mendengar suara yang bergitu tidak enak didengar semacam itu di dusunnya yang sunyi. Dia bersikeras mencari sumber bunyi tersebut. Dia mengikuti sumber suara sumbang itu, dan dia tiba di sebuah ruangan belakang rumah, di mana seorang anak kecil sedang belajar bermain biola.
“Ngiiik! Ngoook!” berasal dari nada sumbang biola tersebut.
Saat dia mengetahui dari putranya bahwa itulah yang dinamakan biola, dia memutuskan untuk tidak akan pernah mau lagi mendengar suara mengerikan tersebut.
Hari berikutnya, di bagian kota lain, orang tua ini mendengar suara yang seolah membelai-belai telinga tuanya. Belum pernah dia mendengar melodi yang seindah itu di lembah gunungnya, dia pun mencoba mencari sumber suara tersebut. Ketika sampai ke sumbernya, dia tiba di tuangan depan sebuah rumah, di mana seorang perempuan tua, seorang maestro, sedang memainkan sonata dengan biolanya.
Seketika, orang tua ini menyadari kekeliruannya. Suara tidak mengenakkan yang didengarnya kemarin bukanlah kesalahan dari biola, bukan pula salah anak itu. Itu hanyalah proses belajar dari seorang anak yang belum bisa memainkan biolanya dengan baik.
Dengan kebijaksanaan polosnya, orang tua itu berpikir bahwa mungkin demikian pula halnya dengan agama. Sewaktu kita bertemu dengan seseorang yang menggebu-gebu terhadap kepercayaannya, tidak lah benar untuk menyalahkan agamanya. Itu hanyalah proses belajar seorang pemula yang belum bisa memainkan agamanya dengan baik. Sewaktu kita bertemu dengan seorang bijak, seorang maestro agamanya, itu merupakan pertemuan indah yang menginspirasi kita selama bertahun-tahun, apa pun kepercayaan mereka.
Pada hari ketiga, di bagian kota lain, si orang tua mendengar suara lain yang bahkan melebihi kemerduan dan kejernihan suara sang maestro biola. Melebihi indahnya suara aliran air pegunungan pada musim semi, melebihi indahnya suara angin musim gugur di sebuah hutan, melebihi merdunya suara burung-burung pegunungan yang berkicau setelah hujan lebat. Bahkan melebihi keindahan hening pegunungan sunyi pada suatu malam musim salju.
Itu adalah suara sebuah orkestra besar yang memainkan sebuah simfoni. Bagi si orang tua, alasan mengapa itulah suara terindah di dunia adalah, setiap anggota orkestra merupakan maestro alat musiknya masing-masing dan mereka telah belajar lebih jauh lagi untuk bisa bermain bersama-sama dalam harmoni.
“Mungkin ini sama dengan agama,” pikir si orang tua. “Marilah kita semua mempelajari hakikat kelembutan keyakinan/mazhab kita melalui pelajaran-pelajaran kehidupan. Marilah kita semua menjadi maestro cinta kasih di dalam keyakinan masing-masing. Lalu, setelah mempelajari keyakinan kita dengan baik, lebih jauh lagi, mari kita belajar untuk bermain, seperti halnya para anggota sebuah orkestra, bersama-sama dengan penganut keyakinan/mazhab lain dalam sebuah harmoni!”