Kamis, 17 April 2008

Kupu-kupu dan kebahagiaan

Kupu-kupu dan kebahagiaan
http://antobilang.wordpress.com/2007/01/10/kupu-kupu-dan-kebahagiaan/

Suatu ketika, terdapat seorang pemuda di tepian telaga. Ia tampak
termenung. Tatapan matanya kosong, menatap hamparan air di depannya.
Seluruh penjuru mata angin telah di lewatinya, namun tak ada satupun
titik yang membuatnya puas. Kekosongan makin senyap, sampai ada suara
yang menyapanya. Ada orang lain disana. "Sedang apa kau disini anak
muda?" tanya seseorang. Rupanya ada seorang kakek tua. "Apa yang kau
risaukan..?" Anak muda itu menoleh ke samping, "Aku lelah Pak Tua. Telah
berkilo-kilo jarak yang kutempuh untuk mencari kebahagiaan, namun tak
juga kutemukan rasa itu dalam diriku. Aku telah berlari melewati gunung
dan lembah, tapi tak ada tanda kebahagiaan yang hadir dalam diriku.
Kemana kah aku harus mencarinya? Bilakah kutemukan rasa itu?"
Kakek Tua duduk semakin dekat, mendengarkan dengan penuh perhatian.
Di pandangnya wajah lelah di depannya. Lalu, ia mulai bicara, "di depan
sana, ada sebuah taman. Jika kamu ingin jawaban dari pertanyaanmu,
tangkaplah seekor kupu-kupu buatku. Mereka berpandangan.
"Ya...tangkaplah seekor kupu-kupu buatku dengan tanganmu" sang Kakek
mengulang kalimatnya lagi. Perlahan pemuda itu bangkit. Langkahnya
menuju satu arah, taman. Tak berapa lama, dijumpainya taman itu. Taman
yang yang semarak dengan pohon dan bunga-bunga yang bermekaran. Tak
heran, banyak kupu-kupu yang berterbangan disana. Sang kakek, melihat
dari kejauhan, memperhatikan tingkah yang diperbuat pemuda yang sedang
gelisah itu. Anak muda itu mulai bergerak. Dengan mengendap-endap,
ditujunya sebuah sasaran. Perlahan. Namun, Hap! sasaran itu luput. Di
kejarnya kupu- kupu itu ke arah lain. Ia tak mau kehilangan buruan.
Namun lagi-lagi. Hap!. Ia gagal. Ia mulai berlari tak beraturan.
Diterjangnya sana-sini. Ditabraknya rerumputan dan tanaman untuk
mendapatkan kupu-kupu itu. Diterobosnya semak dan perdu di sana.
Gerakannya semakin liar. Adegan itu terus berlangsung, namun belum ada
satu kupu-kupu yang dapat ditangkap. Sang pemuda mulai kelelahan.
Nafasnya memburu, dadanya bergerak naik-turun dengan cepat. Sampai
akhirnya ada teriakan, "Hentikan dulu anak muda. Istirahatlah. " Tampak
sang Kakek yang berjalan perlahan. Tapi lihatlah, ada sekumpulan
kupu-kupu yang berterbangan di sisi kanan-kiri kakek itu. Mereka terbang
berkeliling, sesekali hinggap di tubuh tua itu. "Begitukah caramu
mengejar kebahagiaan? Berlari dan menerjang? Menabrak-nabrak tak tentu
arah, menerobos tanpa peduli apa yang kau rusak?" Sang Kakek menatap
pemuda itu. "Nak, mencari kebahagiaan itu seperti menangkap kupu-kupu.
Semakin kau terjang, semakin ia akan menghindar. Semakin kau buru,
semakin pula ia pergi dari dirimu."
"Namun, tangkaplah kupu-kupu itu dalam hatimu. Karena kebahagiaan itu
bukan benda yang dapat kau genggam, atau sesuatu yang dapat kau simpan.
Carilah kebahagiaan itu dalam hatimu. Telusuri rasa itu dalam kalbumu.
Ia tak akan lari kemana-mana. Bahkan, tanpa kau sadari kebahagiaan itu
sering datang sendiri."
Kakek Tua itu mengangkat tangannya. Hap, tiba-tiba, tampak seekor
kupu-kupu yang hinggap di ujung jari. Terlihat kepak-kepak sayap
kupu-kupu itu, memancarkan keindahan ciptaan Tuhan. Pesonanya begitu
mengagumkan, kelopak sayap yang mengalun perlahan, layaknya kebahagiaan
yang hadir dalam hati. Warnanya begitu indah, seindah kebahagiaan bagi
mereka yang mampu menyelaminya.
Moral Mencari kebahagiaan adalah layaknya menangkap kupu-kupu. Sulit,
bagi mereka yang terlalu bernafsu, namun mudah, bagi mereka yang tahu
apa yang mereka cari. Kita mungkin dapat mencarinya dengan menerjang
sana- sini, menabrak sana-sini, atau menerobos sana-sini untuk
mendapatkannya.
Kita dapat saja mengejarnya dengan berlari kencang, ke seluruh penjuru
arah. Kita pun dapat meraihnya dengan bernafsu, seperti menangkap buruan
yang dapat kita santap setelah mendapatkannya. Namun kita belajar. Kita
belajar bahwa kebahagiaan tak bisa di dapat dengan cara-cara seperti
itu. Kita belajar bahwa bahagia bukanlah sesuatu yang dapat di genggam
atau benda yang dapat disimpan. Bahagia adalah udara, dan kebahagiaan
adalah aroma dari udara itu. Kita belajar bahwa bahagia itu memang ada
dalam hati. Semakin kita mengejarnya, semakin pula kebahagiaan itu akan
pergi dari kita. Semakin kita berusaha meraihnya, semakin pula
kebahagiaan itu akan menjauh.
Cobalah temukan kebahagiaan itu dalam hatimu. Biarkanlah rasa itu
menetap, dan abadi dalam hati kita. Temukanlah kebahagiaan itu dalam
setiap langkah yang kita lakukan. Dalam bekerja, dalam belajar, dalam
menjalani hidup kita.
Dalam sedih, dalam gembira, dalam sunyi dan dalam riuh. Temukanlah
bahagia itu, dengan perlahan, dalam tenang, dalam ketulusan hati kita.
Kita harus percaya, bahagia itu ada dimana-mana. Rasa itu ada di sekitar
kita. Bahkan mungkin, bahagia itu "hinggap" di hati kita, namun kita tak
pernah memperdulikannya. Mungkin juga, bahagia itu berterbangan di
sekeliling kita, namun kita terlalu acuh untuk menikmatinya.

Tidak ada komentar:

Facebook