Tidak Punya Apa-apa, Tapi Punya Segalanya
Belakangan ini, seluruh dunia sedang membicarakan krisis ekonomi yang kian menghantui. Terlepas dari masalah sistem keuangan, pengawasan dan lainnya, bila dikembalikan pada sifat dasar manusia, maka sumbernya tidak lain adalah : KESERAKAHAN.
Keserakahan adalah seperti sebilah pisau bermata dua. Bila diartikan sebagai sifat yang menginginkan sesuatu yang lebih dari yang dimiliki saat ini, maka sifat serakah adalah sesuatu baik, karena mendorong kita untuk melakukan lebih. Memiliki karir dan penghasilan yang lebih baik, memiliki lebih banyak teman, menjadi orang tua atau anak yang lebih baik, dsb.
Masalah muncul ketika berhadapan dengan keserakahan yang lepas kendali, yang menginginkan sesuatu dengan menghalalkan segala cara, yang biasanya tidak etis. Sumber masalahnya bukan lagi karena "kekurangan", tapi karena "menginginkan lebih".
Ambil contoh korupsi. Korupsi terjadi bukan karena kekurangan penghasilan. Tapi karena keserakahan bertemu dengan kesempatan. Pengendalian diri yang lemah terhadap keserakahan bertemu dengan pengawasan yang lemah yang menciptakan kesempatan. Maka terjadilah peristiwa dimana orang menggadaikan integritas dirinya dengan melakukan korupsi.
Keserakahan tak terkendali seringkali terjadi karena orang TIDAK SABAR. Apa yang ada dipikiran seseorang ketika ia menerobos lampu merah di perempatan jalan? Apakah ia khawatir lampu merah itu tidak akan berganti menjadi hijau? Tentu tidak. Jawabannya sederhana: TIDAK SABAR.
Padahal sifat sabar adalah kecerdasan emosi yang menjadi salah satu ciri orang sukses. Ada sebuah penelitian di sebuah Fakultas Psikologi. Mereka mengumpulkan anak berumur 5-6 tahun dalam sebuah ruangan dan memberi permen coklat dihadapan mereka. Mereka diberitahu bahwa boleh langsung memakan permen itu atau menunggu 30 menit. Siapapun yang mau menunggu 30 menit, akan diberi 2 permen coklat. Ada anak yang langsung memakan permen itu, dan ada yang mau menunggu 30 menit untuk memperoleh tambahan 2 permen coklat.
Penelitian dilanjutkan 30 tahun kemudian. Anak yang mampu menunda kesenangan ternyata mendapatkan nilai sekolah yang lebih baik, menjadi karyawan yang lebih baik, atau menjadi pengusaha yang lebih sukses dibanding teman-teman mereka yang tidak mampu menunda kesenangan. Demikianlah sikap sabar dan kemampuan menunda kesenangan terbukti merupakan salah satu atribut orang sukses.
Banyak orang yang bahkan begitu tidak sabarnya sehingga seringkali memilih pola hidup di atas batas kemampuannya. Sering kita temui orang yang memiliki satu dompet penuh berisi kartu kredit.
Tentu tidak ada yang salah dengan kartu kredit sebagai instrumen pembayaran yang disertai berbagai bonus dan diskon yang menggiurkan. Tapi ia akan menjadi salah bila digunakan tanpa perhitungan. Tagihan bulanan dibayar dengan cicilan minimum. Padahal sisanya dikenakan bunga yang sangat tinggi oleh bank penerbit kartu. Akhirnya, hutang yang satu ditutup dengan hutang yang lain. Akibatnya, hutang semakin menggurita. Begitu tidak terkendali, mereka jadi bingung sendiri.
Ada baiknya kita melihat pola hidup Warren Buffet dan George Soros. Kini, Buffet adalah orang terkaya di dunia, mengalahkan Bill Gates, bos Microsoft. Dalam buku "The Winning Investment Habit of Warren Buffet & George Soros", dikatakan bahwa Buffet dan Soros adalah orang yang berprinsip "Hiduplah jauh di bawah kemampuan Anda."
Meskipun termasuk jajaran orang kaya dalam Fortune 500, mereka menikmati kemewahan yang tidak berlebihan. Warren Buffet tetap tinggal di rumah dengan tiga kamar, yang dibelinya 50 tahun lalu ketika menikah. Ia mengatakan bahwa ia sudah memiliki segalanya di rumah itu. Soros tinggal di rumah yang sederhana, yang tidak berbeda dari lingkungannya. Ia mengatakan, "Saya selalu hidup dalam skala yang jauh lebih sederhana ketimbang sumberdaya keuangan saya."
Mereka adalah contoh orang yang menjalani kehidupan sebagaimana orang kebanyakan. Kelihatannya mereka tidak punya apa-apa, tapi sebetulnya punya segalanya.
Tentu kita tidak perlu menunggu hingga menjadi orang terkaya dalam jajaran Fortune 500 untuk menjalani hidup "tidak punya apa-apa, tapi punya segalanya." Dengan bersikap syukur, seringkali kita menemukan bahwa sesungguhnya kita punya segalanya. Kehidupan yang harmonis dengan pasangan hidup yang kita cintai. Anak-anak yang ceria dan selalu mencerahkan hari-hari kita. Teman-teman yang memperkaya hidup kita. Dan sebagainya.
Keinginan untuk mencapai atau memiliki sesuatu yang lebih dari yang ada saat ini merupakan hal positif yang mendorong seseorang untuk maju. Yang diperlukan adalah kecerdasan emosi berupa sikap sabar untuk menjalani proses, tidak bisa instant. Sehingga, proses yang dijalani tidak sampai membuat kita justru kehilangan hal yang paling penting dalam hidup kita, yang sebetulnya sudah kita miliki saat ini, yakni keluarga, teman, integritas dan jati diri kita sendiri.
Salam Sukses,
Kingson
Kingson Suryaatmaja
NB: Anda dapat mengutip isi artikel ini, dengan tetap mencantumkan sumbernya, yakni: http://www.kings ons urya.com.
Artikel ini lahir dari obrolan inspiratif saya kepada Pak Budi, seorang enterpreneur berintegritas tinggi, customer, sahabat dan guru yang bijak. Terima kasih, Pak Budi. \
============ ========= ========= ========= ========= ========= ========= =
Mutiara Renungan:
Keserakahan
"Kita cenderung lupa bahwa kebahagiaan bukan merupakan hasil dari memperoleh sesuatu yang tidak kita miliki, tapi merupakan hasil dari pengakuan dan penghargaan atas apa yang kita miliki." - Frederick Keonig
"Ada banyak hal yang mungkin akan kita buang bila kita tidak khawatir bahwa ada orang yang mungkin akan memungutnya." Oscar Wilde
"Bumi menyediakan cukup untuk memuaskan kebutuhan manusia, tapi tidak untuk memuaskan keserakahan manusia." Mahatma Gandhi
"Bila pikiran Anda lemah, bisnis Anda akan menjadi lemah. Bila Anda tidak teratur, bisnis Anda akan kacau. Bila Anda serakah, karyawan Anda akan serakah, memberikan Anda jauh dibawah yang seharusnya, tapi senantiasa meminta lebih." - Michael Gerber
"...Monster itu nyata, setan juga nyata. Mereka ada di dalam diri kita, dan kadang mereka menang." Stepehen King
"Keserakahan adalah iblis yang gemuk dengan mulut yang kecil. Apapun yang Anda berikan padanya, tidak pernah akan cukup." - Janwillem van de Wetering
"Nereka memiliki tiga gerbang: nafsu birahi, kemarahan, dan keserakahan." Bhagavad Gita
"Orang miskin menginginkan banyak hal, tapi orang orang serakah menginginkan segalanya." - Publilius Syrus
"Orang serakah selalu miskin." Samuel Johnson
"Orang serakah dan fakir miskin pada prakteknya adalah satu dan sama." Swiss Proverb
"Masalah utama saya dengan dunia ini adalah ketakutan akan kekurangan ditengah kelimpahan.. .. kelaparan ditengah banyaknya sumber daya yang belum termanfaatkan. ... orang-orang yang memiliki keterampilan, tapi belum menggunakannya." - Milton Friedman
"Orang miskin bukanlah orang yang memiliki sedikit, tapi orang yang menginginkan lebih banyak." Seneca
"Dia yang serakah selalu menginginkan sesuatu." Horace
"Orang yang memenangkan uang jutaan dengan mengorbankan hati nuraninya adalah seorang pecundang." - BC Forbes
"Bila uang tidak menjadi pelayan, maka ia akan menjadi tuanmu. If money be not thy servant, it will be thy master. Orang yang tamak tidak bisa dikatakan memiliki kemakmuran, karena sesungguhnya kemakmuranlah yang telah memilikinya." Sir Francis Bacon
"Keinginan terkuat dan kelemahan manusia yang paling berbahaya adalah: ambisi, keserakahan, kesombongan, keinginan untuk dihormati. Kesemua ini berkonspirasi menentang perdamaian." James Madison
"Penipuan yang paling buruk adalah menipu diri sendiri." - Plato
============ ========= ========= ========= ========= ========= ========= =
Akibat Serakah
Pada suatu ketika, hiduplah seorang petani di sebuah desa bersama istri dan kedua anaknya. Mereka sebetulnya cukup makmur. Mereka memiliki seekor ayam betina yang bertelur setiap hari. Telurnya bukan telur biasa, melainkan telur emas.
Petani ini tidak puas dengan telur yang ia dapatkan setiap hari. Rupanya ia adalah tipe orang yang ingin kaya secara instant. Ia mulai berpikir bagaimana caranya mendapatkan telur dalam jumlah banyak sekaligus. Akhirnya ia menemukan sebuah ide. Ia memutuskan untuk membunuh ayam betina itu untuk mendapatkan semua telur yang ada didalamnya.
Keesokan harinya, ketika ayam itu bertelur, ia menangkap ayam itu dan memotong lehernya dengan sebilah pisau, kemudian ia membelah isi perutnya.
Ternyata ia tidak menemukan apa-apa selain darah dimana-mana. Tidak ada tanda-tanda adanya telur lain dalam perut ayam itu. Petani itu begitu sedih karena kini ia tidak akan pernah mendapatkan telur emas lagi, tidak satupun.
Sebelumnya, kehidupannya berjalan lancar dengan satu butir telur setiap hari. Kini ia telah membuat hidupnya sendiri menderita. Hidupnya semakin susah hari demi hari. Tidak lama kemudian, ia kehilangan semua yang dimilikinya. Betapa malang dan bodohnya ia.
Moral dari cerita ini adalah, keserakahan manusia seringkali justru membawa penderitaan, bila tidak disertai dengan sikap mensyukuri apa yang telah ia miliki.
Pengarang: Tidak Diketahui; Sumber: www.kids front. com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar