“Jika Anda mencintai hingga terluka, tak akan ada yang terciderai. Yang Anda temui adalah makin tulusnya cinta.” – Bunda Teresa Selama ini selalu dipersepsikan bahwa mencintai seseorang tak harus memiliki. Justeru sebaliknya. Cinta pasti memiliki. Memiliki tidak berarti bahwa Anda harus menikah dengan orang yang Anda cintai. Memiliki dalam arti suatu pernikahan, itu hanyalah sekedar persoalan administratif belaka. Dan bila cinta tidak sampai ke pernikahan, tak berarti cinta itu hilang. Kalau Anda mencintai seseorang, maka sudah tentu Anda berusaha untuk memberikan yang terbaik bagi dirinya. Tak ada kata tapi. Tak ada kata seharusnya begini dan begitu. Utuh tanpa syarat. Makna yang lebih dalam, bukan hanya materi dan perasaan semata, Anda pun harus memberikan kepadanya kebebasan. Memberikan kepadanya untuk memilih pilihan-pilihan yang dikehendakinya. Memberikan kepadanya kesempatan untuk berkembang sesuai kehendak hati nuraninya. Atau dengan kata lain, memberikan semua yang terbaik bagi orang yang dicintainya dan menerima segala kekurangannya. Bila memberi yang kita miliki, jangan harap kembali, karena bisa jadi hilang untuk selamanya. Bunda Teresa pernah mengatakan, mencintai secara sejati adalah mencintai hingga terluka. Sekali memberi diri, cinta harus tuntas tanpa kembali. Karena setiap kali cinta diberikan, ada onggokan hati yang ikut tergali dari pemberi cinta. Mencintai seseorang memang harus sepenuh hati. Tetapi patut diingat, hal itu tidak musti berlaku sebaliknya. Suatu anugerah bila cinta yang kita berikan kepada orang lain, terjadi timbal balik dari orang yang juga dicintai. Tetapi kenyataannya, tidaklah selalu demikian. Tapi sekali lagi, bukan berarti bahwa cinta itu harus pergi. Satu contoh cinta sejati yang tak perlu diperdebatkan lagi, adalah cinta orangtua kepada anaknya. Orangtua manapun, pasti akan memberikan yang terbaik bagi anaknya. Hal yang tak bisa ditawar- tawar lagi. Dibalik rasa kekawatiran mereka terhadap sang anak, bagi orangtua yang bijak, mereka tetap menyerahkan sepenuhnya kebebasan hidup bagi anaknya. Memberikan kebebasan bagi sang anak untuk memilih pekerjaan yang cocok, karir yang dijalankan, dan tentu saja pasangan hidup yang diinginkan. Orangtua tentu tak akan mengekang keinginan-keinginan tersebut. Mengapa? Karena rasa cintanya yang besar kepada sang anak. Cinta yang memiliki. Bahkan ketika sang anak telah berumah tangga. Cinta, pada akhirnya, memang hanya sebuah kata, tetapi beribu makna. Orang yang memberikan cintanya secara utuh adalah mereka yang paling memahami makna tersebut. |
__._,_.___
Tidak ada komentar:
Posting Komentar