Dikutip dari : http://www.anakku.net/forum/anemia-pada-anak-mengurangi-konsentrasi-dan-daya-tangkapnya
Anemia pada anak mengurangi konsentrasi dan daya tangkapnya
Apakah anak Anda tampak cepat lelah dan mudah mengantuk? Bila ya, maka tak ada salahnya segera periksakan dia ke dokter. Jangan-jangan anak Anda telah menderita anemia atau yang oleh masyarakat umum biasa disebut penyakit kurang darah. Sebab, anemia pada anak bisa berdampak pada konsentrasi dan daya tangkapnya yang menurun. Akibatnya, sudah tentu akan berpengaruh pula pada prestasi belajar si anak.
Kewaspadaan kita terhadap anemia pada anak bukan tanpa alasan. Data menunjukkan bahwa penderita anemia di kalangan anak-anak tergolong tinggi. Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 2004, jumlah penderita anemia pada anak usia 5-11 tahun mencapai 24 persen. Angka ini cukup menurun drastis bila dibandingkan hasil survei yang sama pada tahun 2001 yakni 47 persen anak-anak usia balita menderita anemia.
Angka-angka tersebut tak jauh beda dengan angka yang ditemukan oleh dr Adi Sasongko dari Yayasan Kusuma Buana. Dari survei yang dilakukan pihaknya terhadap sekolah-sekolah dasar di DKI Jakarta pada tahun 2001, tercatat bahwa 49,5 persen murid SD di DKI menderita anemia. ''Itu nilai rata-ratanya saja, sebab ada di satu sekolah yang kita ambil sampelnya ternyata yang menderita anemia mencapai 75 persen,'' kata Adi kepada Republika Kamis (23/8) lalu.
Kita yang memiliki perhatian terhadap anak tentunya tak ingin anak-anak kita menderita anemia. Apalagi penyakit tersebut dapat menggerogoti tingkat kecerdasan dan kemampuan belajar anak kita. Maka tak ada salahnya kita mengetahui penyakit ini sejak dini.
Kenali anemia
Anemia dikenal juga dengan sebutan penyakit kurang darah. Hal ini dapat dipahami karena penyakit ini bermula dari kadar hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) yang berada di bawah batas normal. Hemoglobin merupakan pigmen protein yang memberikan warna pada darah kita. Darah dikatakan mengandung oksigen bila berwarna merah, sedangkan berwarna biru bila sebaliknya.
Tugas hemoglobin tentu saja amat vital bagi tubuh kita. Dialah yang membawa oksigen ke paru-paru yang selanjutnya didistribusikan ke seluruh jaringan dan organ tubuh manusia untuk melakukan pembakaran yang menghasilkan energi.
Seseorang dapat dikatakan menderita anemia bila kadar Hb-nya di bawah 13 gr % bagi pria dewasa, di bawah 12 bagi perempuan dewasa, dan kurang dari 11 bagi anak-anak usia 11 tahun sampai masa pubertas. Apabila Hb di bawah normal, maka distribusi oksigen oksigen juga tidak normal. Akibatnya, fungsi tubuh juga terganggu. Misalnya pada otot, baru melakukan aktivitas sebentar saja badan sudah terasa lelah.
Sebagaimana dikenal awam sebagai penyakit kurang darah, anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan darah yang dialami seseorang. Kondisi ini bisa terjadi misalnya karena menstruasi, selain bisa juga terjadi karena cacingan pada anak-anak. Hasil survei Yayasan Kusuma Buana pada tahun 1997 amat mencengangkan! Sebanyak 78,6 persen anak-anak SD di DKI ditemui menderita cacingan. Angka ini lebih heboh lagi di Kepulauan Seribu yakni mencapai 95 persen. Meski belum ada survei kembali setelah 10 tahun, namun angka tersebut mungkin tak akan berkurang jauh bila tak ada upaya-upaya khusus dari pemerintah dalam menanggulanginya.
Anemia dapat juga terjadi karena gizi yang buruk. Pada akhirnya seseorang mengalami kekurangan asupan zat besi yang diperlukan tubuhnya (lihat tabel). Jangan cepat beranggapan bahwa penyebab kurangnya zat besi ini hanya terjadi pada anak-anak lapisan masyarakat ekonomi bawah. Kurangnya pasokan zat besi bisa terjadi pada semua anak usia sekolah dari segala lapisan ekonomi. Namun memang, keadaan ini umumnya banyak dialami oleh anak perempuan yang telah mengalami menstruasi. Darah yang keluar dari tubuh bisa menyebabkan berkurangnya zat besi dalam tubuh. ''Apalagi remaja putri sudah mulai pilih-pilih makanan sehingga bisa mengakibatkan indeks zat besinya terganggu,'' ujar Adi.
Prestasi belajar terganggu
Seperti telah disebutkan, kadar Hb seseorang amat berpengaruh bagi terdistribusikannya oksigen ke seluruh tubuh. Hal ini terkait pula dengan zat besi yang dikandung dalam tubuh kita. Menurut dr Syafrizal Syafei SpPD KHOM, ahli hematologi onkologi medis RSCM dalam makalahnya di seminar 'Indonesia Bebas Anemia' di Jakarta Juli 2004, zat besi berfungsi sebagai pigmen pengangkut oksigen dalam darah. Sedangkan oksigen sendiri diperlukan tubuh untuk proses pembakaran yang menghasilkan energi.
Kurangnya kadar oksigen dalam darah dapat menyebabkan terganggunya fungsi-fungsi sel di seluruh tubuh termasuk otak. ''Dalam kondisi seperti itu seseorang jadi tidak produktif. Otomatis juga kemampuan berpikirnya jadi menurun, kondisi fisiknya juga menurun,'' kata Adi Sasongko. ''Bayangkan kalau ini terjadi belasan tahun sejak anak berada di usia balita hingga masa sekolah, kualitas berpikirnya juga menjadi berkurang. Dan kalau kita bicara anak-anak sekolah maka prestasinya bisa menjadi di bawah rata-rata,'' tambahnya
Pendapat senada juga dikemukana Syafrizal. Pada anak-anak, kondisi seperti itu dapat menyebabkan prestasi belajarnya terganggu karena pembentukan otak sejak kecil terhambat.
Dengan kata lain, penyakit anemia pada anak-anak sangat terkait dengan kemampuannya dalam berpikir. Lalu, apa yang harus dilakukan agar anak-anak kita terhindar dari penyakit anemia sehingga kemampuan belajarnya pun maksimal? Tentunya yang pertama-tama harus dilakukan adalah menghindari sekaligus mengatasi faktor-faktor yang menjadi penyebab penyakit ini.
Terus yang ini saya ambil dari http://www.kapanlagi.com/a/diet-kaya-zat-besi.html
Diet Kaya Zat Besi
Kamis, 11 Mei 2006 14:00
KapanLagi.com - Tubuh langsing, sehat dan bugar adalah idaman setiap orang, sayang tak semua orang bisa memiliki tubuh ideal. Bahkan banyak yang cenderung melakukan diet sembrono tanpa memikirkan kesehatan mereka.
Sebenaranya tidak ada larangan untuk berdiet asal kita tahu caranya, dan yang pasti jangan lupakan zat besi, karena zat besi sangat penting bagi metabolisme tubuh, apalagi bagi wanita.
Zat besi dalam darah yang membawa oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh sangat dibutuhkan wanita, terutama saat datang bulan dan hamil. Seorang wanita usia 19 - 54 tahun butuh asupan zat besi sekitar 12-16 miligram zat besi, sementara pada wanita hamil wajib mengkonsumsi 10-20 miligram zat besi. Untuk wanita usia di atas 54 tahun sebaiknya mengkonsumsi 5-7 miligram zat besi setiap harinya. Begitu pentingnya zat besi, jangan pernah abaikan unsur gizi ini dalam diet Anda.
Agar diet tetap berjalan tanpa harus meninggalkan unsur zat gizi di dalamnya, ada baiknya Anda pertimbangkan petunjuk diet kaya zat besi berikut:
- Makan Kentang Plus Kulitnya
Tanpa kita sadari kulit kentang yang selama ini sering kita abaikan ternyata mengandung lima kali lipat zat besi dibanding daging kentangnya sendiri. Karena tingginya kadar zat besi ini cobalah selalu menyertakan kentang bersama kulitnya dalam olahan masakan Anda.
- Hindari Teh
Selain air mineral, teh kerap menjadi pilihan saat kita makan. Jika ini sering Anda lakukan, coba mulai mengurangi kebiasaan tersebut, pasalnya minum teh saat dan setelah makan sangat tidak dianjurkan karena kandungan tannic acid yang terkadung di dalam teh bisa menghambat penyerapan zat besi dalam makanan yang konsumsi.
- Pilih Roti Gandum
Roti gandum atau yang lebih dikenal dengan sebutan whole wheat bread ini memang selalu jadi andalan pelaku diet. Roti gandum mengandung serat tinggi, anti-oksidan, fitoestrogen (yang baik untuk mencegah penyakit jantung dan kanker), vitamin, mineral dan juga zat besi. Selain itu, roti gandum juga memiliki cita rasa yang lebih khas dibanding roti putih (roti biasa).
- Jangan Jauhi Daging
Cobalah tetap berkawan dengan daging. Daging, entah itu daging sapi, ayam, dan ikan mengandung banyak zat besi. Begitu juga di dalam jeroan seperti hati, jantung, dan ginjal menyimpan segudang zat besi yang dibutuhkan tubuh. Asal kita tahu proporsi-nya, makan daging sah-sah saja saat kita berdiet.
- Kacang-Kacangan
Kacang-kacangan seperti kacang polong, kedelai, dan buncis mengandung cukup banyak zat besi, selain tinggi protein. Dalam 100 gram kacang mengandung protein antara 8-17%, zat besi (1-5 mg) dan kalsium (14-102 mg).
- Bayam
Masih ingat film Popeye? Seorang pelaut perkasa yang doyan menyantap sekaleng bayam. Ini bukan dongeng semata, karena ternyata bayam memang mengandung zat besi dalam jumlah yang sangat tinggi. Jadi, jangan ragu sertakan bayem dalam setiap daftar menu mingguan Anda.
- Hindari Cemilan
Nah, kalau ini memang hal yang mungkin sulit sekali bagi pelaku diet. Jika memang terpaksa tak bisa menahan diri, cobalah menganggantinya dengan makan tahu, karena dalam setiap 100 gram tahu mengandung 2,5 miligram zat besi.
- Buah
Selain mengandung vitamin C, buah prune mengandung banyak zat besi yang lebih banyak dibanding apel dan pepaya. Dalam segelas jus prune terdapat 3 miligram zat besi.
- Tiram
Jika selama ini tiram lebih dikenal sebagai makanan pendorong gairah seksual, ada baiknya Anda mulai memasukkan tiram dalam menu mingguan Anda karena tiram mengandung 4,7 miligram zat besi per gramnya.
- Pilih-pilih produk
Apa pun makanan yang Anda pilih, baca ingredient-nya dengan teliti. Jangan tergiur kemasan, harga murah, dan merk. Bandingkan setiap merek dan pilih yang kandungan zat besinya paling tinggi. (HealthDay/rit)
1 komentar:
mendidik anak sangat perlu untuk hati-hati, jangan sampai salah dalam mendidik anak sehingga membuat anak menjadi orang yang pesimis, minder dan lain-lain.karena didikan ortu dapat membentuk kepribadian anak.
—————————————————-
Bagaimana cara mendidik anak agar sukses dan bahagia di anekapilihan.com
Posting Komentar