Sabtu, 26 Januari 2008

FW: [Komunitas Singleparent] SUSPECT: Awas, Si Kecil Kebablasan

Sumber : www.korantempo.com
Senin, 21 Januari 2008

Gaya Hidup Awas, Si Kecil Kebablasan! Dr Boyke Dian Nugraha
geleng-geleng kepala mendengar penuturan pasiennya. Sebut saja Indah, 36
tahun, asal Sukabumi yang menangis histeris menceritakan kelakuan
putrinya, Nita, 11 tahun.

Bersama dua teman sekelasnya di sekolah menengah pertama, Nita
melakukan aib memalukan keluarga dan sekolah. "Semua salah kami,
memberikan kebebasan kepadanya menonton tayangan apa pun tanpa diawasi,
termasuk di Internet,"

papar Indah sesenggukan. Tangisnya pecah begitu mendengar pengakuan
putri kesayangannya meniru adegan bercinta di film Sex in the City
bersama kakak kelasnya. Menurut Boyke, kasus Nita belum seberapa. Ada
pasien lain yang mengeluhkan putrinya yang baru berusia 7 tahun saat
ngobrol dengan teman sebayanya cekatan menyebut foreplay, petting,
making love, dan sejenisnya.

Pemilik Klinik Pasutri di bilangan Tebet ini pun menyebut kisah lain:
seorang remaja putri berusia 12 tahun yang diledek temannya karena
belum pernah pacaran dan berciuman. Karena penasaran, remaja itu mencari
tahu di Internet. Tertarik mempraktekkan, ia meminta dan membayar sopir
rumahnya.

"Tidak hanya ciuman, si sopir bejat itu justru mengajak tahap yang
lebih hot, yaitu bercinta. Akibatnya, si kecil ketagihan, kebablasan,
hingga hamil dan bikin gempar semua (anggota keluarga)," ujar pakar
seks tersebut masygul.

Sederet cerita tersebut bukan ilusi, tapi peristiwa yang kian dekat dan
sering terjadi. Kini para belia itu sangat piawai dan tahu akan seks
melebihi orang tuanya. "Ini bukan pendidikan seks, melainkan
pengetahuan soal seks yang kebablasan dan berakibat fatal," kata dokter
berkulit putih ini dengan nada gemas.

Tiga tahun lalu ia hanya melayani pasien dewasa seputar keluhan masalah
mereka. Tapi sekarang, pasutri yang datang "curhat" soal sederet cerita
aneh soal seks buah hatinya. Boyke mengakui kemampuan anak masa kini,
yang disebut di era generasi platinum, begitu cepat dan mudah menyerap
pengetahuan dan teknologi. Alhasil, jangan heran jika para bocah bau
kencur itu sudah pandai berselancar ke situs-situs dewasa. "Yang paling
penting, memberikan pendidikan seks buat anak harus perlu
pendampingan,"Boyke berpesan.

Senada dengan Boyke, Elly Risma, Ketua Yayasan Kita dan Buah Hati yang
aktif memberikan pendidikan kesehatan reproduksi untuk anak-anak
sekolah, menyebut pentingnya pendampingan dari orang tua, guru, dan
lingkungan. "Mereka harus mengikuti perkembangan atau melakukan update
seputar informasi terbaru seksologi supaya ilmunya tidak ketinggalan,"
ujarnya.

Alzena Masykouri, pengajar luar biasa di Fakultas Psikologi
Universitas Paramadina, Jakarta, mengatakan keluarga merupakan pagar
pertama dan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak di dalam dan di
luar rumah. Pesatnya pengetahuan seks mereka, terutama dampak kemajuan
teknologi yang dekat dengan dunia generasi platinum, perlu diwaspadai.
"Orang tua jangan "gaptek". Perlu mengimbangi (anak). Sebaiknya
mendampingi (mereka) dan menyaring informasi agar anak tak salah
langkah," ujarnya.

Alzena mengingatkan, dari sisi kejiwaan, si anak harus pandai menyerap
dan memilah informasi mana yang benar dan tidak tepat buatnya. Untuk
moral, jangan sampai anak terlalu larut berpikir bebas mengadopsi
informasi dunia Barat. HADRIANI P

Tip Aman

Dr Boyke Nugraha memberi tip agar buah hati aman memahami mengenai
seks.


Lengkapi diri Anda dengan pengetahuan terbaru.
Jangan lupa pelajari masalah anatomi, fisiologi, biologi, moral, dan
etika. Jangan salahkan kemajuan teknologi. Tanamkan nilai-nilai moral
dan
dampingi saat mereka mengakses internet.

Berilah batasan-batasan soal pemanfaatan teknologi, misalnya mengakses
Internet hanya buat mengerjakan tugas sekolah. Tempatkan komputer di
ruang keluarga dan bukan di ruang pribadi. Hati-hati memberikan telepon
genggam. Seringlah berdiskusi dan manfaatkan momen itu untuk memberi
pendidikan seks sesuai dengan usia, kemampuan, dan cara berpikirnya.

Tanamkan rasa tanggung jawab pada si kecil. Beri pengertian bahwa tiap
perbuatan, termasuk soal seks, selalu ada risiko dan tanggung jawab
yang harus dipikulnya.

HADRIANI P

Tidak ada komentar:

Facebook