|                  
                                       KENAPA SIH GAK BOLEH BECANDA PAKE KATA "AUTIS          LO!!"??          (PLEASE READ & FORWARD, this is very          IMPORTANT for those of you who has few knowledge about          Autism)                     Siang itu aku sibuk membaca buku resep makanan          khusus untuk anak autistik. Ya, Anakku memang tidak bisa makan sembarang          makanan. Salah-salah… anakku bisa berputar-putar seperti gasing jika ada          zat dalam makananya yang tidak cocok untuk dikonsumsi oleh          anakku.                     Ditangan sebelah kiri, ada buku Food diary anakku…          yang aku tulis sejak pertama kali dia kuperkenalkan pada makanan padat…          berisi apa saja yang dia cocok untuk tubuhnya,…  reaksi alergynya          dan mana saja makanan yang tidak cocok dan menyebabkan dia overwhelmed.          Kebayang gak?…                     Diusia 4 bulan misalnya, kuberikan jeruk bayi pada          anakku,… Eh, gak lama kemudian dia muntah dan seluruh tubuhnya seperti          dipenuhi… ULAT BULU… hiiii…          Pernah aku beri dia tomat. Tapi kemudian,          berhari-hari dia diare dan uring-uringan. Kuberi dia susu instant,…          anakku malah jingkrak2, Mengepak-ngepakkan tangannya, persis seperti          orang gila!!! Dia berputar-putar tanpa merasa lelah,… dan kemudian          mengamuk ketika tidak mengerti bagaimana cara mengendalikan tubuhnya          yang tidak mau diam.                     Ahhh, sudahlah… life must go on anyway.           Kulirik sekali lagi food diarynya… hmm, hari ini aku harus mencoba          memberinya 5ml putih telur tanpa kuningnya, karena 7 hari yg lalu, dia          sudah sedikit kebal ketika kukenalkan pada telur ayam ini.          Baru saja hendak memasak, tiba2 kudengar          jeritannya… Kucari anakku, tapi tidak kutemukan.                     Aku keruang setrika… dan disana kutemukan anakku          sedang nangkring diatas lemari, dengan setrika panas yang baru saja          dicabut oleh BS-nya karena kupanggil untuk membantuku memasak. Setrika          panas ini masih nempel diatas punggung tangan kirinya.!!!          Oh… My… God!!!  *panik*                     Dari punggung tangannya mengepul asap. Bau daging          panggang begitu segar menempel dihidungku. Kuangkat setrika itu dari          tangannya… dan, aduh Tuhan, aku tidak kuat melihatnya.  Sebagian          dagingnya menempel dibalik gosokan panas itu…  :(( :((          :((          AAAAAARRRRGGGHHHH…          Sumpah kalau saja ini bukan anakku,… Aku pasti          sudah mati berdiri karena ketakutan…  Melihat daging dari punggung          tangannya, yang menempel pada setrika itu… itu sudah berubah menjadi          putih kekuningan…  Dan luka di tangannya… juga sudah berubah          menjadi putih seperti daging ayam matang :((          Aku menjerit sekencang-kencangnya… Kupanggil          Baby sitternya yang tadi aku suruh untuk membantuku didapur… lalu dengan          kesetanan, ku kebut mobilku ke UGD Rumah Sakit, untuk dirawat secara          intensif.  Begitu anakku segera tertangani…  tiba2 aku          kehilangan seluruh tenagaku.          AKU PINGSAN!!!                     * * *          Hari itu, lagi-lagi aku sedang mempersiapkan          makanannya. Memang, Khusus untuk makanannya, aku memutuskan untuk          memasak sendiri, karena hanya aku yang tahu berapa gram atau mililiter…           porsi makanan yang masih bisa ditoleransi oleh tubuh          anakku.          Sedang membersihkan kompor yang kecipratan makanan…          tiba-tiba, lagi-lagi kudengar bunyi benda jatuh. GEDEBUK!!!…                     Buru-buru kucari sumber suara itu, memastikan bahwa          itu bukan anakku…          Damn. Oh Tuhan… lagi-lagi anakku, dia baru saja          terjatuh dan sepertinya kepalanya terantuk pada pinggir tembok, sehingga          kepala sobek dan berdarah.          Dia masih berusaha berdiri, meskipun sempoyongan….          Dan sambil berjalan, dial menggaruk luka di kepalanya yang bocor…          Sementara darahnya terus aja mengucur deras, tepat di belakang otak          kecilnya.                     Tangannya berlumuran darah… Punggung bajunya pun          juga sudah berubah menjadi merah oleh darah. Tapi dia tidak menangis…          Dia hanya berjalan sambil menggaruk luka menganga yang ada dibelakang          kepalanya.          Aku menjeritttt sekuat2nya. Kepalanya kututupi          dengan lap kompor yang tadi aku pegang.                     Tapi itupun gak lama… karena dalam sekejap, lap          kompor itu sudah berubah menjadi merah kehitaman. Aku berteriak panik,…          “mbak, minta handuk… handuk… CEPATTTT!!!”          Dan lagi2 kukebut mobilku ke rumah sakit, langsung          menuju UGD. Disana, dokter yang sudah terbiasa menangani anakku sudah          siap menunggu dan segera menjahit kepala anakku.                     Dia tidak menangis… hanya minta sesuatu yang bulat          untuk dia pegang. Dan setelah dijahit dengan 8 (delapan) jahitan…          Hatikupun sedikit lega. Seluruh persendianku serasa dicopot dari          tubuhku, dan tanpa sadar…Lagi-lagi aku… PINGSAN.          * * *          Terlalu banyak cerita haru dan berurai airmata yang          kami harus jalani. Berkali-kali jantung kami harus terpacu 100x lipat          manakala mereka melakukan hal-hal yang tanpa mereka sadari mencelakai          diri mereka sendiri.                     Tapi ini bukan keluhan kok,… karena saya selalu          sadar…. Tuhan itu ARSITEK YANG AGUNG. Karyanya tidak pernah gagal. Tidak          satupun makluk yang diciptakannya, yang merupakan produk gagal Jadi          ketika dia menciptakan seorang bayi yang memiliki kekurangan, dia tidak          pernah lupa untuk menitipkan KELEBIHAN pada anak ini.          So, buat semua orang tua, berhentilah mengeluhkan          kekurangan anak kita… mari bantu mereka untuk menemukan kelebihan          mareka.          Anakku memang Autistik, tapi aku bangga setiap kali          menceritakan bahwa anakku autis. Aku bangga setiap kali menceritakan          bagaimana proses menangis berdarah-darah itu, sudah Tuhan rubah menjadi          Senyum sukacita dan bangga yang luar biasa.          Selalu ada haru yang menyesakkan dadaku, manakala          mendengarkan tangan2 mungilnya menari2 dengan lincah diatas tuts2          piano,… mendengarnya bercakap2 dalam bahasa Inggris,… seolah yang          kudegar ini adalah anak bule asli… yang nyasar dalam tubuh putriku.                              Namun, dibalik itu… Walaupun bangga… selalu tersisa          rasa risih dan tidak nyaman, kalau tidak ingin dibilang          tersinggung… manakala mendengar orang-orang bercanda dengan          menggunakan kata “Autis”.                     Minggu yang lalu sahabat saya menyelenggarakan          pesta ultah disebuah resto terkenal, salah satu teman kami, sibuk dengan          BB-nya, sehingga teman yang lain menegur begini…          “Tuh,… liat tuh sill…          autis banget khan dia…? KAYAK ANAK LOE khan?… Loe marahin deh sil…          marahin sil… Coba loe terapi dulu nih dia,… biar sembuh kayak anak loe”          Dan semua lalu tertawa terbahak-bahak…          Saya??? hmmm… Cuma bisa senyum kecut,          karena tidak ingin merusak suasana Pesta Ulang Tahun sahabat saya…          *doh*                     Well, saya tahu mereka hanya bercanda, namun biar          bagaimanapun,… Saya sudah merasakan dan  tahu betul sulitnya          membesarkan anak autistik.                     Semoga artikel ini semakin mencerahkan          teman-teman mengapa orang sepertinya terlalu over campaign dengan          gerakan “Stop Using Autism on our daily jokes” ini. Semoga          berkenan.                     =Written by A mother of an Authistic          Child=          SiLLy                                                                        | 
1 komentar:
ibu.., bahagia menjadi ibu yg begitu kuat n tangguh. Ditangan seorag ibu yg sehebat bunda anak2 kita akan tumbuh bahagia....
Posting Komentar