Sabtu, 22 Mei 2010

Doa pemulung

Pinggiran Jalan di salah satu sudut Kota Jakarta, waktu menunjukkan pukul 21.30 sebuah keluarga pemulung tampak sedang bersiap untuk beranjak tidur Sementara, lalu lintas yang hanya berjarak 5 meter dari “rumah” mereka seperti tak pernah tidur, suara-suara kendaraan dengan klaksonnya yang selalu saja berlomba untuk minta di dengar Dan tidak mau mengalah dengan kendaraan lain.

Ditengah kebisingan jalanan, ketiga anak pasangan pemulung itu, sudah terlelap, wallahu a’lam karena tidur mengantuk atau memang letih mencari rongsokan.

Tak sengaja, seorang ayah muda berdiri tepat dekat dengan mereka, sambil sesekali menatap “keluarga kecil” tersebut, Mata ayah muda itu juga berusaha untuk tetap “memonitor” kendaraan yang akan membawanya pulang.

Samar-samar, ayah muda itu mendengar sebuah dialog “keluarga kecil” tersebut, ehm, cukup menarik, inspiraitf Dan penuh hikmah, walaupun mencoba “berjuang nguping” dikarenakan suara kendaraan yang lalu lalang.

“Shalihah, mari Kita tidur, ingat, seharian tadi Kita begitu lelah mencari barang-barang rongsokan, coba kamu perhatikan wajah manis anak-anak Kita” ucap sang suami kepada istrinya yang memang belum juga tertidur seperti sedang memikirkan sesuatu, Dan sang istri hanya membalas dengan senyuman termanis.

“Iya kang, walaupun anak-anak Kita belum makan, namun mereka begitu lelap, semoga mereka diberi mimpi yang indah malam ini” ucap sang istri sambil mendekatkan dirinya kepada barisan anak-anaknya yang sudah berjajar dengan alas sehelai Koran Dan mencoba menatap wajah anak-anaknya dengan penuh cinta.

“Bidadariku, Kita berdo’a dahulu yuk sebelum tidur !” ajak sang suami sesaat sebelum istrinya merebahkan diri. “Meskipun Kita pemulung, yakinlah bahwa Allah Maha Mendengar do’a setiap hamba-Nya, Moga setelah berdo’a lapar Kita juga akan hilang”sambil mengusap pundak kekasih hatinya itu.

Dengan segera mereka berdua mengangkat tangan,

“Ya Allah, selamatkanlah istri Dan anakku,

Hindarkanlah hati mereka dari iri Dan dengki

Kepada penguasa Dan orang-orang kaya di

Tengah kelaparan mereka”

“Ya Allah, yang Maha Kuasa,

Jadikanlah kami hamba-hambaMu yang bersyukur,

Kuatkanlah jiwa kami Dan kami mohon bimbinganMu

Dalam hidup ini”

Ayah muda itu melihat buliran air Mata perlahan mengalir ke wajah mereka mereka berdo’a begitu khusyu, seperti tidak memperdulikan kondisi jalanan yang memang bising walaupun Hari kian malam

Setelah berdo’a, suami pemulung itu berpesan kepada istrinya,

“Istriku yang cantik, Esok Hari perjalanan Kita masih sangatlah panjang, Usah kau tangisi nasib Kita Hari ini mari tidurlah lupakan sejenak, beban derita Kita lepaskan”

“Karawaci-karawaci, Islamic-Islamic”, suara kenek memecah kekhusyuan ayah muda itu ‘mengambil pelajaran’ dari keluarga pemulung itu

Dan akhirnya ayah muda itu-pun memberhentikan kendaraan bus Dan dengan senyum senang, karena mendapatkan pelajaran berharga malam itu.

“Terima kasih ya Allah atas pelajaran malam ini, Kekayaan terbesar adalah keluarga, Ya Allah jadikanlah hambaMu ini seorang yang dapat membawa keluargaku kepada keridhaanMu, menjadi keluarga yang bersyukur Dan bersabar dalam menjalani hidup ini”. Bisik hati ayah muda itu di tengah suara pengamen di dalam busnya


Sumber : Unknown

Komunitas Single ParentDibuat untuk mendukung milis indosingleparent@yahoogroups.com

Tidak ada komentar:

Facebook